Friday, April 27, 2007

Melontar Jumrah 1427 H, di hari Tasyrik…bagian 2

Tanggal 12 Dzulhijah 1427 H masih termasuk dalam hari tasyrik, dan bagi jemaah haji yang akan meninggalkan tanah suci segera biasanya mereka menyelesaikan melempar jumrah di hari ini sebagai hari terakhir melontar, atau biasa disebut Nafar Awal. Di kloter kami belum ada kepastian apakah akan Nafar Awal atau Nafar Tsani. Namun planning aku yang haji mandiri saat ini akan berusaha menyelesaikan Nafar Tsani yakni melempar dan mabit di Mina sampai tanggal 13 Dzulhijah 1427 H. Sebagaimana hari sebelumnya kami sepakat untuk melontar tetap ba'da dzuhur (ba'da zawal) yaitu setelah matahari tergelincir, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw pada pelaksanaan haji wada'. Rombongan besar kami akan melaksanakan jadwal melontar malam nanti pukul 21.00 was. Kondisi ini mulai jadi bahan perbincangan jamaah di tenda, mengingat kondisi malam udara disertai angin cukup kencang sehingga sangat dingin, sehingga ada beberapa jamaah yang mengusulkan untuk dipercepat. Sedangkan ketua rombongan dan ketua kloter meminta kami sebelum berangkat untuk tidak terlalu menyolok apabila sudah selesai melontar, agar tidak mempengaruhi mental para jemaah yang belum karena sedikit banyak kalau seseorang sudah menyelesaikan kewajiban melontar maka bagi jemaah yang belum akan mempengaruhi emosi / nafsu ingin juga cepat-cepat menyelesaikan. Kami menyetujui, dan siang itu aku juga nemuin ustadz. Ayi sambil menunjukkan bukti kalau aku sudah tahalul bersih mencukur semua rambut, beliau senyum-senyum aja, kalau begitu dua do'a yang didapat sebagaimana Rasulullah mendo'akan orang yang tahalul kalau cukur bersih dapat dua kebaikan, tetapi kalau hanya memotong pendek saja maka hanya mendapat satu kebaikan katanya. Ya ustadz ...terima kasih atas bimbingannya kataku.
Perjalanan menuju jamarat pada waktu afdal

Hari ini adalah hari yang cukup padat jamaah yang akan melontar disamping mengambil waktu afdhal juga berbarengan dengan rombongan-rombongan yang mengambil nafar awal. Jadi banyak juga jemaah yang mengambil nafar awal ini yang sekaligus membawa barang-barangnya sekalian. Namun nasib baik tidak memihak mereka yang membawa barang-barang untuk bisa mendekati area jamarat, karena dari 2 km sebelum area sudah dijaga petugas keamanan yang menyita barang-barang bawaan tersebut karena menurut keamanan akan membahayakan pelaksanaan melontar. Jadilah kami lihat banyak sekali barang-barang yang ditinggal dipinggir jalan hasil sitaan petugas (ada selimut, kain ihram, ambal, tas-tas besar, macam-macamlah). Memang pengamanan haji tahun 1427 H ini sungguh ketat dan disiplin petugas juga patut diacungi jempol, dedikasi mereka untuk menjamin keamanan ini memang luar biasa. Aku juga kagum dengan pemerintah Arab Saudi yang dapat mendesign sistem antrian masuk dam keluarnya jamaah menuju jamarat walaupun dalam waktu 1 tahun sejak tragedi tahun 1426 H (hampir setiap tahun terjadi musibah diarea jamarat karena terinjak-injak pada pelaksanaan melontar ini). Namun dengan sistem yang ada sekarang ini, nampaknya musibah sebagaimana yang sering terjadi diarea jamarat, hal itu sangat kecil terjadi saat ini. InsyaAllah. Melontar kali ini kami mengambil area lantai dasar juga, sama pertimbangannya adalah lebih adem dari sengatan matahari dan tingkat keamanannya lebih baik.
Alhamdulillah...tugas dan kewajiban melontar dihari ini juga tanpa mengalami kesulitan yang berarti, dan kami kembali ke tenda dengan wajah sumringah. Namun sesuai permintaan pembimbing haji sebelum berangkat tadi kami harus menjaga perasaan rekans haji yang belum melaksanakan melontar. Disela-sela istirahat aku dapat informasi kalau kloter kami akan mengambil kebijakan Nafar Tsani artinya masih satu malam lagi mabit di Mina dan menyelesaikan untuk melontar 3 jumrah (ula, wusta, dan Aqobah) keesokan harinya. Alhamdulillah berarti sudah hal ini sejalan dengan rencana kami semula untuk mabit sampai nafar tsani.

