Wednesday, November 19, 2008

Waspadai makan selama di Tanah Suci



Masalah catering haji sepanjang pelayanan haji tetap bermasalah walaupun upaya-upaya perbaikan setiap tahunnya terus dilakukan.

Sebagaimana laporan dari eramuslim pada pada judul di atas, memang diperlukan control dari jamaah haji itu sendiri. Hal-hal yang perlu menjadi perhatian jamaah calon haji adalah sebagai berikut :

  1. Segeralah menyantap makanan yang disajikan pada waktu kita mendapat jatah, karena makanan yang ada standarnya +/- 5 jam dan setelah itu makanan tersebut sudah rusak atau tidak layak dikonsumsi. Hal ini kurang disadari oleh jamaah haji sendiri, dengan alasan masih kenyang maka makanan yang dibagikan dan seharusnya dikonsumsi saat itu namun dengan alasan tadi dikonsumsi diwaktu nanti.
  2. Selalu berhati-hati terhadap makanan yang diberikan, jangan terlalu yakin kalau makanan yang kita peroleh dari catering benar-benar layak dikonsumsi secara kesehatan, karena terkadang memang makanan dari perusahaan catering tersebut sudah rusak. Terkadang daging sudah mengeluarkan busa, sayuran sudah berubah rasa, nah karena kita terlalu yakin bahwa makanan yang dibagikan sudah sesuai dengan standar kontrol kesehatan yang telah ditetapkan maka tanpa ragu lagi kita santap aja makanan tersebut. Sebaiknya makanan yang dicurigai tidak layak dikonsumsi jangan dipaksakan untuk dimakan, karena hal ini bisa berakibat terhadap gangguan kesehatan terutama diare. jika mendapati kondisi makanan yang rusak segeralah laporkan ke petugas.
  3. Hindari membeli makanan dipinggir jalan, sebaiknya belilah makanan di restoran-restoran yang tersedia di dekat penginapan atau masjid karena kalau ditempat resmi mereka selalu diawasi akan pengolahan dan penyajiannya, bahkan kalau pas ada sidak (inspeksi mendadak) dan kedapatan restorannya ada yang tidak sesuai standar kesehatan penyajian maka bisa terkena denda bahkan kurungan badan.

Tuesday, November 11, 2008

Check List Perlengkapan Haji Yang Perlu Anda Bawa ?

Jamaah Tiba di Madinah

Perjalanan menunaikan ibadah haji ke tanah suci tidak hanya membutuhkan kesiapan mental, jasmani, ilmu dan bekal taqwa, namun Logistic memegang peranan yang amat penting dalam menunjang kelancaran ibadah selama di tanah suci. Bagi Anda yang sebentar lagi mendapat kesempatan panggilan dari Allah untuk menunaikan ibadah haji tahun ini tentunya sudah mulai disibukkan dengan persiapan-persiapan perlengkapan yang kira-kira apa yang bakal Anda bawa ke tanah suci.
Informasi dari beberapa kerabat dan ketika manasik juga sudah Anda dapatkan, dari pengalaman-pengalaman saudar-saudara kita yang terlebih dahulu menunaikan ibadah haji.
Untuk membantu Anda didalam mengingat perlengkapan yang akan anda persiapkan, disini aku buatkan check list perlengkapan yang mungkin sesuai dengan kebutuhan Anda. Tentunya perlengkapan yang diperlukan setiap orang masing-masing ada perbedaan, namun perbedaan tersebut aku rasa tidaklah terlalu menonjol.

Sebagai catatan :
  1. Bawa ringkasan do'a, kalau buku do'a yg dari depag itu ribet banget. Ringkaslah do'a do'a yang memang diajarkan oleh Rasulullah dalam manasik hajinya.

  2. Bawa obat-obatan secukupnya karena obat-obatan di petugas haji sangat tidak mencukupi. Secara umum, penyakit yang sering di alami disana seperti: Batuk, Pilek, Saluran Pernafasan, Diare dlsbnya. Jadi, jangan lupa membekali diri anda dengan antibiotik, obat batuk, obat influensa, obat sakit perut/diare, obat sakit kepala/pusing, obat gosok seperti: vicks, counterpain, Obat/salep untuk luka :Aloe Propolis Cream, tensoplast/hansaplast dll. Dan jangan lupa obat-obatan dicatatkan di buku kesehatan haji kita. Jika Anda mempunyai riwayat penyakit dengan resiko tinggi (Obat-obatan lainnya yang penting dibawa tergantung dari kebutuhan masing-masing seperti untuk penyakit ambeien, asam urat, darah tinggi, diabetes, asma dlsbnya) , maka sebelum berangkat konsultasikan obat yang bisa dibawa.

