Tuesday, June 19, 2007

...::: Jodoh Tanah Suci :::...

Menunggu waktu sholat antara satu sholat fardhu dengan sahlat fardhu berikutnya cukup panjan, jamaah mengisi kegiatan dengan berbagai ibadah di dalam masjid. Namun untuk menjalin silaturahim antara sesama jemaah yang datang dari segala penjuru dunia, biasanya sering terjadi komunikasi disaat saat menunggu waktu sholat.
Pembicaraan antara ibu mertua abangku dengan salah seorang jemaah asal Indonesia berawal dari saling menanyakan asal daerah, yang kebutulan sama-sama dari Indonesia.
Diantara percakapan tersebut masuklah dalam topik Jodoh, “ Bu….saya mau cari jodoh, apakah Ibu punya anak yang belum menikah …? He he sambil senyum malu. Memang umurnya berapa ..kata si Ibu, 26 tahun Bu, namun sampai saat ini belum punya calon.
Kalau begitu seusia anak saya. Si Ibu tidak menjanjikan dan tidak terlalu merespons permintaan si gadis, cuma si Ibu bilang kalau dia juga dititipin do’a sama anaknya yang bungsu ini agar dimudahkan mendapat jodoh. Namun nampaknya si gadis begitu serius, sehingga dia menitipkan nomor telpon yang ditulis si gadis untuk si bungsu.

Pembicaraan terputus setelah masuknya waktu sholat, dan perpisahan antara si ibu dan si gadis juga terjadilah. Si Ibu tidak sempat memperhatikan detail wajah si gadis selama pembicaraan berlangsung, sampai saat inipun si Ibu belum ingat akan wajah si gadis.

Sepulang dari Haji, ketika kumpul dengan keluarga. Si bungsu menanyakan titipan yang disampaikannya ketika si ibu akan berangkat ke tanah suci. Bu...saya titip di doa’akan dan carikan jodoh wanita yang sholeha” teringatlah si ibu akan amanah kertas yang disampaikan si gadis ketika ditanah suci.lantas diberikan kertas tersebut, sekalian disampaikan bahwa si gadis ini sedang mencari jodoh.
Komunikasi antara si bungsu dan si gadis pun bermula dari catatan nomor telpon tersebut, dan terakhir keluarga mendapat kabar kalau si bungsu sudah melamar sendiri si gadis ke daerah kelahiran si gadis di Majalengka. Insya Allah dalam waktu dekat akan dilangsungkan pernikahannya di Majalengka, karena semua keluarga besar juga sudah menyetujui hubungan mereka. Subhannallah do’a seorang ibu ternyata mampu menggerakkan bertemunya kasih sayang dan cinta diantara dua anak manusia.
Keinginan si bungsu untuk mendapatkan wanita sholeha dimudahkan olehNya. Ternyata diketahui si gadis merupakan anak salah seorang tokoh agama yang memiliki pesantren didaerah Majalengka. Lucunya kata si bungsu, ayah si gadis juga dulunya melamar ibu si gadis sendirian juga seperti yang dilakukan si bungsu saat meminang anaknya.

Aku bilang ke isteri, koq. Do’a ku belum terkabul ya...buat tambah isteri lagi...ha ha
Isteriku bilang do’a ku kalah dengan do’anya karena dia juga berdo’a agar suaminya tidak ada yang memiliki selain dia. Weleh weleh...egois amat.

