Friday, April 27, 2007
Melontar Jumrah 1427 H, di hari Tasyrik…bagian 2
Wednesday, April 25, 2007
Melontar Jumrah 1427 H, di hari Tasyrik…bagian 1
Ketika masuk ke tenda ustadz Ayi Ali idrus, aku dipanggil terus dibilangin kapan rambutnya dihabisi maksudnya tahalul plontos, sambil malu malu aku bilangin nanti ustadz karena yang mau motongnya lagi banyak order.
Perjalanan mau melontar
Selepas dzuhur, kami dan beberapa orang yang mau bergabung berkumpul didepan tenda (+/- 15 orang), setelah dihitung dan merasa sudah cukup kami bergerak untuk menuju jamarat. Seperti sebelumnya lautan manusia yang akan melaksanakan wajib haji di hari tasyrik yaitu melontar 3 jumrah membanjiri jalan menuju ke area melontar. Jemaah dengan suara lantang bertakbir, sebagaimana takbiran pada tanggal 10 Dzulhijah kemarin. Allahu Akbar....Allahu Akbar...Allahu Akabar, La ilahaillallahu Allahu Akbar Allahu Akbar walillahilham. Takbiran spontan bersahutan menggema disepanjang jalan menuju jamarat..mengagungkan kebesaran Allah. Berbeda dengan melontar dihari Nahr kemarin, pada hari Tasyrik, jemaah sudah berganti pakaian (tidak dalam keadaan ihram lagi). Sesampai di area melontar beberapa meter sebelum mendekati jumrat, aku memberi aba-aba ke isteri untuk meyiapkan batu yang akan dilempar. Kami memilih area bawah untuk menghindari terik matahari yang menyengat. Pengalaman dihari pertama menjadi bekal melontar dihari ke dua. Sehingga pelaksanaannya lebih santai, tidak tegang sebagaimana hari pertama. Sambil membungkuk, aku dan isteri mendekati jumrah ula, selesai melontar kami bergerak keluar dan menuju ujung jumrah untuk berdo’a disana.Suasana melontar
Setelah dirasa cukup, aku dan isteri meneruskan ke jumrah Wusta’, dan dilanjutkan dengan berdo’a setelah selesai melontar sebagaimana pada lontaran di jumrah ula. Terakhir melanjutkan ke jumrah Aqobah, kemudian setelah selesai kami menuju keluar arah ke perkemahan lagi tanpa berdo’a sebagaimana di dua jumrah sebelumnya.
Kami berkumpul kembali dan setelah jumlah kelompok cukup, kami bergerak pulang dengan hati berbunga-bunga karena telah dapat menyelesaikan kewajiban melontar hari ini. Apel...yang jadi bekal diperjalanan menjadi teman pelepas dahaga. Terik matahari hampir tak terasa karena hari ini kami sudah boleh menggunakan penutup kepala. Sampai ditenda istirahat sambil menunggu sholat Ashar.
Tahalul Tsani
Ba’da Sholat Ashar, kami melakukan pencukuran rambut jamaah lhaji lakil-aki secara bergantian. Sore itu aku dapat menggunduli dua orang jemaah haji ......mereka berkomentar...sambil bercanda....wah.... kami sangat beruntung hari ini bisa tahalul dan dicukur oleh orang yang melaksanakan haji dengan ”tanazul” ini jarang-jarang bisa didapat. ...Giliran rambutku di pangkas habis oleh Pak Yusuf (dari Universitas Sriwijaya), kemarin aku lihat dokumentasi di rekaman vcd iiiihh lucu banget kepala diplontos. Terus ada juga jemaah yang berakting megang jenggotku pura-pura mau memotong. Ha ha ha... memang tawa canda mewarnai kegiatan kami disela-sela pelaksanaan ibadah haji, karena kalau sudah disana kita akan merasakan satu saudara, ya... saudara dalam iman katanya lebih kuat daripada saudara sedarah sekalipun. Selesai acara pencukuran, membersihkan diri...dan persiapan sholat maghrib.Jika Anda tetap berminat mengikuti Catatan Perjalanan haji ini, silahkan ikuti disini.
Tuesday, April 24, 2007
Tawaf Ifadah di hari Nahr 1427 H …bagian 2
Sholat Ashar, kami lakukan berjamaah dimasjid dekat makhtab, karena tidak keburu waktu lagi untuk ke masjidil haram. Ba’da sholat ashar, kami bersiap-siap untuk menuju haram untuk menyelesaikan rukun haji berikutnya yaitu sa’i. Alhamdulillah untuk ke haram sudah menunggu angkot didepan makhtab, 2 Rls, masih masuk akal aku pikir. Perjalanan ke haram menggunakan angkot sangat membantu untuk menyimpan tenaga untuk perjalanan sa’i. Sesampainya di haram kami masuk melalui pintu 1, didepan hotel dan langsung menuju Safa. Ternyata untuk menyelesaikan lintasan-lintasan safa marwah tidaklah semudah yang dibayangkan. Aku jadi teringat akan sejarah perjuangan siti hajar.Kata Sofa adalah bentuk jamak dari kata “Sofatun” artinya batu besar yang halus. Marwa berarti batu putih yang mengkilat. Sa’i diantara kedua bukit itu merupakan salah satu syiar agama, menjadi tanda bagi kebesaran Allah. Sa’i dari kedua bukit tersebut bermula dari hajar Ibu nabi Ismail as, ketika beliau sedang menghadapi kesulitan disaat-saat ditinggalkan oleh suaminya, nabi Ibrahim as disamping Baitullah. Namun Siti hajar tidak pernah berputus asa untuk mendapatkan air. Kemudian Allah menghilangkan kesulitannya dengan memancarkan air zamzam di dekat ka’bah. Usaha inilah yang harus ditiru oleh jamaah haji dalam melakukan sa’i, kalau didalam pelaksanaan tawaf disitu unsur kepasrahan, penyerahan diri total kepada Allah maka pada pelaksanaan sa’i kita diminta untuk berusaha sekuat tenaga, berikhtiar untuk mencari yang terbaik. Bekal dengan filosofi itulah, kami terus berusaha menyelesaikan lintasan sa’i. Dua lintasan berlalu, mertua abangku yang laki-laki menyerah (umur beliau sudah diatas 60 tahun) wajar...ditengah himpitan lautan manusia, dengan dorongan dan desakan yang begitu daysat membuat dia harus mundur. Aku anjurkan untuk menunggu ditempat yang sudah kami tentukan. Di lintasan bawah kami menambah satu putaran lagi, namun situasi dorongan yang menghawatirkan, maka aku mengajak isteri dan ibu mertua abangku untuk pindah kelantai atas. Walaupun tidak selenggang dilantai bawah namun kami masih bisa bertahan untukmenyelesaikan lintasan demi lintasan di lantai dua. Sekali-sekali ketika melewati pilar hijau, kami menyempatkan untuk minum air zam-zam, karena rasa haus yang tiada terkira. Setelah 7 putaran aku mengambil barang-barang yang kami letakkan ditangga dekat safa. Isteri dan ibu mertua abangku menuju tempat yang kami janjikan, yaitu tugu dekat pintu marwah.Setelah kami berkumpul kembali ditempat yang disepaktai, karena sebentar lagi akan masuk waktu shalat maghrib, kubentangkan kain ihram sebagai alas sejadah didepan pelataran masjidil haram (depan pintu babusalam). Enak juga sholat ditempat terbuka, udara saat itu sejuk banget.