Wednesday, April 25, 2007

Melontar Jumrah 1427 H, di hari Tasyrik…bagian 1

Tanggal 11 Dzulhijah 1427 H (tgl 11,12,13 Dzulhijah adalah hari-hari tasyrik), sebelum subuh mertua abangku bercerita kalau angkot yang mereka tumpangi dilarang masuk perkemahan Mina oleh petugas / polisi, sehingga mereka harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, untung mereka membawa alamat nomor tenda sehingga mudah bertanya dengan petugas haji yang mereka temui. Syukurlah, semoga ada hikmahnya. Selesai sholat subuh selalu diadakan kultum yang diisi oleh jamaah juga. Pagi ini aku baru merasakan pembagian konsumsi, ”Nasi Goreng” , nampaknya catering yang sebelumnya bermasalah ada harapan bakal berjalan baik. Sambil menyantap makanan, jamaah disebelahku bercerita sesuatu yang lucu juga. Katanya waktu kami belum pulang, mereka bergerak menuju jumrat lagi malam itu, lho..aku terkejut juga koq.bisa bukankah sebelum subuhnya sudah melontar jumrah Aqobah. Iya itu dia katanya...karena kami diinstruksikan untuk siap-siap untuk melakukan acara melontar jumrah yang tiga itu (ula, wusta, aqobah). Padahal sempat terjadi adu argumen antara ketua kelompok dengan beberapa jamaah, ada jemaah yang bilang kalau melontar yang ke dua itu besok tetapi pak Karom keukeuh kalau malam ini, ya...karena pak Karom merasa itu pasti dan dia yang mengkoordinir jemaah selama ditanah suci, jadilah sami’na waato’na katanya. Cuma untungnya waktu tiba di jumrat ula (jumrah yang pertama), petugas disana bilang ”haram”, melarang jamaah-jemaah itu melontar ke jumrat ula, terus pak karomnya menanyakan ke petugas itu pake bahasa arab menjelaskan bahwa mereka mau melontar jumrat ula,wusta,dan aqobah setelah pagi tadi melontar jumrah aqobah. Dijelaskan petugas itu kalau hari ini sampai malam ini hanya melontar satu jumrah saja yaitu jumrah Aqobah, selanjutnya besok baru boleh melontar yang tiga jumrah. Baru deh..si pak karom ngerti dan pasukan ditarik segera pulang. Beberapa jamaah langsung pada menggerutu diam-diam. Aku sempat ketawa juga dengerin cerita tersebut. Itulah sebabnya kita harus mempersiapkan diri betul-betul sebelum berangkat menunaikan ibadah haji sehingga kita yakin dan tahu apa yang harus kita perbuat dalam setiap amalan haji sesuai dengan manasik haji Rasulullah, jangan ikut-ikutan. Terus rencananya hari ini jam berapa mau melontar, kataku. Rencananya jam 21 atau 22 malam nanti.
Ketika masuk ke tenda ustadz Ayi Ali idrus, aku dipanggil terus dibilangin kapan rambutnya dihabisi maksudnya tahalul plontos, sambil malu malu aku bilangin nanti ustadz karena yang mau motongnya lagi banyak order.

Perjalanan mau melontar

Selepas dzuhur, kami dan beberapa orang yang mau bergabung berkumpul didepan tenda (+/- 15 orang), setelah dihitung dan merasa sudah cukup kami bergerak untuk menuju jamarat. Seperti sebelumnya lautan manusia yang akan melaksanakan wajib haji di hari tasyrik yaitu melontar 3 jumrah membanjiri jalan menuju ke area melontar. Jemaah dengan suara lantang bertakbir, sebagaimana takbiran pada tanggal 10 Dzulhijah kemarin. Allahu Akbar....Allahu Akbar...Allahu Akabar, La ilahaillallahu Allahu Akbar Allahu Akbar walillahilham. Takbiran spontan bersahutan menggema disepanjang jalan menuju jamarat..mengagungkan kebesaran Allah. Berbeda dengan melontar dihari Nahr kemarin, pada hari Tasyrik, jemaah sudah berganti pakaian (tidak dalam keadaan ihram lagi). Sesampai di area melontar beberapa meter sebelum mendekati jumrat, aku memberi aba-aba ke isteri untuk meyiapkan batu yang akan dilempar. Kami memilih area bawah untuk menghindari terik matahari yang menyengat. Pengalaman dihari pertama menjadi bekal melontar dihari ke dua. Sehingga pelaksanaannya lebih santai, tidak tegang sebagaimana hari pertama. Sambil membungkuk, aku dan isteri mendekati jumrah ula, selesai melontar kami bergerak keluar dan menuju ujung jumrah untuk berdo’a disana.

Suasana melontar

Setelah dirasa cukup, aku dan isteri meneruskan ke jumrah Wusta’, dan dilanjutkan dengan berdo’a setelah selesai melontar sebagaimana pada lontaran di jumrah ula. Terakhir melanjutkan ke jumrah Aqobah, kemudian setelah selesai kami menuju keluar arah ke perkemahan lagi tanpa berdo’a sebagaimana di dua jumrah sebelumnya.
Kami berkumpul kembali dan setelah jumlah kelompok cukup, kami bergerak pulang dengan hati berbunga-bunga karena telah dapat menyelesaikan kewajiban melontar hari ini. Apel...yang jadi bekal diperjalanan menjadi teman pelepas dahaga. Terik matahari hampir tak terasa karena hari ini kami sudah boleh menggunakan penutup kepala. Sampai ditenda istirahat sambil menunggu sholat Ashar.