Sunday, June 3, 2007

Tawaf Wada' (Tawaf Perpisahan), Haji 1427H

Suasana Tawaf di Masjidil Haram

Sekarang aku akan selesaikan cerita pengalaman hajiku pada 1427 H. Perjalanan Haji memberikan banyak kenikmatan beribadah. Saat saat damai dan kedekatan dengan Allah adalah waktu-waktu yang berharga. Kesempatan untuk bertobat dan memohon ampun di Baitullah adalah hal yang langka, yang tidak semua ummat Islam mendapatkannya. Saat saat bersujud, memanjatkan doa dan memohon ridho-Nya dengan berlinang air mata adalah moment yang luar biasa yang mempunyai kenikmatan tersendiri dan sulit terlukiskan, sulit diucapkan, sulit digambarkan. Subhannallah.
Begitupun saat saat perpisahan dengan Baitullah semakin dekat, hari H yang dijadwalkan utuk Kloter kami (Kloter-3 Gelombang I Embarkasi Palembang) tiba juga. Setiap jamaah haji pasti merasakan kesedihannya karena selama menunaikan ibadah ditanah suci jemaah haji mampu melepaskan segala macam egoisme dan kesombongan manusia, yang merupakan akar berbagai macam kesulitan dan musibah dalam masyarakat yang selama di tanah air selalu melekat dalam diri manusia. Selama di tanah suci suasana jiwa manusia pun tersiapkan untuk menuju ke arah kesempurnaan. Hati dan jiwa manusia pelaksana ibadah haji, dengan terbukanya rantai-rantai keinginan hawa nafsu yang membelengu, akan memperoleh kekuatan tak terbatas untuk terbang semakin tinggi, menuju kepada kehidupan yang diinginkan, di dalam suatu ufuk yang luas serta di dalam udara yang lebih baik dan lebih mulia.
Ibadah haji adalah sebuah kesempatan, dimana seseorang dapat membebaskan diri dari dirinya sendiri, dan menyatu dengan Dzat yang Mutlak, tempat bergantung segala sesuatu yang maujud. Sesungguhnya haji adalah suatu ibadah yang mengandung segala unsur pernyataan diri sebagai hamba. Hal inilah yang memberikan keagungan kepada ibadah Ilahiyah ini.
Suasana Pelaksanaan Tawaf Wada'

Berdasarkan hasil rapat ketua rombongan, besok sehabis subuh dilakukan Tawaf Wada’ (Tawaf perpisahan). Karena sesuai kesepakatan dengan pengelola maktab dan panitia haji, sehabis Dhuhur rombongan akan bertolak menuju Jedah untuk selanjutnya bertolak ke tanah air. Tentunya perasaan sedih akan berpisah dengan moment-momet terindah dalam beribadah di Baitullah akan semakin mendekati kenyataan untuk berpisah. Perasaan itu pulalah yang tentunya harus dapat dimanfaatkan sampai ke waktu-waktu yang paling berharga pada saat perpisahan dengan Sang Khalik di rumahNya yang mulia itu.
Aku mengajak isteri untuk membuat planning jadwal sejak dini hari sampai detik-detik perpisahan dengan Baitullah. Aku dan isteri sepakat untuk melaksanakan tawaf wada’ sehabis waktu Dhuha. Dini hari kami berangkat menuju masjidil haram lebih awal, dan seperti biasa melakukan beberapa aktifitas ibadah.Kami mengambil posisi ibadah saat itu ketempat yang dapat melihat bangunan ka’bah secara langsung sehingga merasakan betul keagungan rumah Allah dan pemilik rumah tersebut. Ketika memandang sekeliling masjidil haram dan Baitullah, bertambahlah kesedihan hati ini, apalagi sebentar-sebentar melihat kearah jam masjid yang tergantung di ruangan masjid seakan-akan waktu lebih cepat bergerak dari yang seharusnya.
Setelah Sholat Subuh, aku dan isteri keluar untuk mencari sarapan pagi diseputar masjidil haram banyak dijual makanan. Kemudian menuju ke super market "Bin Dawood" yang ada dilantai dasar hotel Hilton, untuk membeli kursi duduk (aku lihat banyak jamaah haji yang sudah sepuh menggunakan kursi ini sambil membaca al qur'an, dengan kursi ini dapat membantu menyanggah punggung dikala duduk), aku membeli ini untuk oleh-oleh yang akan kupergunakan jika menunggu waktu subuh setelah tahajud di tanah air pikirku.