Tawaf Ifadah di hari Nahr ..1427 H bagian 1
Begitu mau memasuki pintu Babusalam, petugas melarang masuk melalui pintu tersebut karena kepadatan jamaah yang melakukan sa’i sudah membludak, tak bisa memotong arus sa’i, akhirnya kami memutuskan untuk lewat atas melalui pintu disebelahnya. Seperti biasa petugas memeriksa barang bawaan, satu persatu kami lolos dari pemeriksaan. Tinggal dua rekan (suami isteri) yang tertahan tidak boleh membawa makanan ke dalam (padahal kami sama-sama membawa buah-buahan dan kotak hadiah sodaqoh tadi). Akhirnya kami berpisah menjadi dua kelompok. Sandal dan makanan dalam kantong plastik, aku gantungkan aja deket pintu dibawah tangga agar kami bebas melakukan tawaf tanpa membawa beban. Kami mulai turun ke pelataran tawaf dekat ka’bah, dan menuju ke posisi pojok start / rukun hajar aswad.
Wednesday, April 18, 2007
Mabit di Muzdalifah 1427 H, Bertahan Tanpa Logistik
Sebab Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Bumi dijadikan masjid dan suci bagiku" [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]
Tapi yang disyari'atkan bagi orang yang haji adalah, shalat Maghrib dan shalat Isya dengan jama' qasar di Muzdalifah di mana saja dia mampu melakukan (maksudnya : tidak harus di Masy'aril Haram seperti dilakukan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam) sebelum tengah malam.
Mencari batu untuk jumrah
Alhamdulillah, yang terjadi dengan kami hampir mirip, seakan kami merasa kenyang walaupun tidak sampai satu rombongan yang menikmati satu suap nasi tersebut. Subhanallah. Terpaan udara dingin tidak dapat membuat kami tertidur, kami hanya saling bercanda saja malam itu, berzikir sambil menunggu pemberangkatan ke Mina.
Cuma ada kejadian lucu dan mengenaskan juga, diantara rombongan kami ada seorang Bapak yang sudah lanjut usia, dia berangkat bersama isterinya. Karena sudah lanjut usianya terkadang sulit untuk diatur termasuk pada malam itu sejak dari Arafah dia memaksa untuk memakai jaket karena sudah tidak tahan dingin, walaupun sudah diberi penjelasan akan larangan tersebut karena dalam keadaan Ihram. Akhirnya ketua rombongan nyerah, dipakein tuh jaket ke si Bapak. Hal ini jadi bahan perbincangan jamaah lain diluar kloter kami, mereka intinya berusaha mengingatkan kalau hal itu dilarang. Setelah diberi penjelasan mereka ngerti duduk persoalannya. Habis gitu lagi pada berbaring tiba-tiba si Bapak nyeletuk ke isterinya, Bu…mau (maaf) kencing. Kata si Ibu, nanti Pak tempatnya jauh. Belum menunggu selesai si Ibu selesai ngomong si Bapak sudah nyelonong berdiri dan wessss wesss wesss buang air membasahi kain ihram bagian bawah. Wah….kawan-kawan yang deket area itu pada lompat semua takut terkena percikan air tersebut. Masya Allah, beberapa menit kemudian ketika si Bapak mau kembali ketempat semula, gedubrak…si Bapak terjatuh, nah..lho repot yang mau nolongin karena kita tidak membawa kain ihram lebih, kalau kena najis gimana nanti sholat. Akhirnya perlahan-lahan si Bapak bisa dibantu kembali ketempat semula. Uiiihh lega rasanya.
Megaphone dari panitia mengingatkan bahwa sebentar lagi giliran kloter 03 Palembang untuk bergerak, semua berbaris menuju pintu keluar untuk menempati Bus sesuai dengan urutan maktab, Bus Nomor 31. Dalam beberapa menit sampailah kami di Tenda di Mina.
Tuesday, April 17, 2007
Pelaksanaan Jumrah Aqobah di hari Nahr 1427 H
Berapa lama kita ke Mina Pa, terus kapan kita melontarnya………Tanya isteriku sewaktu masih mabit di Muzdalifah. Ngga’ lama koq, sebelum subuh Insya Allah sudah nyampe. Melontarnya kita lihat situasi dululah, kita berdo’a aja bisa dimudahkan untuk mengambil waktu dhuha. Rangkaian ibadah haji selanjutnya sudah terekam dikepalaku, ya…aku memang sudah punya rencana, namun tentunya Allahlah yang menentukan. Aku memang berusaha untuk membimbing isteri didalam setiap kegiatan, sampai yang kecil-kecil aku coba berusaha ngingetin contoh sederhana sewaktu melangkahkan kaki masuk masjid, aku baca do’anya agak keras biar dia denger begitu juga saat keluar masjid, do’a atau dzikir ketika tawaf, sa’i.
Tibalah giliran rombongan kami untuk naik Bus yang akan mengantarkan kami ke Mina, tidak terlalu lama untuk menuju Mina karena jarak Muzdalifah ke Mina +/- 5 Km, lagian lalulintas saat itu lancer. Sebelum Subuh kami sudah nyampai di Mina, sampai di tenda masing-masing mencari kavlingan tidur. Kaum ahwat dipisahkan dengan menggunakan hijab yang ada ditenda. Tidak lama kemudian ketua rombongan menyampaikan bahwa rombongan akan melakukan melontar jumrah sebentar lagi, sekitar pukul 3 dinihari untuk itu siapkan diri dan batu yang akan digunakan. Bagi Bapak-bapak dan Ibu yang tidak mampu akan diwakilkan (badal). Isteri langsung tanya lagi nih...kita gimana Pa, kita tidak ikut, kita jaga tenda aja, nanti InsyaAllah waktu Dhuha kita baru bergerak, kataku. Pak Ketua rombongan sudah maklum dan memahami kalau kami tidak ikut rombongan, karena beliau sudah percaya kalau kami bisa melaksanakan sendiri/mandiri setiap kegiatan haji kami dan hal ini juga pernah beliau sampaikan langsung ke kami waktu di Mekkah. Oke...Pak Haji, jaga tenda dan titip Bapak-bapak / Ibu yang sakit ya, dan do’akan kami agar bisa menyelesaikan melontar dengan selamat, kata Pak Karom. Iya...pak jawabku InsyaAllah.
Tanggal 10 Dzulhijah, ya...ini adalah hari Nahr, dari manasik yang sudah kupelajari Rasulullah melakukannya pada waktu Dhuha.