  3. Bekali diri Anda dengan suplemen atau vitamin, suplemen yang saya sarankan adalah madu. Saat ini ada product perlebahan yang mudah dibawa karena dalam bentuk tablet/kapsul. untuk madu cair belilah di mekkah atau medinah karena madu sangat bagus untuk menjaga kesehatan.

  4. Perlengkapan pendukung seperti payung lipat kecil, kacamata hitam (biar nggak gampang lepas/jatuh pakai tali), cream untuk pelindung muka/sun block.

  5. Perlengkapan mandi (sabun, odol), bedak, lotion sebaiknya pilih yang tidak berparfum. Pada saat ihram benda-benda yang digunakan tidak boleh yang berparfum sehingga kalau tidak yakin harus Anda tinggalkan. Untuk odol, pakai aja Siwak (bentuknya seperti ranting kayu) belinya di Mekah atau Madinahs, beli yang sudah dikemas dalam kemasan plastik karena kualitasnya bagus, harganya sekitar 2 sampai 3 riyals satu batangnya. Untuk lotion Anda bisa beli di Mekkah atau Madinah, namanya White Diamond harganya sekitar 5 riyals (bagus untuk menjaga kelembaban kulit dan bibir disamping itu tidak berparfum).

  6. Untuk wanita, jangan lupa selalu sedia panty liner.
  7. Untuk Gunting, Alat cukur, Pisau dimasukkan dibagasi/tas koper besar jangan dibawa di kabin
  8. Kalau bisa kaos dalam, beli yang model kangguru (ada kantong di dada, bisa untuk menyimpan uang atau tanda pengenal kita selama berpergian)
contoh barang perlengkapan haji

Sebaiknya Anda lakukan check list ketika memasukkan barang-barang di atas ke koper agar yakin semua tidak ada yang tertinggal lagi. Jika ada masukan lain yang bermanfaat, Anda bisa share disini agar pengalaman yang ada bisa bermanfaat sebagai masukan saudara-saudara kita yang akan menunaikan ibadah haji. Sebagai gambaran, Anda dapat mendownload file dalam bentuk pdf, check list barang bawaan haji untuk laki-laki dapat di download disini , sedangkan untuk jamaah perempuan di sini, yang merupakan perlengkapan-perlengkapan yang pernah kami bawa berdua isteri ketika menunaikan ibadah haji 1427 H sebelumnya. Perlengkapan yang ada di check list terebut beratnya beserta koper kurang lebih 15 Kg, karena memang ketentuan dari embarkasi Palembang barang bawaan JCH ketika berangkat tidak boleh melebihi 15 Kg. Ketentuan ini cukup tegas, karena banyak ditemu koper JCH yang harus dibuka lagi untuk mengurangi kelebihan berat. Jadi sebaiknya sebelum koper besar diserahkan ke tempat pengumpulan yang ditentukan (biasanya 2 hari sebelum tanggal masuk asrama, JCH diminta mengumpulkan koper besarnya tetapi ada juga yang langsung di bawa ke asrama haji tergantung kebijakan). Untuk itu agar tidak repot koper yang telah diisi coba ditimbang dulu, bisa dengan menggunakan neraca pegas (banyak dijual di toko besi harganya murah sekitar 15 ribu nanti bisa dipakai di Tanah suci untuk menimbang barang bawaan pulang kita agar tidak lebih dari 32 Kg) atau timbangan badan.

Semoga haji yang akan dilaksanakan oleh saudara-saudaraku kaum muslimin/muslimat mendapat balasan haji mabrur, amin ya rabbal alamin.