Lebih kurang pukul 10.00 was, kami memasuki masjidil haram setelah sebelumnya menyelesaikan urusan hajat dan wudhu. Tawaf kali ini kami tidak masuk dari pintu Babussalam tetapi dari pintu depan hotel Hilton. Tasbih untuk tawaf aku pegang dijari tangan kanan, kemudian perlahan kami menuruni tangga dan bergerak kepelataran Ka'bah mendekati sudut Hajar Aswad dengan berpatokan (by Feeling) ke arah sudut lampu hijau yang ditempatkan didinding Masjid. Bismillahi Allahu Akbar, kami langkahkan kaki kanan mengawali putaran peratam Tawaf, setapak demi setapak sudut-sudut Ka'bah kami lalui. Cucuran air mata semakin membasahi, tatkala kami meresapi do'a dan dzikir kami sampaikan kepada pemilik bangunan yang mulia ini.
Tujuh putaran kami lalui, dan dilanjtkan dengan sholat dibelakang maqom Ibrahim. Setelah itu kami memilih posisi setntang dengan Multazam, untuk bermunajat, berdo'a kepada sang Khalik di detik-detik perpisahan dengan rumah yang mulia. Tak ada yang tidak menangis ketika hamba-hamba yang mengakui banyak kelemahan bersimpuh dihadapanNya, semua yang aku lihat ditempat itu mengangis sesenggukan. Inilah hakekat penghambaan diri manusia, yang merasa kecil dihadapanNya, yang merasa ketidak berdayaannya, dan yang masih mengharapkan kasih sayang dan ampunanNya.
Setelah +/- 30 menit kami berdo'a, kami menikmati hidangan Air zamzam yang disediakan melalui dispenser dipinggir pelataran Ka'bah, setiap tegukan air zamzam terasa nyaman mendinginkan suasana bathin yang dari tadi bergejolak.
Kami pulang menuju maktab dengan berjalan kaki, Alhamdulillah seluruh rangkaian ibadah haji telah kami lalui dengan ditutupnya rangkaian ibadah tersebut melalui tawaf wada' ini.
Dan bagi jamaah haji yang telah menyelesaikan tawaf Wada', maka diharuskan segera meninggalkan kota Makkah (tidak boleh berlama-lama lagi kecuali ada keperluan yang mendesak). Selanjutnya adalah persiapan perjalanan ke Jeddah setelah Sholat Dhuhur di masjid sebelah maktab.