"Artinya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melontar dalam hari nahr pada waktu dhuha dan melontar setelah (hari) itu ketika matahari telah bergeser ke barat" [Hadits Riwayat Muslim]
ini adalah pendapat jumhur ulama. Tetapi jika dalam keadaan darurat sehingga mengharuskan ia menunda melontar hingga malam hari maka tidak mengapa. Akan tetapi yang lebih hati-hati adalah melontar sebelum Maghrib bagi orang yan mampu melakukan demikian itu karena berpedoman kepada Sunnah dan keluar dari peselisihan.
Jadi aku berusaha mengambil waktu afdal, karena tekad kami akan menyempurnakan haji, waktu afdal melempar jumrah aqabah pada hari Nahr yaitu waktu Dhuha (dari pukul 7.00 hingga 11.00 WAS, sedangkan melempar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari Tasyrik (11-13 Dzulhijah) waktu afdalnya ba’da zawal.("yaitu beberapa saat setelah matahari tergelincir ke barat atau ba’da dzuhur sampai ashar). Orang tua mertua abangku sebelum berangkat bersalaman denganku dan beliau mohon do’a. Setelah rombongan bergerak melontar, aku, isteri dan beberapa jamaah yang sakit tinggal di tenda, istirahat menyiapkan tenaga untuk melontar nanti.
Sepeninggal rombongan yang melontar tadi, aku menyiapkan batu-batu kerikil, aku pilih batu-batu koral saja dan besarnya sesuai dengan yang disunnahkan, karena ada juga lho seperti batu namun sebenarnya seperti campuran semen dan pasir (seperti bekas pecahan bahan bangunan). Kerikil aku masukkan dalam plastic dengan jumlah 7 kerikil dan untuk spare aku pisahkan ke kantong plastik lain. Rombongan kami datang setelah kurang lebih 2 jam berselang, rombongan dating dengan wajah ceria mereka mengucapkan syukur akan kemudahan melontar dinihari ini, dan berbagi cerita bagaimana suasana disana… Alhamdulillah tidak terlalu rame koq kata mereka (iyalah ngga’ rame, wong belum waktunya pikirku tapi mereka mungkin punya alasan atau hujjah yang mereka yakini akan waktu melontar ini), lewat jalan mana wuihhh pokoknya rame. Jemaah yang sudah melontar mulai bisa berganti ihram..dan ada juga yang bercanda…aman kita, sudah bisa ganti pakaian sekarang.he he bebaaassssssss. Aku senyum-senyum aja. Ada juga yang Tanya, Pak Abu kapan..melontar ? InsyaAllah pukul 9 nanti Pak.
Waktu Subuh sudah dekat, aku dan jemaah lain mulai menyiapkan diri untuk Sholat Subuh. Kami mulai menyusun sejadah di tenda tersebut. Ba’da sholat subuh dilaksanakan pengajian yang disampaikan oleh jemaah yang memang ada yang berprofesi sebagai penceramah juga. Bubaran ceramah…aku dan isteri menyiapkan sarapan pagi, biasa …masak Mie instant yang kami beli sewaktu akan tanazul. Aku memang bawa heater (alat masak berbentuk spiral, +/- 350 watt), lalu kabel yang berfungsi sebagai steker (karena ditenda disediakan colokan listrik,namun tempatnya tinggi di tiang atas tenda jadi harus ada kabel pemanjangnya). Masaknya dimasukkan dicangkir yang terbuat dari stainless steel. Lalu buat energen sereal. Yup..jatah makan masih belum ada kedengaran kabar baiknya.
Sewaktu wudhu tadi, aku ketemu dengan kawan-kawan yang sama-sama tanazul, kemudian kami sepakat untuk melontar jumrah Aqobah bersama-sama pukul 09.00 was. Nanti tunggunya didepan tenda itu aja ya mas, kata temenku itu. Oke InsyaAllah.kataku.
Jumrah Aqobah
Kami berkumpul sesuai kesepakatan dan kemudian memohon ijin ke Ustadz Ayi, sebelum berangkat kami memutuskan untuk menunjuk pemimpim rombongan, karena sunnahnya memang begitu setahuku juga. Dipilihlah yang badannya kekar dan tinggi biar kelihatan didepan kita kalau lagi baris. Sambil jalan, pemimpin tadi memungut kayu ranting lalu kacu/saputangan yang ada dileher dilepas, diikatkan diranting tadi eee jadi deh bendera regu kami. Sepanjang perjalanan kami tetap melakukan talbiyah dan zikir.
suasana jumrah Aqobah di lantai dasar
Melewati dua terowongan Mina dan bergabung dengan rombongan lain yang akan melontar, dalam perjalanan ini sempat ciut juga nyali, khawatir dengan padatnya jemaah yang akan melontar jamrat. Aku terbayang beberapa kejadian yang banyak memakan korban dalam pelaksanaan wajib haji ini. Namun, sesaat kemudian aku harus melepaskan pikiran tersebut, aku kembali memasrahkan diri kepada ketentuan Allah semua Allah yang menentukan pikirku, dan lagi kalau ada rasa was-was itulah pekerjaan syaitan didalam menggoda keimanan kita. Pada saat diawal area melontar, kami diarahkan oleh petugas untuk menuju tempat melontar di bawah, kemudian aku dan isteri mengeluarkan batu kerikil untuk disiapkan digenggaman.
Hampir mendekati tempat melontar, bendera ketua regu dipegang oleh petugas dan ketua regu diarahkan mengambil posisi masuk dari tengah diikuti oleh kami yang dibelakang. Aku dan isteri berusaha mendekati pinggiran tempat melontar, memberi kesempatan jemaah yg sudah melontar untuk keluar area lalu sedikit demi sedikit kami masuk menggantikan posisi jemaah yang sudah selesai. Mulai pasang niat didalam hati bahwa aku mau melontar semata mata karena Allah. Allahu Akbar…….. aku berteriak sekuat tenaga sambil melontarkan satu persatu batu kerikil, Allahu Akbar….aku dan isteri terus bertakbir setiap melakukan lontaran sampai selesai 7 batu kerikil di tangan. Setelah kulihat isteri sudah menyelesaikan 7 lontaran, aku melindungi dia untuk keluar dari area sambil memegangi kepala takut kalau terkena batu yang nyasar.
Kira-kira 20 meter dari sudut jamarat Aqobah, aku mengajak isteri untuk berhenti sejenak menghadap kearah kiblat untuk memanjatkan do’a sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah untuk berdo’a ketika selesai melontar. Sehabis berdo’a kami berkumpul diujung jalan, dengan melihat lambaian bendera kelompok kami yang berwarna kuning.
Aku belum mencukur habis rambutku, nanti saja di tenda biar menghemat waktu untuk menyelesaikan rangkaian ibadah lainnya hari iini. Alhamdulillah....lega saat itu karena satu kewajiban haji telah kami laksanakan dimana Allah memberi kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaannya, jauh dari apa yang kami bayangkan semula. Saat ini kami sudah terbebas dari larangan Ihram kecuali hubungan suami isteri. Kami berniat untuk menyelesaikan rangkaian ibadaha haji hari ini juga, jadi langsung ke Mekkah untuk pelaksanaan Tawaf Ifadah, sa'i dan Tahalul. Perjalanan ke Haram mengambil rute Ajiziyah sebagaimana rute kami tanazul sebelumnya, nanti kita teruskan.............