Tahalul Tsani

Ba’da Sholat Ashar, kami melakukan pencukuran rambut jamaah lhaji lakil-aki secara bergantian. Sore itu aku dapat menggunduli dua orang jemaah haji ......mereka berkomentar...sambil bercanda....wah.... kami sangat beruntung hari ini bisa tahalul dan dicukur oleh orang yang melaksanakan haji dengan ”tanazul” ini jarang-jarang bisa didapat. ...Giliran rambutku di pangkas habis oleh Pak Yusuf (dari Universitas Sriwijaya), kemarin aku lihat dokumentasi di rekaman vcd iiiihh lucu banget kepala diplontos. Terus ada juga jemaah yang berakting megang jenggotku pura-pura mau memotong. Ha ha ha... memang tawa canda mewarnai kegiatan kami disela-sela pelaksanaan ibadah haji, karena kalau sudah disana kita akan merasakan satu saudara, ya... saudara dalam iman katanya lebih kuat daripada saudara sedarah sekalipun. Selesai acara pencukuran, membersihkan diri...dan persiapan sholat maghrib.
Jika Anda tetap berminat mengikuti Catatan Perjalanan haji ini, silahkan ikuti disini.

Tuesday, April 24, 2007

Tawaf Ifadah di hari Nahr 1427 H …bagian 2

Sholat maghrib setelah tawaf ifadah, sai'e dan tahalul

Terik matahari makkah siang itu mungkin sudah berkisar 38 s/d 40 derajat celcius, suhu udara yang cukup tinggi. Kendaraan/angkot ke arah Hafair sulit ditemui, kalau ada memasang tarif tinggi sampai 20 Rls, Gila..aku dan isteri nggerutu juga, bisa-bisanya si Arab ini memanfaatkan kesulitan orang. Akhirnya kami putuskan untuk jalan kaki wuih ...jarak 1200 meter ke makhtab bukan jarak yang dekat setelah kami berjalan kaki dari Mina disertai pelaksanaan melontar dan tawaf ifadhah yang melelahkan. Alhamdulillah 30 menit kemudian nyampai juga ke mahtab 31, minta kunci ke recepcionist, clin...nggg menuju lift ke lantai-6 tanpa hambatan (biasanya untuk dapat masuk lift harus rebutan). Mendinginkan suhu badan sejenak, lalu masuk kamar mandi byuuuur....byur. cihuy sungguh nikmat dan terasa segar kembali.
Sholat Ashar, kami lakukan berjamaah dimasjid dekat makhtab, karena tidak keburu waktu lagi untuk ke masjidil haram. Ba’da sholat ashar, kami bersiap-siap untuk menuju haram untuk menyelesaikan rukun haji berikutnya yaitu sa’i. Alhamdulillah untuk ke haram sudah menunggu angkot didepan makhtab, 2 Rls, masih masuk akal aku pikir. Perjalanan ke haram menggunakan angkot sangat membantu untuk menyimpan tenaga untuk perjalanan sa’i. Sesampainya di haram kami masuk melalui pintu 1, didepan hotel dan langsung menuju Safa. Ternyata untuk menyelesaikan lintasan-lintasan safa marwah tidaklah semudah yang dibayangkan. Aku jadi teringat akan sejarah perjuangan siti hajar.Kata Sofa adalah bentuk jamak dari kata “Sofatun” artinya batu besar yang halus. Marwa berarti batu putih yang mengkilat. Sa’i diantara kedua bukit itu merupakan salah satu syiar agama, menjadi tanda bagi kebesaran Allah. Sa’i dari kedua bukit tersebut bermula dari hajar Ibu nabi Ismail as, ketika beliau sedang menghadapi kesulitan disaat-saat ditinggalkan oleh suaminya, nabi Ibrahim as disamping Baitullah. Namun Siti hajar tidak pernah berputus asa untuk mendapatkan air. Kemudian Allah menghilangkan kesulitannya dengan memancarkan air zamzam di dekat ka’bah. Usaha inilah yang harus ditiru oleh jamaah haji dalam melakukan sa’i, kalau didalam pelaksanaan tawaf disitu unsur kepasrahan, penyerahan diri total kepada Allah maka pada pelaksanaan sa’i kita diminta untuk berusaha sekuat tenaga, berikhtiar untuk mencari yang terbaik. Bekal dengan filosofi itulah, kami terus berusaha menyelesaikan lintasan sa’i. Dua lintasan berlalu, mertua abangku yang laki-laki menyerah (umur beliau sudah diatas 60 tahun) wajar...ditengah himpitan lautan manusia, dengan dorongan dan desakan yang begitu daysat membuat dia harus mundur. Aku anjurkan untuk menunggu ditempat yang sudah kami tentukan. Di lintasan bawah kami menambah satu putaran lagi, namun situasi dorongan yang menghawatirkan, maka aku mengajak isteri dan ibu mertua abangku untuk pindah kelantai atas. Walaupun tidak selenggang dilantai bawah namun kami masih bisa bertahan untukmenyelesaikan lintasan demi lintasan di lantai dua. Sekali-sekali ketika melewati pilar hijau, kami menyempatkan untuk minum air zam-zam, karena rasa haus yang tiada terkira. Setelah 7 putaran aku mengambil barang-barang yang kami letakkan ditangga dekat safa. Isteri dan ibu mertua abangku menuju tempat yang kami janjikan, yaitu tugu dekat pintu marwah.Setelah kami berkumpul kembali ditempat yang disepaktai, karena sebentar lagi akan masuk waktu shalat maghrib, kubentangkan kain ihram sebagai alas sejadah didepan pelataran masjidil haram (depan pintu babusalam). Enak juga sholat ditempat terbuka, udara saat itu sejuk banget.