Sunday, November 9, 2008

Perlengkapan Haji Yang Perlu dipersiapkan Jamaah Perempuan

Pakaian dan Peralatan Ibadah

  1. Baju Ihram 2 stel –> karena celananya cenderung tipis, bisa diganti celana lain yang berwarna gelap dan mudah digulung sehingga memudahkan kita saat berwudhu dan ke kamar mandi. Kalau berangkat termasuk gelombang 2, dipakai sejak dari Indonesia karena begitu datang langsung umroh wajib, dan miqatnya di atas pesawat
  2. Baju Atasan non Ihram 3 buah –> usahakan yang panjang (kalau bisa sampai selutut) dan tidak ketat
  3. Celana Panjang 2- 3 buah –> Lebih baik berwarna gelap, tidak mudah kotor, tidak membayang, dan yang mudah digulung
  4. Jaket 1 buah –> untuk di pesawat, dan musim haji tahun ini masih masuk musim dingin
  5. Atasan mukena 2 buah –> bisa jadi jilbab juga saat kita berangkat ke masjid
  6. Jilbab panjang 3 buah –> usahakan yang menutup sampai dada. Tidak harus putih
  7. Sajadah tipis 1 buah
  8. Kaos kaki 3 pasang –> tebal dan berwarna gelap lebih baik, tidak perlu yang berjari
  9. Pakaian Dalam 6 stel
  10. Disposible Panties 2 Pack–> bisa dipakai saat perjalanan dari dan menuju tanah air, Madinah - Mekah atau sebaliknya, dan Armina (Arafah, Muzdalifah, Mina). Biar tidak bawa pakaian dalam kotor
  11. Pantyliners 2 Pak
  12. Pembalut wanita secukupnya (sesuaikan dengan kebiasaan haid)
  13. Tutup kepala ala Ninja/teroris 1 bh
  14. Sarung tangan buat sholat

Peralatan Tidur

  1. Pakaian tidur 2- 3 stel –> Usahakan bukan daster, mudah menyingkap. Siapa tau kita sekamar dengan jemaah laki2
  2. Kain panjang 2 lembar bisa untuk sprei dan selimut tidur
  3. Sarung bantal 2 lbr

Alas kaki

  1. Sepatu keds tidak bertali 1 pasang
  2. Sandal gunung 1 pasang
  3. Sandal jepit untuk ke kamar mandi 2 pasang

Perawatan Tubuh dan Wajah

  1. Pelembap wajah –> Sebaiknya beli disana White Diamond aja
  2. Tabir surya
  3. Pelembap tubuh ·
  4. Pelembap bibir –> Bisa dibeli di sana, merk Labello atau pakai White Diamond juga bisa
  5. Bedak
  6. Sabun mandi dengan pelembap kalau bisa ada yang non perfume
  7. Face Spray –> bisa beli botol semprotan kecil bisa dipakai berwudhu ketika dipesawat (saya dan isteri tdk tayammum).
  8. Sikat gigi Travel Size
  9. Odol atau beli siwak disana

Catatan:

  • Pelembap ini sebaiknya dipakai segera setelah mandi, saat kulit masih lembap agar kerjanya lebih efektif, ditambah perbanyak asupan cairan yang akan menjaga kelembapan kulit.
  • Jika dibawa di tas tenteng, pastikan kemasannya tidak melebihi 100 ml. Sedang yang untuk di koper bisa bebas.

Obat - Obatan:

  1. Pil Penunda Haid, prolut dsb (terutama bagi yang haid sekitar tgl 6 - 11 Desember atau menjelang tanggal 8 Dzulhijah)
  2. Obat-obatan bagi penderita penyakit kronis (DM, Hipertensi, Hiperkolesterol, Asma, Alergi)
  3. Analgesik/ Antipiretik
  4. Anti mabuk perjalanan
  5. Oralit / Obat Diare
  6. Obat Sembelit
  7. Obat demam
  8. Obat sakit kepala
  9. Obat Antibiotik
  10. Krim analgesik (counterpain, atau balsam yang biasa dipakai usahakan yg tidak menimbulkan rasa dingin)
  11. Vitamin atau suplemen, sebaiknya yang berbahan dasar madu atau produk perlebahan
  12. Masker multu dan hidung 10 lembar
  13. Plester handyplast


Catatan:

  • Untuk obat-obatan sebaiknya di bawa di tas tenteng.
  • Pil penunda haid harus diminum pada jam yang sama untuk itu konsultasikan dengan benar waktu penggunaan pil penundaan haid ini dengan dokter

Buku - buku

  • Al Qur’an kecil
  • Rangkuman Do’a
  • Bahan2 bacaan manasik haji lainnya
  • Notes atau catatan plus bollpoint nya