Demikian perjalanan melontar Jumrah Aqobah kami, semoga bermanfaat bagi Saudara-saudaraku yang tahin ini akan menunaikan Ibadah Haji, selanjutnya akan kupostingkan cerita pelaksanaan Tawaf,sa’i, Tahalul tsani yang cukup melelahkan...Insya Allah.
Tuesday, April 10, 2007
Catatan Perjalanan Haji 1423 H # 5
Setelah gagal diberi ijin oleh ketua kloter untuk melaksanakan Tanazul, yaitu melakukan perjalanan haji sebagaimana yg dilakukan Rasulullah dimana pada tanggal 8 Dzulhijah jamaah haji berangkat menuju Mina bukan ke Arafah sebagaimana yg dilakukan oleh mayoritas jamaah haji dari Indonesia. Namun aku ikhlas setelah tentunya aku mengadukan kondisi ini kepada pemilik alam semesta. InsyaAllah, dilain waktu Allah bisa memberi kesempatan kepadaku agar aku bisa melaksanakan haji dengan sempurna sebagaimana perintah Allah didalam surat Al Baqarah, "Sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah".
Pukul 15.47 was
Mandi, pakai wangi-wangian kebetulan aku beli farfum hajar aswad di sana jadi farfum inilah yg digunakan (untuk wanita tidak dianjurkan pakai wangi-wangian), kemudian memakai pakaian ihram, menunggu Bus (sebelumnya shalat Dhuhur dan Ashar di jama’). Berangkat menuju Arafah, di Bus mulai pasang niat Ihram Haji “Labbaika Allahumma Hajjan”
Pukul 17.50 was
Tiba di kemah, Shalat maghrib dan Isya’ jama’ takdim, makan malam, istirahat. Pada waktu istirahat untuk kaum Bapak sebaiknya pakaian ihram bagian bawah dapat kita kasih peniti atau diikat untuk menghindari terbukanya aurat kita pada saat tidur. Di dalam tenda diatur kelompok wanita dengan wanita dan pria dengan pria dimana arah kepala diketemukan untuk menghindari terlihatnya aurat. Disini senter sangat dibutuhkan untuk mencari barang-barang didalam tas kita karena di tenda penerangan cahayanya minim. Bantal tiup sangat bermanfaat di tenda ini (Jangan membawa kantong tidur karena akan menjadi beban anda, disamping untuk antisipasi jika kondisi traffic jam sehingga tidak memungkinkan Bus mengantar anda ke MINA sehingga anda harus berjalan kaki dengan membawa beban. Pengalaman perjalanan hajiku banyak jamaah yang harus jalan kaki karena jalanan macet dan tidak mungkin dilalui Bus, karena saat itu baru pertama kali diujicoba sistem angkutan Armina(Arafah Muzdalifah dan Mina) yang disebut "Taradudi", namun kacau balau.
Tanggal 10 Februari 2003 (9 Dzulhijah 1423 H)
Pukul 05.00 was
Pukul 12.37 was
Kutbah wukuf, Shalat dhuhur & Ashar di qasar, do’a wukuf, pelaksanaan WUKUF sampai dengan matahari terbenam. Di sunahkan bertalbiyah. Setelah matahari terbenam baru diperbolehkan meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah.
Pada saat wukuf carilah tempat yang nyaman untuk bertafakur, berdo’a, introsepeksi diri, untuk itu sebaiknya siapkan alas duduk bisa dari plastik atau alas lain yang mudah dibawa.
Tanggal 11 Februari 2003 (10 Dzulhijah 1423 H)
Pukul 03.00 was
Bergerak menuju Muzdalifah (yang dilakukan Rasul adalah sholat maghrib dan isya di jama’ , istirahat / tidur sampai fajar, kemudian sholat subuh). Tetapi karena kondisi jamaah haji yang padat biasanya sopir tidak mau berhenti di muzdalifah (pengalaman kami karena jalur macet total, maka kami berhenti di muzdalifah dikarenakan macet dan penumpang tetap berada di dalam Bus, untuk itu kita niatkan saja pada saat seperti itu niat MABIT di muzdalifah).
Pukul 05.30 was
Tiba di perkemahan Mina Jadid (berdasarkan keputusan ulama Saudi daerah Muzdalifah diperluas akibat semakin besarnya jumlah jamaah haji), Sholat subuh lalu makan pagi.
Jamarat Pada 1423 H, masih banyak menelan korban jiwa
Melontar jumrah Aqobah pada hari Nahar (hari pertama hanya jumrah Aqobah yang dilontar), pelaksanaan melontar harus setelah matahari terbit sampai dengan malam hari, tetapi usahakan pada waktu Dhuha karena waktu ini menurut sunnah rasul adalah waktu yang afdhal untuk melontar jumrah Aqobah, setiap lontaran hendaknya bertakbir.. Pada pelaksanaan melontar ini aku sendirian tidak bergabung dengan rombongan karena pada saat itu aku sekalian mau mencari jamaah reguku yang tersesat yang menurut informasi berada di sekitar terowongan mina (tempat terjadinya musibah beberapa tahun lalu). Jika anda ingin berpisah dari rombongan maka pelajari peta (cara membaca peta yang ditempatkan disepanjang jalan menuju jamrat). Alhamdulillah pada saat melontar diwaktu afdal ini kondisi jamaah yang melontar tida terlalu padat dibandingkan waktu setelahnya (mungkin banyak jamaah yang confuse dengan waktu afdal, mungkin perkiraannya untuk Aqobah sama dengan jamrat ula dan wusta yaitu setelah matahari tergelincir). Setelah melontar selesai maka kita sudah bisa TAHALUL AWAL, kembali ke kemah dan mengganti pakaian ihram dengan pakaian biasa.
TIPS: sebaiknya setiap berpergian anda membawa bollpoin untuk mencatat tanda-tanda sesuai petunjuk peta untuk menghindari tersesat.