Suasana di dalam terowongan ke Azijiyah
Ba’da maghrib kami memutuskan untuk segera kembali ke mina, takut kalau sampai ke mina setelah pukul 11 malam (hitungan tengah malam itu pukul 23 was) kalau lewat waktu ini maka wajib bayar dam/denda, (ada sebagian yang beranggapan harus masuk Mina sebelum maghrib, hal ini sempat aku tanyakan dengan Ust. Ayi Alydrus sebelum tanazul melaksanakan Tawaf Ifadhah karena kemungkinan masuk Mina ba'da Maghrib. waktu itu beliau bilang tidak mengapa asalkan kita ke Mekkah itu karena tujuan menyelesaikan prosesi haji, kalau untuk keperluan lain seperti belanja itu yang tidak boleh. Dan memang dari beberapa rujukan dibuku manasik haji karya ulama besar tidak ada yg menyebutkan seperti yg dikhawatirkan selama ini).
Sehabis sholat magrib kami bergerak kembali ke Mina, perjalanan ke Mina seperti pada perjalanan tanazul sebelumnya yaitu melalui jalur ajiziyah, ya...+/- 3 jam perjalanan, itu yang terbayang dipikiranku. Tiba dilokasi ajiziyah, istirahat sebentar sambil membeli makan malam (nasi briani, ayam tawaf/ayam bakar grill), beli juga buah-buahan. Mertua abangku yang laki-laki sudah tak sanggup melanjutkan perjalanan, dia ngajak naik kendaraan aja. Semua kendaraan penuh terus macet total, bagaikan semut yang merayap, kadang mesin kendaraan dimatikan 10 menit baru jalan lagi, aku pikir kapan sampainya. Khawatir sampai ke mina lewat tengah malam karena tidak pastinya perjalanan.

Angkutan bak terbuka

Aku putuskan orang tua untuk naik mobil, yang kucegat dijalan, sebuah mobil pick up tua. Ongkosnya 20 Rls.Mudah-mudahan mereka sampai tanpa kendala.Aku dan isteri melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki melalui jalur atas, sebelumnya melalui jalan bawah.Disinilah berawal cobaan kesabaran Allah kepada kami. Sampai diatas wilayah melontar jamrat (lokasi jumrat ini sudah masuk wilayah Mina sehingga sebenarnya sudah aman dari larangan mabit), kami bertanya kepetugas dan beberapa jamaah kemana arah Mina (perkemahan Indonesia), semua orang yang ditanya tidak tahu, bahkan petugas tidak bisa berbahasa Inggris. Karena sudah masuk waktu Isya’, aku dan isteri memutuskan sholat Isya’ dijalan.Kami bergabung dengan jamaah yang kebetulan sholat terlebih dahulu dijalan tsb. Shalat berjamaah kami lakukan dengan cara di qasar, 2 rakaat karena status kami safar. Kami menuruni tangga menuju area bawah, namun jalan menuju arah ke perkemahan belum juga kami temui, beberapa kali bertanya dengan jamaah Indonesia yang sedang jalan, ternyata mereka juga tersesat. Kasihan isteriku, dia sudah mulai tidak sabar, tiba di perkemahan Africa dia mulai bicara, harusnya kan kita jalan lewat sana, koq.kesini akhirnya begini...dst dst. Aku coba menenangkannya. Bahwa kita harus sabar, inilah cobaan dari Allah, kalau kita sabar InsyaAllah, kita akan diberi kemudahan. Perbanyak dzikir lebih baik. Sebenarnya, tadi sudah kelihatan jalan pintas menuju ke arah perkemahan kami, namun petugas melarang melalui jalan itu, sebel juga....dengan sistem lalu lintas area jamarat ini. Akhirnya kami melalui jalan tempat jamaah melontar lalu tiba diawal jumrah Aqobah kami belok ke kanan menuju terowongan Muasaim / terowongan Mina. Alhamdulillah, jalur yang benar sudah kami dapatkan. Terasa berat melangkahkan kaki ini, kaki seperti yang membawa beban berkilo-kilo. Pukul 21.20 kami tiba di tenda. Jemaah sebagian sudah pada tidur, kami mencari tahu kedua orang tua yang sebelumnya kami perkirakan sudah sampai ternyata belum juga tiba. Risau juga hati ini, takut kalau terjadi apa-apa, maklum mereka sudah tua. Aku mengajak isteri makan malam bekal yang kami beli tadi, aku hamparkan kardus bekas disisi tenda, kami makan berdua sambil meluruskan kaki yang lumayan jadi kaku karena pegal-pegal seharian perjalanan bolak-balik Mina – mekkah. Isteriku bilang ya..kita doakan aja semoga mereka dilindungi Allah dan segera berkumpul dengan kita. Selesai makan, aku coba istirahat di tenda, namun pikiran tetap aja ke orang tua tadi kemana, tahu jalan ngga’. Mungkin sekitar pukul 23 was mereka berdua sampai di tenda, wah ..lega rasanya melihat mereka sampai dengan selamat. Biarlah besok aja ceritanya aku pikir, kalau kutanya kasihan juga beliau ingin istirahat.
Lanjutan Catatan Perjalanan Haji ini dapat terus Anda ikuti di link berikut ini.