Peralatan Pendukung Harian

  1. Setrika Kecil (optional)
  2. Kamera Digital
  3. Camcorder (optional)
  4. Memory Card Cadangan
  5. Handphone
  6. empat air untuk dibawa saat kita keluar dari pondokan, bisa pakai ex minuman seperti fresh tea
  7. Gantungan baju yang bahan kawat biar tidak terlalu berat
  8. Deterjen untuk cuci baju, dan cabun cair untuk cuci piring (sekalian bawa busa untuk cuci piringnya)
  9. Gunting Kecil harus masuk koper
  10. Tali buat gantungan baju
  11. Tas Ransel, untuk ke Armina
  12. Alat tulis
  13. Sewing kit (alat cukur)
  14. Senter + Batere cadangan
  15. Kabel listrik ekstensi (buat aja dengan panjang kira-kira 2m)–> wajib bawa!!!
  16. Kaca mata hitam + talinya
  17. Payung kecil (optional)
  18. Sikat cuci baju
  19. Water heater yang portable untuk memasak air (cari yang 350 watt aja)

Isi Tas saat ke Arafah (Pake Tas Ransel Lebih Praktis, cat: untuk pria disesuaikan aja atau tanpa point 2, 11 dan 12)

  1. Pakaian Ihram cadangan
  2. Sarung tangan buat sholat
  3. Kantong untuk kerikil melempar jumrah
  4. Jaket
  5. Buku Do’a
  6. Al Qur’an
  7. Kaus kaki
  8. Sepatu Keds tanpa tali/ Sandal Gunung
  9. Kamera –> batere terisi penuh
  10. Handphone –> batere terisi penuh
  11. Disposible panties
  12. Pantyliners
  13. Obat2an Pribadi
  14. Peralatan mandi (yang tidak wangi)
  15. Sleeping Bag (optional)
  16. Gunting Rambut
  17. Senter + Batere Cadangan
  18. Kabel listrik extention
  19. Kaca mata hitam + talinya
  20. Tempat minum terisi penuh
  21. Water heater
  22. Makanan ringan: Coklat, Kurma, Abon, dll
  23. Payung kecil
  24. Sajadah tipis
  25. Masker hidung dan mulut
  26. Piring, cangkir, sendok
  27. Sandal jepit

Untuk check list perlengkapan haji yang perlu dipersiapkan dalam bentuk file dapat di download di sini

Saturday, November 8, 2008

Usai Wukuf, Jamaah Haji 1429 H Rencananya Dapat Makanan


Jamaah haji tahun 1429 H/ tahun 2008 rencananya akan mendapatkan makanan tambahan usai melaksanakan wukuf, berada di Musdalifah dan usai melaksanakan jumroh di Mina.
“Pemberian makanan selama tiga kali di tanah suci itu merupakan komitmen pemerintah dalam meningkatkan pelayanan jamaah haji, ” kata Menteri Agama M. Maftuh Basyuni di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (6/8).
Ia menjelaskan, semula jamaah Indonesia direncanakan akan diberi makan selama berada di Makkah, seperti yang dilakukan di Madinah, Arafah dan Mina (Armina). Namun setelah dibahas bersama Komisi VIII DPR, maka rencana itu dibatalkan karena berbagai pertimbangan.
Rencana pemberian makan tambahan akhirnya diputuskan selama jamaah berada di Muzdalifah, ketika melakukan mabit (bermalam), perjalanan dari Muzdalifah ke Mina dan usai melaksanakan jumroh.
Menag berharap rencana ini dapat terwujud ditahun ini, sebab untuk marealisasikan sangat tergantung pada kesiapan perizinan yang berlaku di negara tersebut.
Pemberian makanan tambahan itu tata caranya berbeda dengan pemberian makan di Armina. Tahun lalu jamaah Indonesia mendapat makan dengan cara disajikan secara prasmanan. Cara tersebut akan tetap dipertahankan pada tahun ini karena dinilai baik bagi jamaah haji.
Lebih lanjut Maftuh menjelaskan, makanan tambahan itu dalam bentuk kemasan kaleng dan tahan lama, sehingga kemungkinan basi dapat dihindari dan mudah dibawa bagi jamaah haji. “Di kalangan militer jenis makanan itu disebut T2, ” katanya.
Sementara itu, Direktur Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Sistem Informasi Haji Depag Abdul Gafur Jawahir membenarkan bahwa pemberian makanan yang biasa dikonsumsi tentara dalam medan tempur tersebut, kini dalam proses perizinan dari pemerintah Arab Saudi.
“Ada beberapa hal yang harus diselesaikan menyangkut produksi jenis makanan T2 itu. Pengusaha di dalam negeri baru bisa memproduksi dalam jumlah besar, sekitar di atas 6000 kaleng, jika perizinan dari pengusaha dan instansi pemerintah setempat sudah beres. Harapannya ingin cepat beres, ” ujarnya.
Akan tetapi perizinannya masih digarap izinnya, terutama menyangkut uji laboratorium di negara tersebut. “Namun yang jelas, pada musim haji kali pertama ini akan direalisasikan, ” tandasnya.( source: eramuslim)