Saturday, June 2, 2007

Hari Hari di Makkah Setelah Haji 1427 H


Aku dan isteri sekamar dengan kedua orang tua mertua Abangku. Kemudian isteriku mengusulkan untuk kegiatan ibadah ke masjidil haram tidak secara bersama lagi, artinya kami mulai dengan pasangan masing-masing aja, karena kebutuhan ibadah dan lainnya setiap orang atau pasangan pastilah ada privasi sendiri-sendiri.
Setelah menyelesaikan rangkaian Ibadah Haji otomatis tinggal menunggu satu ritual lagi yaitu Tawaf Wada’ (Tawaf perpisahan). Karena waktu untuk tinggal di Tanah Suci yang semakin berkurang inilah yang membuat aku dan isteri untuk lebih meningkatkan intensitas Ibadah ke Masjidil Haram, sayang kan kalau sisa-sisa waktu di tanah suci ini berlalu begitu saja tanpa ibadah.Rutinitas kami-Aku dan isteri berawal dengan berangkat ke masjid pukul 3.30 an, mungkin sudah termasuk siang juga ya , karena banyak juga yang pergi sejak pukul 2!!
Enaknya kalau pergi pagi begini, angkot arab sudah menunggu didepan makhtab kami, para sopir sudah ngetem dan teriak-teriak Haram satu real, haram satu real…...tetapi terkadang kami jalan kaki kalau penumpangnya belum penuh karena jarak ke Haram hanya 1300 m dari penginapan kami di Hafair, nah kalau jalan pagi kan paling 10 menit sudah nyampe dan sekalian olahraga. Tetapi kalau kira-kira langsung bisa berangkat, kami naik angkot aja.
Sampai di masjid jam segitu biasanya udah penuh, namun setelah pelaksanaan haji nampak tidak terlalu padat (mungkin karena banyak yang sudah pulang kenegaranya masing-masing). Seperti halnya jamaah lain, kami mengerjakan sholat sholat Lail (kami tidak mengerjakan Tawaf sebagai pengganti sholat tahyatul masjid, namun kalau tidak bisa tawaf ya tidak mengerjakan sholat tahyatul masjid karena menurutku tidak ada dalilnya mengerjakan sholat tahyatul masjid di masjidil Haram. Namun jemaah lain ada yang mengerjakan dengan memakai dalil umum sesuai hadist Nabi yang menganjurkan sholat sunnah dua rakaat ketika memasuki masjid, untuk itu silahkan masing-masing individu mengerjakan sesuai dengan keyakinannya. Ibadah tawaf ini memang dianjurkan, namun kami tidak selalu mengerjakan, tergantung kondisi penuhnya tempat tawaf dan kondisi kesehatan juga. Kalau dihitung hitung mungkin cuma tiga kali kami mengerjakan tawaf sunnah ini), kemudian mengisi waktu dengan baca Al Qur'an, dzikir, berdo'a menunggnu datangnya adzan subuh jam 5.30. , sholat sunnah Qobliyah Subuh, lalu sholat subuh. Sehabis Subuh tidak langsung pulang namun kami stand by di masjid sampai datang waktu Dhuha, dengan meneruskan bacaan Al Qur’an atau tiduran kalau ngantuk. Setelah waktu dhuha masuk, ngambil wudhu didekat kran air zamzam yang ada di dalam masjid...namun wuih dinginnya minta ampun, air dipagi hari seperti dikasih batu es.
Selesai sholat dhuha, baru keluar masjid sambil cari sarapan pagi atau kalau males ya..masak mie instant di makhtab.

Sehabis makan, cuci pakaian yang sudah direndam sebelum berangkat ke masjid tadi, sudah selesai acara nyuci-nyuci, tiduran, istirahat sambil menunggu waktu sholat dhuhur.
Pukul 10.30 baru mandi dan siap-siap menuju masjidil haram lagi, sekitar pukul 11 lebih dikit baru bergerak ke masjid, Alhamdulillah angkot sudah mulai normal tarifnya , Haram satu real ,haram satu real.
Sehabis sholat dzuhur, lunch di seputaran masjid, kadang beli fried chicken KFC didepan masjidil haram, terkadang beli makanan Indonesia yang dijual mbak mbak didekat Tugu jam di depan rumah kelahiran Rasulullah, disini ada mbak mbak asal Indonesia yg jual nasi dan ada gado-gadonya enak banget ditambah kerupuknya, enak makannya dipelataran masjid karena disamping udaranya sejuk, kita bisa makan bersama-sama jamaah dari negara lain (Turki, India, Bangladesh, etc) sambil menunggu waktu ashar.
Mendekati Ashar, siap-siap ke Toilet untuk menyelesaikan urusan dan berwudhu, kemudian cari tempat sholat yang kalau keluarnya tidak terlalu jauh dari Toilet.
Habis Ashar terkadang pulang dulu untuk istirahat, menjelang magrib baru kembali ke masjid sampai isya. Tetapi terkadang langsung sampai sholat Isya dan lebih seringnya sampai Isya.
Sehabis Isya, pulang ke makhtab jalan kaki karena jemaah sangat padat sehingga angkot susah untuk bergerak, sambil pulang ini kami mencari makanan untuk dinner/makan malam. Makanan banyak tersedia didekat makhtab. Rasanya disinilah enaknya haji mandiri. Fleksible .... Kita bebas memanage waktu sesuai kondisi.

Kita lanjutkan Catatan Perjalanan Haji di episode Tawaf Wada berikut ini.