Catatan:
Ada sebagian pendapat bahwa jika belum kembali ke mina sebelum waktu magrib, bisa kena dam. Pendapat seperti ini selalu dipegang oleh hampir mayoritas jemaah (dibeberapa blog juga menuliskan hal yang sama). Aku sampai sekarang cari dalilnya koq belum ketemu. Sewaktu di Mekkah juga ketika ada ceramah dari salah satu syaikh/ ulama (didampingi penerjemah dari mahasiswa Indonesia yg sedang belajar disana) yg ditugaskan pemerintah Arab Saudi ke masjid deket makhtab untuk memberikan penjelasan tentang manasik haji hal ini kami tanyakan juga dan dijawab syaikh tidak mengapa, yang tidak boleh itu kalau lewat tengah malam maka akan kena dam karena sudah berbeda hari (tengah malam di Arab Saudi +/- pkl 23.00 was), sesuai dengan yg diperintahkan oleh Rasulullah saw.

Aku baca dibuku karangan Syaikh Nasiruddin Al-Albani, dan buku-buku manasik haji lainnya, juga tanya jawab haji oleh Syaikh Abdullah bin baaz, juga tidak ada dalil tentang pernyataan "kalau masuk Mina sebelum maghrib akan kena dam" atau ada dalil yang mendekati pernyataan tersebut. Semoga Allah menjaga kita dari kehati-hatian dari rujukan yang belum jelas. Dan bagi saudara-saudaraku yang menulis di blog-blog tentang pengalaman haji, supaya bisa memberikan rujukan/dalil yang shohih atas pernyataan larangan- masuk Mina sebelum maghrib tersebut, karena kita dilarang mengharamkan sesuatu yang tidak ada dasarnya. Wallahualam bishowab

Tawaf Ifadah di hari Nahr ..1427 H bagian 1

Menuju masjidil haram untuk tawaf ifadah, sai'e dan tahalul

Setelah menyelesaikan kewajiban melontar jumrah Aqobah dan diteruskan dengan memotong rambut, sampai tahap ini Tahalul Awal sudah kami selesaikan. Disepanjang perjalanan kami bercerita dengan rekan seperjalanan, kami membahas kenikmatan-kenikmatan dan kemudahan yang Allah berikan selama kami tetap istiqomah ingin melaksanakan segala kegiatan ritual haji dengan sempurna. Memasuki wilayah Ajiziyah banyak sodaqoh yang diberikan melalui mobil-mobil container, sodaqoh ini diorganisasi oleh yayasan-yayasan yang memang secara resmi menyalurkan setiap harta infaq/zakat dari para dermawan. Kami ikutan juga antri, untuk mendapatkan pengalaman, kami dibagi satu kotak hadiah yang isinya roti,kue dan juice, serta satu batang siwak untuk alat menggosok gigi (dulu di jaman Rasulullah, siwak inilah yang dipergunakan beliau untuk menggosok gigi). Lumayan,makanan ini bisa jadi pengganjal perut selama dalam perjalanan menuju haram. Karena perjalanan masih cukup jauh, maka kamipun membekali diri dengan membeli buah-buahan (pisang, apel,jeruk) untuk dimakan dalam perjalanan. Setelah melewati dua terowongan di antara Ajiziyah dan Mekkah, kami tiba dipelataran masjidil haram. Kami memutuskan untuk ke toilet dan mengambil Wudhu, kita ketemunya di depan toilet akhwat aja ya…begitu kesepakatan kami. Ya.kurang lebih 15 menit kami berkumpul kembali, dan sepakat untuk masuk melalui pintu Babusalam.
Begitu mau memasuki pintu Babusalam, petugas melarang masuk melalui pintu tersebut karena kepadatan jamaah yang melakukan sa’i sudah membludak, tak bisa memotong arus sa’i, akhirnya kami memutuskan untuk lewat atas melalui pintu disebelahnya. Seperti biasa petugas memeriksa barang bawaan, satu persatu kami lolos dari pemeriksaan. Tinggal dua rekan (suami isteri) yang tertahan tidak boleh membawa makanan ke dalam (padahal kami sama-sama membawa buah-buahan dan kotak hadiah sodaqoh tadi). Akhirnya kami berpisah menjadi dua kelompok. Sandal dan makanan dalam kantong plastik, aku gantungkan aja deket pintu dibawah tangga agar kami bebas melakukan tawaf tanpa membawa beban. Kami mulai turun ke pelataran tawaf dekat ka’bah, dan menuju ke posisi pojok start / rukun hajar aswad.