Tanggal 12 Februari 2003 (11 Dzulhijah 1423 H)
Menuju Mekkah untu Tawaf Ifadah
Pukul 03.30 was
Dengan beberapa orang jamaah (tidak dengan rombongan) kami berangkat menuju Masjidil Haram untuk melakukan Tawaf IFADAH dan SA’I. cukup banyak yang menawarkan jasa angkutan menuju kesana tarifnya bisa tawar menawar, kalau bak terbuka +/- 5 sampai 10 RLS tetapi kalau minibus pakai AC sekitar 10 sampai 15 RLS. Waktu itu saya menggunakan yang bak terbuka cukup nyaman di udara pagi dan perjalanan tidak terlalu lama hanya beberapa menit. Kita bias turun di dekat masjid jin (pasar Seng) dan berjalan kaki menuju masjidil haram +/- 5 menit. Lakukan Shalat Subuh berjamaah kemudian lanjutkan dengan tawaf ifadah dan sa’i
Pukul 10.30 was
Sarapan pagi dipasar seng, kemudian berangkat menuju jamrat untuk melakukan lontaran ke dua ( Ula yang letaknya dekat masjid KHAIF, Wusta dan Aqobah). Setiap selesai melontar jumrah Ula kita disunahkan ber do’a dan berzikir menghadap kiblat, begitu juga setelah melempar jumrah wusta, tetapi tidak untuk jumrah Aqobah. Dari masjidil haram juga banyak angkutan ke jamrat. Sesampainya di jamrat jangan dulu melakukan lontaran menunggu waktu yang dianjurkan yaitu setelah matahari tergelincir (antara pkl.12.30 – 12.45 ini waktu yang cukup feasible) jika waktu tergelincir matahari sudah masuk maka petugas akan mengumumkannya lewat pengeras suara dalam berbagai bahasa (Arab, Inggris, Perancis, Melayu) kira-kira informasinya sbb: “ Waktu matahari tergelincir sudah masuk, para jamaah haji kinilah saatnya waktu untuk melontar..” dan ini diulang-ulang. Sebelum melontar lakukanlah sholat Dzuhur berjamaah disekitar jamrat (banyak jemaah yang menggelar tikar untuk sholat jamaah).
Tanggal 13 Februari 2003 (12 Dzulhijah 1423 H)
Pukul 01.30 was dinihari
Kembali ke maktab (keputusan bergerak dinihari agar terhindar dari kemacetan), menyiapkan energi untuk melontar hari ke dua, Jika kita harus segera meninggalkan tanah suci karena jadwal, maka kita hanya melakukan Nafar awal.
Pukul 11.45
Dari maktab menuju ke tempat jumrat untuk melakukan lontaran terakhir karena rombongan diputusakn hanya sampai Nafar awal. Setelah matahari tergelincir melakukan lontaran (ula,wusta dan aqobah). Kemudian melanjutkan melontar yang kedua mewakili jamaah regu kami yang tidak dapat melakukannya sendiri karena alas an syar’i.
Tanggal 15 Februari 2003 (14 Dzulhijah 1423 H)
Ba’da Dzuhur melakukan tawaf wada’ (tawaf perpisahan), ba’da dzuhur adalah waktu yang agak lengang untuk melakukan tawaf (kita masih mungkin untuk memegang rukun yamani) karena banyak jamaah yang menghindari panah matahari (kita dapat menyiasati dengan memakai handuk yang kita basahi). Sehabis tawaf wada’ tidak dilanjutkan dengan sa’i
Tanggal 16 Februari 2003 (15 Dzulhijah 1423 H)
Pukul 10.30 was
Berangkat ke Jeddah tiba di Jeddah pukul 01.30 was, langsung menempati kamar di Madinatul Hujaj. Terima makanan, mengunjungi laut merah,disini kita banyak ditawari jasa Bus perjalanan untuk mengunjungi tempat-tempat dan monumen bersejarah dengan tariff 20 RLS. Di pantai laut merah kita bisa menikmati pemandangan laut lepas dan kalau mau menikmati sate madura langsung dibakar ditempat sungguh nikmat.
Di madinatul hujaj kita masih bisa berbelanja oleh-oleh jika masih mempunyai sisa real, banyak pedagang menggelar dagangannya di area madinatul hujaj. Kalau ingin membeli korma yang masih segar (masih ada tangkainya) cukup murah atau mau beli kaset mushaf 1 set (30 juz) juga lebih murah jika dibandingkan kita beli di Madinah atau Mekah. Kalau mau keluar dari area penginapan kita harus minta izin tertulis (mengisi formulir jam berapa kita pulang dan siapa saja anggota yang ikut), karena tanpa surat pengantar kita tidak diijinkan oleh petugas jaga (disana cukup ketat penjagaannya).Ketika berada di Madinatul Hujaj kita akan dapat informasi khsususnya bagi jamaah haji yang bagasinya melebihi ketentuan supaya memasukkannya ke jasa CARGO, karena kalau pas penimbangan bagasi di King Abd Aziz bagasinya melebihi quota maka akan dikenakan bea sesuai tariff penerbangan yang sangat tinggi. Kloter kami pada saat itu mengumpulkan uang basis agar semua barang bisa dibawa terbang bersamaan dengan jamaah.
istirahat, persiapan kembali ke Medan (tanah air). Saat ini Madinatul Hujjaz sedang di renovasi, sehingga jamaah haji yang akan kembali ke tanah air ditempatkan di hotel-hotel yang sudah disewa oleh pemerintah kita, kondisi hotel cukup bagus dan layaklah.
Tanggal 17 Februari 2003 (16 Dzulhijah 1423 H)
Pukul 06.15 was
Berangkat dari Bandar udara King Abd.Aziz dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia dengan nomor penerbanagan GA 3102
Pukul 18.15 wib
Tiba di Bandar udara Polonia, langsung ke asrama haji, seremonial, cari kopor masing-masing
Pukul 21.00 wib, Pulang ke rumah masing-masing
Alhamdulillah…Semoga Allah menjadikan Haji yang hamba lakukan adalah haji yang mabrur. Untuk saudara-saudaraku seiman persiapkan diri sebaik-baiknya, hindari hal-hal yang makruh apalagi haram karena Ibadah Haji imbalan yang dijanjikan Allah sudah pasti “ JANNAH” / “ SORGA” dan untuk mendapatkannya pastilah tidak mudah, tawakal dan berserah diri adalah modal untuk kesana disamping dana tentunya.
Titip Do’a disana agar aku bisa menunaikan Ibadah Haji yang ke dua, Semoga Anda menjadi haji dan Hajjah yang Mabrur.
Mohon maaf jika ada hal yang tidak berkenan dan mohon ampun saya kepada Allah jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan perintahNya.
Billahi taufiq walhidayah wasalamualaikum warahmatullahiwabarakatu.
Catatan Perjalanan Haji 1423 H # 4
Pukul 07.48 was
Menuju tempat pemotongan DAM dengan melewati Jabal NUR (Gua Hira) +/- 10 menit perjalanan dari maktab Ajiziyah.
Tiba ditempat pemotongan DAM. Pada saat pemotongan kita akan dipanggil satu persatu untuk menyaksikan pemotongan domba yang kita jadikan kurban. Setelah selesai pemotongan kita dapat meminta sedikit daging dari hewan DAM jika mau untuk dimasak.
Di tempat pemotongan ini kita bisa melihat hewan-hewan qurban ini begitu mudah di giring dan dipotong seakan-akan tahu dan ikhlas dengan niat siempunya hajat. Walahualam bishawab.