Saturday, November 1, 2008

Hikmah Perjalanan Haji

Photo bersama isteri di lantai atas masjidil haram

Menunaikan ibadah haji tidak hanya melaksanakan rukun Islam yang ke lima, seperti yang telah dinyatakan Al Qur’an:
ولله على الناس حج البيت من استطاع اليه سبيلا
“Mengerjakan haji itu adalah kewajiban manusia kepada Allah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah”(Ali Imram: 97)

Para ulama mazhab sepakat bahwa “istitha’ah” atau “mampu” menjadi syarat kewajiban haji, akan tetapi mereka berbeda pendapat arti kata “mampu”. Hadits telah menjelaskan definisi “mampu” seperti “Dengan bekal dan ada angkutan atau kendaraan”. “Rahilah” adalah ungkapan simbolik dari ongkos perjalanan, pergi ke Mekkah pergi pulang ke negaranya. Sedangkan “zad” (bekal) adalah kebutuhan berupa harta untuk pergi, makan, minum, sewa tempat dan uang untuk mengurus paspor dan lain-lain yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah haji. Bersamaan dengan itu, juga harus rasa ada aman baik untuk dirinya, hartanya maupun untuk kehormatannya dan keluarga yang ditinggalkannya. Juga cukup bekal untuk orang atau sesuatu yang menjadi tanggungannya.

Selain itu, standar mampu ini pada pelaksaannya tidak hanya ditentukan oleh sejumlah harta yang dimilikinya, melainkan kebulatan tekad dari yang bersangkutan cukup kuat atau tidak. Karena itu bisa terjadi pada kebanyakan orang yang secara lahiriyah masih dalam posisi ekonomi lemah dan susah, namun jalan lain Allah menentukan untuk bisa berhaji. Demikian juga sebaliknya pada kebanyakan orang banyak harta dari kalangan ekonomi mapan, namun boleh jadi kebulatan tekad dalam dirinya untuk berhaji belum ada, maka yang bersangkutan sering mencari jastifikasi bahwa belum ada panggilan (salah kaprah). Padahal Nabi Ibrahim as telah lama memanggil manusia untuk bisa berhaji sesuai perintah Allah seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an :
وأذن فى الناس بالحج يأتوك رجالاوعلى كل ضامر يأتين من كل فج عميق
“Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh” (Al Hajj :27).

Jadi yang belum ada bukanlah panggilan, melainkan niat dan kebulatan tekad dari dalam diri yang bersangkutan. Allah akan memberi hidayah kepada setiap orang yang hatinya terbuka untuk itu, dan sebaliknya Allah akan menutup hidayahNya kepada siapa yang hatinya tertutup untuk menerimanya.

Ibadah haji yang dijalani sesungguhnya diharapkan melahirkan jiwa-jiwa yang bersih dari setiap Muslim, melahirkan ketulusan hati dalam berkarya dan beramal baik yang berdimensi ritual maupun yang berdimensi sosial. Penghayatan dan pengamalan ajaran agama memang membutuhkan kebiasaan yang secara terus menerus dilakukan, diasah dan diasuh sebagai pembentukan “habit forming” pembentukan kebiasaan. Karena kesadaran tidaklah bersifat instan dan konstan, melainkan bergelombang ada pasang surutnya, kadang sadar dan kadang kumat (kadarkum), kadang lemah dan kadang kuat tergantung kondisi sekitarnya kondusif atau tidak.

Ibadah haji juga berpeluang untuk memahami karakter bangsa-bangsa lain sebagai makhluk-makhluk ciptaan Allah di dunia yang sedang melaksanakan ibadah haji. Semua makhluk Allah, termasuk planet-planet bumi tidak boleh keluar dari orbitnya harus sesuai dengan kodratnya. Mengitari Ka’bah yang disebut dengan thawaf harus memberi kesan keteraturan hidup, tidak boleh saling bertabrakan yang menggambarkan pula putaran bumi tidak boleh berhenti, seperti melihat orang thawaf yang tidak pernah istirahat mengitari Ka’bah.