Tawaf Ifadah, 10 Dzulhijah

Subhanallah, luar biasa jumlah jamaah yang akan menyelesaikan tawaf saat itu, rasanya tidak ada ruang kosong lagi untuk bisa menggerakkan badan. Sedikit demi sedikit kami mengikuti putaran arus tawaf (aku bisikkan ke isteri nanti pasang niat dan selalu perhatikan gerakan aku), sehingga sampailah kami dipojok start hajar aswad, Aku mulai mengukur sudut yang tepat antara lampu hijau didinding masjid dan sudut hajar aswad, untuk mengira-ngira pas ini juga luar biasa perjuangan karena dorongan arus tawaf yang begtu besar, begitu aku rasa sudah pas sudut mulai, aku mulai berniat didalam hati untuk melakukan tawaf kemudian ”Bismillahi Allahu Akbar” aku langkahkan kaki kanan yang diikuti juga oleh isteri, dan kedua orang mertua abangku, mulailah kami berusaha menyelesaikan satu putaran yang pertama. Baru beberapa meter berselang, rekanku yang dari Indosat terpisah karena dipecah oleh gelombang arus tawaf. MasyaAllah berat nian rasanya perjuangan untuk menyelesaikan putaran demi putaran karena himpitan, sikutan, dorongan para jamaah. Tadinya kami berusaha bergerak menuju ke putaran dalam agar jarak lintasan tidak terlalu jauh, namun kondisi ini sangat membahayakan, dimana dorongan yang dasyat terjadi didekat hajar aswad, maqom Ibrahim.
Maqom Ibrahim, 10 Dzulhijah

Aku putuskan untuk menarik isteri untuk mulai menjauhi lingkaran, aku terus berusaha mengarahkan untuk berada disisi paling luar lintasan tawaf. Aku dan isteri mulai konsentrasi, memasrahkan diri secara ikhlas kepada sang Khalik, meresapi makna tawaf yang sebenarnya terus berjuang agar selalu berada didalam garis orbit Sunnatullah, semakin dekat dengan Allah maka semakin ringan keidupan ini begitupun dengan tawaf ini semakin kita memasrahkan diri kepada Allah, InsyaAllah setiap putaran tidak terasa akan segera berakhir. Setelah dua putaran, berkumandang Adzan Dhuhur, semua jamaah mulai menghentikan gerakan tawaf untuk mencari posisi shaf shalat, karena kalau tidak mengambil posisi maka kita akan kesulitan untuk dapat sholat.