Tiba di jabal rahmah, disini kita bisa menyaksikan tugu peringatan tempat nabi Adam dan siti Hawa bertemu setelah ratusan tahun berpisah (hati-hati dengan barang bawaan karena banyak copet wanita yang tidak kita duga beroperasi diwilayah ini, Aku saksikan sendiri, ada seorang gadis yang tertangkap petugas ketika sedang melakukan aksi. Disini kita dapat berphoto dengan unta dan latar belakang pemandangan jabal rahmah. Bagi yang kuat bisa menaiki jabal rahmah melihat dari dekat tugu tempat bertemunya nabi Adam and Hawa (tidak terlalu capek mendakinya, banyak juga jamaah yang sudah tua menaiki tangga ke atas)
Pukul 10.42 was
Kembali ke maktab, +/- 13 menit kita akan melewati jabal Tsur
Catatan Perjalanan Haji 1423 H # 3
Sekarang akan aku bawa ke Mekkah, Are you ready...?
di catatanku menunjukkan Tanggal 19 Januari 2003
Persiapan keberangkatan menuju MAKKAH.
Sholat subuh, mandi sunnah ihram, pakai wangi-wangian,berwudhu, bagi yang berkeyakinan ada sholat safar lakukan sholat safar tetapi bagi yang tidak tidak usah lakukan. Pakai pakaian ihram dari maktab.
Pukul 08.00 was
Memasuki Bus, akan di check passport kita
Pukul 08.46 was
Berangkat menuju Bir Ali, kita akan mendapat jatah makanan di dalam Bus. Kalau sekarang karena memang sudah dapat jatah makan selama di Madinah, ya...jatah makan kita ini yang kita dapat (tidak double jatah)
Pukul 10.05 was
Tiba di Bir Ali, pada saat turun dari bus sebaiknya siapkan kantong plastik untuk menempatkan kain ihram, manfaatnya kalau kita mau mandi atau ke toilet agar kain ihram tidak jatuh dan kotor oleh najis. Setelah itu ber wudhu lalu masuk ke masjid untuk Shalat Tahyatul masjid (atau shalat sunnah ihram bagi yang berkeyakinan bahwa rasulullah melakukan sholat sunnah ihram dan bukan tahyattul masjid). Niat Ihram untuk UMRAH, dilakukan didalam Bus saja ketika Bus akan bergerak (nanti diingetin koq. sama ketua rombongannya).
Pukul 11.09 was
Berangkat menuju MEKKAH, lakukan TALBIYAH dengan suara keras (untuk ibu2 tidak boleh keras). Bertalbiyah dilakukan sendiri-senidiri tidak ada tuntunan dilakukan secara bersama-sama dengan satu komando seperti paduan suara, hindari mengobrol dengan jamaah lain jadi sebaiknya bagi anda suami istri bimbinglah istri anda untuk terus ber talbiyah seperti yang dicontohkan Rasul.
Pukul 11.22 was
Tiba di kontrol center. Bus akan di periksa kelengkapan dokumen. Bersabarlah menunggu disini karena pemeriksaan tidak terlalu lama . Anda bisa mengisi botol aqua dengan air zamzam disini (bisa minta tolong kepada pekerja disitu mereka dengan ikhlas akan membantu anda, jadi tidak perlu turun dari Bus).
Pukul 11.25 was, Berangkat meneruskan perjalanan ke MEKKAH
Pukul 12.30 was, Berhenti untuk melakukan sholat jama’ takdim - qasar ’ Dhuhur dan Ashar
Pukul 13.15 was
Berangkat meneruskan perjalanan ke MEKKAH, makan siang yang dibawa sebelumnya (pada saat berhenti sebaiknya beli makanan pada saat berhenti) karena tidak ada pembagian makanan. Atau anda bias makan di rumah makan pada saat berhenti disini.
Pukul 18.45 was
Tiba di check point MEKKAH, bagi Aqua Zamzam (kalau kita bawa botol minum sendiri, zamzam yang dibagi ini bisa kita simpan untuk dijadikan oleh-oleh karena botolnya kecil dan bagus kemasannya, kelihatannya cukup unik).
Pukul 20.05 was
Tiba di maktab, cari kamar yang sudah dibagi. Manfaatkan istirahat sebentar, jangan buru-buru mau ke masjidil haram untuk melakukan umrah.
Pukul 22.30 was
Ke masjidil haram untuk umrah (berwudhuklah terlebih dahulu sebelumnya dan bawa gunting kecil). Sandal dan gunting sebaiknya dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu gantungkan di pintu gerbang / pagar masjid agar mudah kita mengambilnya ketika sudah kembali, asal plastik kita bisa kita tandai walau dari jauh. Lagian pada saat tawaf dan sa’i lebih nyaman apabila tidak membawa beban. Untuk membantu penghitungan jumlah putaran tawaf dan sa’i sebaiknya anda gunakan alat Bantu seperti karet gelang yang dipindahkan 1 persatu dari tangan satu ke tangan yg lain setiap kali selesai putaran tawaf atau sa’i.
Nah sekarang kita sudah tambah satu hari lagi yaitu di Tanggal 20 Januari 2003
Pukul 02.00 was, Selesai Umrah dan bersiap kembali ke maktab untuk istirahat
Beberapa catatan Di Masjidil Haram
- Sebelum melakukan tawaf umrah sebaiknya amati situasi dan kondisi lingkungan terlebih dahulu (lihat garis coklat (sekarang sudah tidak ada lagi garis coklat tetapi ada lampu neon berwarna hijau didinding masjid untuk menjadi patokannya), posisi rukun yamani, posisi maqom Ibrahim dan kira-kira dimana kita harus mengambil posisi sholat di belakang maqom, kemudian lihat dimana letaknya sumur zamzam, tempat sa’I) sehingga memudahkan pelaksanaan rangkaian ibadah umrah kita. Pengamatan situasi ini tidak terlalu sulit karena semuanya terletak di dalam masjidil haram. Pada saat tawaf anda bisa ikut satu putaran dahulu kemudian setelah mendekati sudut baru anda mulai berniat tawaf.
- Pelajari dimana tempat toilet berada sehingga ketika kita membutuhkan ke toilet, kita mudah mencarinya. Toilet di Masjidil haram tidak semudah ketika kita berada di masjid nabawi, di masjidil haram tempat toilet cukup jauh dari area inti masjidil haram. Ketika berada di toilet untuk keluar menuju masjid cukup melihat tanda “ TO HARAM”. Kalau hanya batal wudhu anda bisa memanfaatkan tempat penampungan air zamzam di lantai 2 atau di lantai 1 di dekat tangga menuju ka’bah atau di sumur zamzam. Toilet yang dekat dengan posisi inti masjid berada di dekat pintu BANI FATAH yaitu pintu nomor : 41 atau di No: 52
- Bawa kain sarung yang dapat berfungsi sebagai sajadah dan tutup kepala atau muka terhadap hembusan angin ketika berada di luar, jadi lebih efisien daripada kita bawa sajadah biasa yang biasanya cukup tebal dan memakan tempat tas kecil kita.
- Jika sehabis subuh kita ingin menunggu terus sampai waktu dhuha, anda bisa beli bantal yang ditiup (buatan India dari bahan semi karet) untuk istirahat di masjid harganya cukup murah sekitar 15 RLS. Lumayan buat istirahat dan mudah kita bawa dikantong/tas kecil kita, nanti juga bermanfaat untuk di Arafah.