Kapanpun anda pergi ke masjidil haram pasti ada orang yang sedang thawaf. Bumi pun demikian mengitari tatasurya tanpa henti. Jadi jelas yang disembah orang muslim bukanlah batu persegi empatnya melainkan yang menciptakan system peredaran bumi dengan segala keteraturannya, itulah yang disembah. Allah berfirman :
فليعبدوا رب هذا البيت، الذى اطعمهم من جوع وأمنهم من خوف.
"Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik Rumah ini (Ka’bah) yang telah memberi makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan dari ketakutan”. (QS. Quraisy : 3-4)

Tuhan Pemilik Al Bait yang menjamin kehidupan manusia dari kelaparan dan yang menjamin rasa aman. Ayat ini harus dibumikan atau diimplementasikan bagaimana seorang muslim meneladani sifat “rabba hadzal bait” yang berusaha memberi makan pada mereka yang lapar dan melindungi siapa saja yang merasa takut agar menjadi merasa aman, maka seusai melaksanakan haji harus memiliki tekad untuk berusaha mewujudkan kedua misi Al Qur’an di atas. Seandainya semua orang yang telah berhaji mau dan mampu meleladani sifat-sifat rabba hadzal bait di atas, maka betapa negri yang berpenduduk mayoritas muslim ini akan makmur dan sejahtera, tak akan ada lagi kemiskinan dan krisis ekonomi di Indonesia ini, sesuai cita-cita Al Qur’an baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Penjelasan tersebut memberikan pemahaman bahwa haji tidak bisa disetarakan dengan mereka yang membuat patung atau sesembahan lainnya yang kemudian mereka sembah sendiri. Konsep ini jelas-jelas tidak memiliki akar filosofis tentang wujud Tuhan Yang Esa. Walaupun demikian, bahwa keyakinan orang terhadap doktrin agamanya, sepenuhnya menjadi hak yang bersangkutan. Islam tidak punya ruang untuk memaksa siapapun agar menganut keyakinan yang sama. Ajaran Islam sama sekali tidak menganjurkan penganutnya untuk memaksa keimanan seseorang agar masuk kepada ajarannya, yang ada hanya kewajiban sebatas tanggung jawab merawat dan memupuk bagi mereka yang sadar akan Keesaan Allah. Karena doktrinnya sangat tegas, seperti pernyataan Al Qur’an “Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku”(QS. Al Kafirun:6). Iman yang dipaksa tidak akan melahirkan kesadaran mendalam dalam diri seseorang, sedangkan beragama membutuhkan adanya kesadaran yang lahir dari dalam diri seeseorang. Ajaran Islam tidak mempunyai target-target kuantitatif, tetapi lebih mementingkan kepada kualitas: “Ayyukum ahsanu amala” Siapa di antara kalian yang terbaik amalnya. (QS. Huud : 17)

Ibadah haji juga merupakan peluang agar yang bersangkutan merasakan ni’matnya berdo’a di tempat-tempat mustajab, seperti di multazam, di hijir Ismail, di maqam Ibrahim dan di Raudhah serta tempat-tempat lain yang mustajabah. Tamu-tamu Allah diberi kehormatan untuk bisa dan memanfaatkan sebaik-baiknya tempat-tempat dimaksud untuk berdo’a sepuas-puasnya sesuai kebutuhan yang diinginkan. Saat kekhusu’an kita berdo’a itulah kedekatan dengan Allah sungguh-sungguh dirasakan. Karena itu kadang-kadang orang yang berdo’a dengan tidak terasa meneteskan air mata penuh haru, dengan disertai perasaan takut dan penuh harap mengapa saya bisa sampai di sini, dan kapan lagi akan berada di sini. Ya Allah semoga anak cucu kami pun bisa mengalami hal yang sama, bisa memenuhi panggilanMu Ya Allah.

Perasaan inilah yang kemudian bisa mengantarkan kita berupaya sekuat tenaga meningkatkan derajat keberagamaan, meningkatkan ibadah kita, membuka diri dengan orang lain untuk bisa saling membantu sehingga tercipta suasana keakraban, dan persahabatan. Karena itu jangan lewatkan peluang berharga ini, sebab belum tentu peluang besar akan kembali kita raih di saat-saat mendatang. Apa jaminannya bahwa anda akan bisa hidup lima tahun atau sepuluh tahun mendatang. Sama sekali tidak ada jaminan dari siapapun dan dengan kecanggihan cara apapun. Karena di dalam hidup ini kita hanya menjalani probabilitas-probabilitas atau kemungkinan-kemungkinan yang telah ditentukan Allah.