Terik matahari yang menyengat seolah hilang ditelan alunan suara murattal imam besar masjidil haram, Abdurahman As Sudais, air mata seakan menjadi pelangkap kenikmatan sholat ditempat yang mulia. Setiap kali Allah menyingkapkan suatu rahasia kepada akal imani, Allah menghentikannya pada rahasia yang lain, agar yang ghaib itu tidak tunduk pada kemutlakan, kemampuan pembuat hukum. Sesunguhnya ibadah haji itu melalui beberapa tahapan, mulai dari pilihan keimanan dan kesaksian bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah. Dengan pilihan keimanan ini, manusia masuk ke dalam ruang lingkup taklif (penugasan) yang diikut sertai oleh segenap orang-orang beriman kepada Allah dan RasulNya. Itulah kenapa ritual haji tidak semua dilakukan di tanah haram namun ada juga yang diluar tanah haram seperti Arafah,Muzdalifah dan Mina. Dan setiap bagian mempunyai dimensi dan makna yang berbeda. Empat rakaat berlalu dengan perasaan yang luar biasa, sulit terbayangkan. Aku lanjutkan sisa putaran, dan semakin tidak terasa ternyata telah menyelesaikan 5 putaran, memasuki putaran ke enam, ada seorang jamaah dari India yang pergerakannya cukup brutal mendorong kesana kemari, untuk mengehentikannya akupun memberi isyarat agar dia bersabar. Buah dari peringatanku kepada dia aku diberi tasbih tawaf (tasbih ini sepertinya hanya jemaah India yang membawa, tasbih yang isinya bijinya hanya 7 butir dan memang berfungsi untuk alat bantu menghitung setiap putaran tawaf yg sudah kita selesaikan), isteripun dapat satu. Syukron..jawabku sambil senyum. Sebelumnya aku menghitung jumlah putaran dengan menggunakan alat bantu karet gelang yg dipindahkan dari tangan kiri ke tangan kanan. Untuk menyelesaikan putaran teralkhir, kami tetap konsisten untuk berada dilingkaran terluar agar mudah kami melepaskan diri dari area tawaf. Selesai putaran ke 7, aku dan isteri menuju ke area masjid untuk memilih posisi searah dengan Maqom Ibrahim, untuk melaksanakan Sholat sunnah setelah tawaf karena jika melaksanakan di area tawaf tidak mungkin lagi karena jamaah yang tawaf sudah luber sampai keluar (termasuk semua lantai dimasjid penuh sesak dipakai untuk lintasan tawaf). Setelah kurasa mendapat tempat yang cukup, dan isetri berada tidak jauh dariku, kami melaksanakan sholat sunnah dilanjutkan dengan do’a. Setelah puas dengan do’a, kami menuju dispenser Air Zamzam (kalau dulu untuk minum air zamzam kita bisa ke sumur zamzam yang letaknya dilantai bawah, saat ini sumur tsb sudah ditutup dan digantikan dengan dispenser).


Tempat Minum Air zamzam, 10 Dzulhijah

Minum cukup banyak dan menyiramkan air zamzam ke kepala, Alhamdulillah..lega rasanya bisa menyelesaikan rukun haji (Tawaf Ifadah). Cuma aku perhatikan kain ihramku lecek nggak keruan karena gesekan-gesekan dengan jamaah ketika tawaf tadi.
Pelaksanaan Sa'ie, 10 Dzulhijah
Kami memutuskan tidak melanjutkan sa’i, karena badan terasa cukup lelah dan makan siang nampaknya harus diprioritaskan karena untuk menyelesaikan sa’i membutuhkan energi, karena pada saat ini semua jamaah ingin menyelesaikan rangkaian haji sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah. Aku, isteri dan kedua mertua abangku menuju tempat kami menempatkan bungkusan. Setelah nyampe, aku menuliskan pesan pada selembar kertas kecil yang kutempelkan ke bungkusan rekan yang terpisah pada saat tawaf tadi, aku tulis kalau kami langsung makan dan menuju makhtab, jadi tidak usah menunggu kami. Kami keluar menuju arah pintu Marwah, untuk mencari tempat makan. Didepan restoran masakan Indonesia ada Bapak2 yang mempromosikan restoran ini dengan menyebutkan menu-menu khas Indonesia, setelah sepakat sama isteri kami menuju lantai -2 restoran, dan memilih makanan yang disajikan dengan cara prasmanan. Air minum juice jeruk cukup melegakan dan menghilangkan haus dan lelah saat itu. Seperti rencana semula, sehabis makan kami menuju makhtab untuk mandi, dan ganti pakaian ihram. To be Continued..... Klik disini

Wednesday, April 18, 2007

Mabit di Muzdalifah 1427 H, Bertahan Tanpa Logistik

Suasana Mabit diMuzdalifah




Jarak Arafah ke Muzdalifah +/- 7 Km.

Tiba di Muzdalifah Tanggal 9 Dzulhijah 1427 H sekitar pukul 21.00 malam, disini tidak seperti di Arofah dan Mina yang disediakan tenda untuk masing-masing rombongan. Kawasan Muzdalifah merupakan lapangan yang sangat luas. Ya seperti menginap dan tidur di hotel bintang seribu. Begitu Bus kami berhenti, kami disambut oleh petugas dari Arab Saudi yang sudah memberi kavling dengan alas terpal per kloter. Mulailah disusun ransel dan tas sebagai alas kepala untuk tiduran. Tidur beralas terpal dengan beratap langit berhiaskan bulan dan bintang. Langit beserta hiasannya terlihat dekat dan indah. Subhanallah, tidaklah sia-sia Engkau menciptakannya.Maha Suci Allah peliharalah kami dari siksa neraka. Saat itu kami masih memakai ihrom jadi masih dalam larangan ihrom, sehingga jamaah lelaki masih tetap hanya memakai 2 helai kain. Jamaah laki-laki harus tabah melawan dinginnya udara ditempat terbuka dan terpaan angin yang kencang, ditambah konsumsi makanan yang tidak tersuplay.
Sholat di Muzdalifah ( Maghrib & Isya'di jama' qasar takhir)




Setelah menempatkan barang, aku mulai mengajak isteri untuk melaksanakan Sholat maghrib dan Isya di jama’ qasar (takhir pada waktu isya’), sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah SAW. Memang Shalat sah dilakukan di mana saja kecuali pada tempat yang tertentu dalam syari'at.