- Jika ingin mewakafkan Al Quran, maka Al Quran yang dibeli harus diberi cap stempel yang bertukiskan (Waqaf Lillahi ta’ala), kalau tidak maka akan diambil petugas dan nantinya akan dibagi-bagikan ke jama’ah secara gratis.
- Jika anda kehilangan atau menemukan barang, maka dapat menghubungi petugas di loket : LOST and FOUND OFFICE” letaknya sebelah kanan pintu BABUSALAM, disini disediakan 2 loket (laki-laki dan perempuan dipisah).
- Jika ingin melihat rumah kelahiran Rasulullah dapat dikunjungi dengan mudah karena letaknya di halaman masjidil haram tepatnya di depan pintu BABUSSALAM, satu-satunya bangunan didekat orang-orang mengambil air zamzam.
- Masjid kucing dapat kita kunjungi +/- 5 menit dari masjidil haram, dari pintu Babussalam ambil kekiri ke arah pasar seng lurus saja nanti akan ketemu masjid pertama dikawasan pertokoan dan kalau kita teruskan perjalanan +/- 3 menit kita akan menjumpai masjid jin tempat Rasulullah membaiat para jin untuk masuk islam, kemudian kita meneruskan perjalanan ke kiri jika ingin melihat perkuburan MA’LA.
- Tidak ikut-ikutan untuk berkali-kali Umrah selama anda berada di Mekkah, karena tidak ada anjuran dari Rasul. Manfaatkan waktu yang ada untuk menjaga stamina anda dalam persiapan Haji, sayang jika karena kesehatan anda menyebabkan rukun dan wajib haji anda terganggu.
Yup, Anda sekarang sudah menyelesaikan Umrah (walaupun secara virtual)......Kita terusin dan coba kita lihat isi catatanku di hari-hari selanjutnya di Catatan Perjalanan Haji 1423H #4
Catatan Perjalanan Haji 1423 H # 2
Sekarang kita buka lembar catatan selama aktivitas di Madinah.
Ingatlah nomor kamar kita, karena banyak jamaah dihari-hari pertama yang lupa nomor kamarnya sehingga setiap pulang dari Masjid selalu menunggu teman-temannya untuk memastikan nomor kamarnya. Jangan lupa kunci kamar jangan sampai tertinggal di dalam kamar.
Penginapan di Madinah biasanya cukup bagus, seperti yang kami tempati di lokasi Ring I merupakan hotel berbintang 5 ( Elaf Taiba Hotel, sebelah timur masjid Nabawi +/- 20 meter sudah sampai ke halaman masjid Nabawi).
Pukul 10.00 was
Mulai melakukan aktifitas ibadah yang pertama kali di masjid Nabawi, Sholat tahyatul masjid (disembarang tempat dalam masjid karena pada saat itu kami belum tahu dimana letaknya raudah), selesai sholat kami bertanya ke petugas pembersih dimana lokasi raudah. Alhamdulillah karena kami masuk dalam Gelombang I maka jamaah yang datang ke Madinah masih sedikit sehingga untuk ke Raudah masih lenggang. Di Raudah kita bisa puas ber do’a memohon ampunan baik bagi diri sendiri, orang tua, mertua dan keluarga serta kerabat dekat kita. Kemudian jangan lupa mintakan juga kepadaNya untuk memberi kesempatan bagi keluarga, kerabat maupun rekans yang ada titip sama kita untuk diberi kesempatan berhaji atau berkunjung ke tanah suci menunaikan ibadah. Raudah ini merupakan salah satu tempat yang mustajab/makhbul untuk berdo’a sesuai dengan hadist rasul “Antara mimbar dan rumahku terletak taman-taman surga” (jadi berdo’alah setiap ada kesempatan disini selama kita masih berada di Madinah).
- perhatikan pintu-pintu masuk bagi jamaah laki-laki maupun perempuan, hal ini mudah diingat dengan melihat tanda Toilet yang ada di depan pintu masuk apakah Men atau Women.
- Di dalam masjid banyak tersedia gallon air zamzam, sebaiknya kita tidak meminum air zamzam yang dicampur es untuk menghindari batuk atau pilek, Anda dapat memilih air yang tanpa es dimana pada gallon ada tulisan dengan huruf Arabic berwarna hijau (zamzam mubarodz) biasanya gallon diletakkan dibagian tengah gallon lainnya (satu tempat biasanya ada 6 gallon).
- Untuk sholat subuh adzan dilakukan 2 kali (pertama bisanya untuk membangunkan orang dan yang ke dua pertanda waktu sholat sudah masuk waktu), hal ini perlu diingat bagi yang ingin melaksanakan sholat sunah rawatib ataupun sholat lail sehingga tidak ragu apakah sudah masuk waktu subuh atau belum.
- Usahakan datang ke masjid paling lambat 1 jam sebelum Adzan, agar kita dapat shaf yang bagus karena kalau terlambat kita bisa dapat shaf diluar pada saat jamaah mulai padat resikonya kalau subuh udara sangat dingin.
- Dari tanah air tekadkan / niatkan untuk bisa khatam al quran di tanah suci, untuk menggunakan mushaf di masjid Nabawi perlu adaptasi karena ada beberapa tanda baca yang berbeda dengan mushaf Indonesia khususnya untuk tanda baca sukun atau mati, untuk mushaf terbitan arab Saudi tidak dicantumkan. Dan kalau menggunakan mushaf masjid, anda perlu membawa buku notes untuk mencatat batas terakhir ayat yang sudah kita baca.
- Jangan memaksakan ke Raudah pada jam-jam padat peminat dan sebaiknya kita tidak berniat untuk ke Raudah tetapi untuk beribadah dalam masjid Nabawi, karena yang dianjurkan adalah beribadah dalam mesjid. Sehingga kita terhindar dari menzalimi orang lain maupun diri kita sendiri, karena diwaktu padat peminat ke Raudah ini cukup besar dengan berdesakan. Kalau memang ingin ke Raudah sempatkan diwaktu malam pengalaman kami sekitar pukul 21.30 karena hampir tiap malam ruang di Raudah ini lenggang dari pengunjung, nah kita bisa leluasa ber do’a sampai pukul 23.00 was karena Masjid ditutup untuk umum pukul 23.00 was. Waktu malam ini kurang banyak diketahui oleh para jamaah, mereka biasanya selalu rebutan ba’da sholat fardhu, sehingga untuk waktu-waktu padat seperti ini kita berikan kesempatanlah buat saudara-saudara kita yang lain.
- Jangan ikut-ikutan kegiatan bid’ah yang dilakukan jamaah lain baik dalam berziarah maupun di raudah, kerjakanlah amalan yang memang ada tuntunannya untuk itu persiapkan manasik sedini mungkin sebelum berangkat ke tanah suci. Di sana akan kita temui hal-hal aneh yang dilakukan jamaah dalam beribadah maupun ziarah, dengan mencari berkah yang diambil dari benda-benda yang ada disekitar tempat ibadah atau tempat ziarah. Pada saat ziarah ke makam rasulullah saw, kita membaca salam, sholawat dan mendoakan beliau,, kemudian kita bergerak sedikit ke kanan untuk mengucapkan salam dan do’a ke sahabat nabi.