Sisi lain dari peluang yang diharapkan oleh mereka yang berhaji adalah menyaksikan banyak pelajaran berharga yang bisa memberi efek mencairnya semangat beragama melalui perjalanan sejarah Nabi-nabi yang Agung, Ibrahim as, Ismail as, dan Rasulallah saw dengan segala kisah yang menyertainya. Saat kita menelusuri jalan menuju kota hijrah Nabi yaitu Madinah dengan jarak kurang lebih 650 km, kita bisa membayangkan bagaimana Nabi dan para sahabat berjuang mempertahankan iman dan merawat akidah. Dalam perjalanan jauh yang disertai kejaran musuh-musuh Nabi itu mengingtkan bahwa kita belum seberapa, kita pergi hajipun naik pesawat, ziarah ke Madinah juga dengan kendaraan ber AC. Bahkan saat ini sudah ada pesawat jamaah haji dari Indonesia langsung ke Madinah tanpa melalui Jeddah. Coba kita berpikir dan membuka mata lebar-lebar agar bisa menangkap arti, hikmah dan makna histories yang diharapkan bisa berimplikasi terhadap diri kita untuk mengambil bagian-bagian apa saja yang bisa kita lakukan dalam perjuangan demi tegaknya syi’ar agama Allah (Nur Allah) di bumi negri masing-masing sekembalinya ke tanah air. Kenapa perjalanan ritual ibadah haji yang kita lakukan di tanah suci, sampai di tanah air menjadi pudar, seperti terlebih di saat jamaah haji selama berada di Madinah, shalat lima waktu tidak pernah ketinggalan berjamaah di masjid Nabawi, begitu sampai di tanah air hanya beberapa hari saja shalat berjamaah di masjid setelah kedatangan dari haji, selebihnya tidak terjadi lagi melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah di masjid. Ini kan keliru, yang baik adalah apa yang telah dikerjakan di saat melaksanakan ibadah haji, dilanjutkan di tanah air, inilah yang akan membuahkan haji mabrur.

Demikian Al Qur’an mengingatkan mereka yang berhaji “Liyasyhadu manafi’a lahum” agar mereka bisa menyaksikan hal-hal yang berguna dan bermanfa’at. Apa yang kita lihat dan saksikan tidak hanya yang bersifat histories, tetapi banyak pula peristiwa-peristiwa aneh tapi nyata baik berupa balasan kebaikan maupun balasan keburukan bagi yang siapa saja yang tidak menghiraukan larangan “rafats, fusuq dan jidal.

Kesaksian orang terhadap peristiwa-peristiwa aneh tapi nyata di tengah-tengah pelaksanaan ibadah haji turut mempertebal keimanan dan keyakinan akan kebesaran Allah pemilik langit dan bumi. Itulah sebabnya dalam bertalbiyah kita berucap “Laka Walmulk”dan pada saat yang sama kita tidak boleh mensekutukanNya sambil berucap “La syakika laka”.

Talbiyah yang dibaca disaat akan memulai pekerjaan haji mengisyaratkan adanya pembersihan jiwa dari segala kekufuran ni’matNya, kebersihan jiwa dari sifat rasa kesombongan dan kebersihan jiwa dari adanya kekuasaan-kekuasaan lain selain Allah. Orang-orang yang hadir menjadi tamuNya tidak diperkenankan sedikitpun membawa embel-embel status yang biasa kita rasakan saat di tanah air. Kehadiran kita di tanah suci menjadi “dhuyuufurrahmaan” tamu-tamu Allah yang hanya dengan mengenakan pakaian ihram. Tubuh kita hanya terbalut oleh kain putih yang tidak berjahit, persis seperti kain kafan yang biasa dipakai oleh orang-orang yang hendak keluar dari alam dunia (mati). Ini berarti sesekali orang hidup harus belajar keluar dari hiruk pikuk kehidupan dunia yang penuh tipu daya muslihat menuju ke hadirat Allah SWT. Jika semua hal itu kita dapat laksanakan dengan baik dan mengaharap ridho Allah SWT, Insya Allah mendapatkan haji mabrur. Amin. (oleh Ahmad Buwaethy)