- Sehabis sholat fardhu biasanya ada sholat jenazah, sempatkan untuk mengikutinya karena merupakan peluang amalan ibadah kita untuk itu sebaiknya pelajari juga tata cara sholat mayyit mulai dari tanah air.
- Didalam masjid kita bisa menyaksikan teknologi buka tutup kubah (ada yang berbentuk payung maupun yang berbentuk kubah biasa), biasanya akan terjadi sekitar pukul 5.30 s/d 6.00 was, waktu-waktu ini yang sering karena buka tutupnya tidak tahu berdasarkan kreteria apa (panas, jam, cuaca, mungkin bias dicari artikel jika ada yang berminat)
- Jika kita pertama datang ke masjid Nabawi, maka setelah sholat tahyatul masjid di Raudah kita bisa ziarah ke makam Rasulullah dan sahabatnya (Abubakar dan Umar), dari Raudah kita bergerak lurus ke arah mimbar imam kemudian belok ke kiri ( disebelah kiri kita adalah makam rasulullah dan sahabatnya), cukuplah mengucapkan salam dan sholawat atas beliau.
- Setelah berziarah ke makam rasulullah ini kita bisa langsung keluar masjid dan berjalan lurus menuju pemakaman Baqi, karena tidak jauh dari halaman masjid terletak makam BAQI. Ucapkan salam dan do’a bagi kaum muslimin dan muslimat sesuai dengan tuntunan sunatullah di makam baqi.
- Cuaca di Madinah pada musim haji tahun 2003 M cukup dingin untuk itu perlu dipersiapkan pelembab kulit dan lip gloss (pelembab bibir) dari beberapa merk yang saya lihat (yang dibawa oleh sebagian jamaah), merk NIVEA cukup bagus atau anda bisa beli disana (selalu mengantongi ini yang dapat kita pergunakan lagi ketika kita selesai berwudhu). Jika tidak menggunakan pelembab maka kaki akan mengalami pecah-pecah. Usahakan minum air di dalam masjid sesering mungkin untuk menghindari dehidrasi (karena dari pengalaman ibadah haji saya, ada jamaah dari Malaysia yang harus dirawat karena dehidrasi)
- Pada saat musim dingin jika kita bawa bekal makanan (rendang, sambal teri) cukup awet walaupun tidak dihangatkan. Bekal ini cukup membantu karena pada saat awal (gelombang I) banyak tempat makan yang belum buka kalaupun ada harganya masih cukup tinggi disamping itu kita bisa menghemat living cost. Kebetulan di regu kami ada 2 orang yang bawa rice cooker dan 1 orang yang bawa kompor listrik sehingga untuk nasi bisa joint untuk 2 kamar (kamar Bapak dan kamar Ibu). Selama di Madina makan secara bersama-sama, sebaiknya kalau sudah di mekkah untuk urusan makan lebih baik sendiri-sendiri saja karena akan lebih baik, lebih mudah mencari makan dan murah di makkah dan tidak mengganggu jadwal rekan kita yang lain.
- Jika ingin menukar uang (dollar atau rupiah) sebaiknya jangan di tanah air karena selisihnya cukup besar (tukar saja di sana : Madina atau Makka). Di tanah air 1 real kita beli waktu itu Rp 2750 di sana Rp 2350, jadi cukup bawa uang rupiah dalam lembar 100 ribuan. Untuk tempat penukaran uang cukup mudah dan banyak tempat-tempat yang berfungsi sebagai MONEY CHANGER
- Jangan membawa kamera, photo-photo yang dilarang (termasuk poster bergambar masjid) ke dalam masjid baik di Nabawi maupun di masjidil haram, karena anda tidak akan diperkenankan masuk ke dalam masjid oleh petugas jika kedapatan membawa kamera.
- Jika kita ingin mencari oleh-oleh di sekitar makam baqi banyak berjejer toko-toko souvenir pandai-pandailah menawar barang, semakin hari harga-harga akan bergerak naik, jadi sebaiknya jika anda masuk dalam kloter awal maka sebaiknya belanjalah untuk oleh-oleh sesuai kebutuhan (hati-hati jangan sampai living cost habis buat oleh-oleh, lakukan perhitungan yang akurat). Di Madinah ada salah satu toko yang menawarkan harga cukup bersaing tetapi tidak dapat ditawar, namanya AL-TAUFIQ tempatnya dibelakang masjid, disini banyak dijual sajadah dari berbagai kualitas dan merk, cukup bagus buat oleh-oleh. Qualitas yang cukup bagus buatan Maroko harga berkisar mulai 70 RLS. Jika memerlukan tasbih, kita bisa membelinya di pusat grosir souvenir lumayan selisih harganya (tasbih yang dibuat dari batu laut berwarna putih seperti mutiara cukup bagus, untuk 1 lusin harga sekitar 50 RLS).Tips: kalau beli souvenir kita teliti juga made in mana, karena banyak rekans kami yang berbelanja product Indonesia sendiri sehingga setelah sampai di kamar / maktab semua jadi tertawa. Untuk masalah souvenir sebaiknya dari tanah air anda sudah mendata siapa-siapa yang perlu anda beri souvenir tentunya dengan urutan kualitas misanya orang tua tentunya kita prioritaskan misalanya nanti akan kita kasih sajadah, terus ulama/guru spiritual kita kita kasih mushaf, dll.
- Selalu bawa pelembab, lipgloss (untuk pelembab bibir), botol aqua dalam tas karena dapat kita gunakan segera di dalam masjid.
- Jika ingin sholat di atas masjid Nabawi, maka kesempatan ini dapat kita peroleh pada hari jum’at melewati escalator/lift yang disediakan (kalau hari-hari biasa bagian atas tidak dimanfaatkan karena areal bawah cukup memuat jamaah).
- Pasar kurma dapat dikunjungi di depan masjid cukup dengan jalan kaki sekitar 5 menit, disini banyak disediakan kurma dari berbagai jenis pergunakan kesempatan ini untuk mencicipi semua jenis kurma (karena kita akan ditawari oleh pedagang kurma sambil berkata “ HALAL” anda boleh mencicipi bahakan sampai 1 kg. Kurma nabi ada 3 tingkat quality, untuk qualitas 3 sudah cukup, harganya 1 kg sekitar 40 RLS.
- Makanan (Nasi dan lauk pauk) mudah di dapat, tetapi untuk menghindari antrian sebaiknya belilah makanan ba’da DHUHA karena kalau habis shalat DHUHUR antrainnya bisa bikin perut yang lagi lapar tambah lapaaaaaaarrrrrr. Untuk makan malam sebaiknya ba’da Ashar. Namun sekarang jamaah haji di Madinah sudah dapat jatah dari pemerintah sebanyak 2x makan sehari (siang dan malam).
Kita terusin ke catatan lainnya, di Catatan Perjalanan Haji 1423H #3