Sebab Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


"Artinya : Bumi dijadikan masjid dan suci bagiku" [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Tapi yang disyari'atkan bagi orang yang haji adalah, shalat Maghrib dan shalat Isya dengan jama' qasar di Muzdalifah di mana saja dia mampu melakukan (maksudnya : tidak harus di Masy'aril Haram seperti dilakukan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam) sebelum tengah malam.

Mencari batu untuk jumrah


Setelah itu kami mencari batu kerikil disekitar tempat istirahat saja, aku dan isteri tidak terlalu banyak mengumpulkan, karena memang mencari batu disini bukanlah sunnah, batu untuk melontar jumrah dapat diperoleh dimana saja, di Mina juga boleh. Ada jemaah yang tanya gini : Pak Abu, batunya katanya harus dicuci dulu ya... wah ini mah pertanyaan lama dalam hatiku, untuk meluruskan hal yang menjadi keraguan si Ibu, aku bilang Bu. tidak ada anjuran yang mengatakan harus dicuci karena unsur syari atau ada tuntunannya dari Rasulullah, namun kalau Ibu mau mencuci tanpa ada alasan itu menjadi sunnah bahkan wajib ya Ibu boleh-boleh saja, misalnya tujuannya biar batunya bersih itupun kalau tidak menyulitkan ibu, sebaiknya sih dikumpulkan aja apa adanya waktu yang ada buat kita istirahat, besok kita memerlukan energi untuk melontar jumrah Aqobah. begitu Bu.
Batu Yang diambil jangan terlalu besar, sunnahnya kir-kira seperti gambar di atas
Semakin malam udara semakin dingin, bentuk badanku semakin mengecil, badan jadi seperti bola, kaki dan tangan ditekuk menghindari dasyatnya terpaan angin, menggigil badan. Seorang jemaah sambil guyon bilang “ Uang disini tidak ada artinya, kita tidak bisa manfaatkan untuk hanya beli secangkir kopi hangat”. Sambil menahan lapar dan dingin kami memperhatikan jamaah dari kloter dan daerah lain ikut rebutan, berusaha mencari nasi yang dibagikan melalui mobil kontainer yang mendistribusikan nasi sodakoh tidak jauh dari tempat kami stay. Miris hati melihat pemandangan tersebut. Kloter kami tidak ada jamaahnya yang ikutan, kami hanya pasrah dan ikhlas. Namun tidak berapa lama, ada ibu-ibu kloter asal jawa (lupa jawa apa ya) memberikan ke isteri satu bungkus nasi beserta beberapa potong rendang. Alhamdulillh rezeki nih…isteri mengambil 2 sendok dan sekerat rendang, kemudian transfer ke aku, terus estafet ke rekan-rekan yang lain. Kalau dihitung-hitung banyak juga yang kebagian saat itu walaupun hanya dua sendok nasi setiap orang. Mudah2an Allah membalas kebaikan Ibu tadi. Aku jadi teringat kisah Rasulullah ketika membangun parit khandak kalau tidak salah dimana ada salah seorang sahabat yang memotong kambing dan berkeinginan utnuk menjamu Rasulullah namun dikarenakan merasa tidak cukup kalau mengundang sahabat lain, maka hanya Rasulullah saja yang diundang untuk menikmati kambing tersebut. Di Luar dugaan Rasullullah malah mengumumkan undangan ini. Sahabat tadi dengan khawatir menyampaikan kepada Rasul kalau makanan tersebut tidak mencukupi. Apa kata Rasul, InsyaAllah mencukupi. Dan Subhanallah daging yang tadinya dipastikan tidak akan mencukupi untuk menjamu sahabat-sahabat lain ternyata atas ijin Allah semua bisa menikmati jamuan tersebut.
Alhamdulillah, yang terjadi dengan kami hampir mirip, seakan kami merasa kenyang walaupun tidak sampai satu rombongan yang menikmati satu suap nasi tersebut. Subhanallah. Terpaan udara dingin tidak dapat membuat kami tertidur, kami hanya saling bercanda saja malam itu, berzikir sambil menunggu pemberangkatan ke Mina.
Cuma ada kejadian lucu dan mengenaskan juga, diantara rombongan kami ada seorang Bapak yang sudah lanjut usia, dia berangkat bersama isterinya. Karena sudah lanjut usianya terkadang sulit untuk diatur termasuk pada malam itu sejak dari Arafah dia memaksa untuk memakai jaket karena sudah tidak tahan dingin, walaupun sudah diberi penjelasan akan larangan tersebut karena dalam keadaan Ihram. Akhirnya ketua rombongan nyerah, dipakein tuh jaket ke si Bapak. Hal ini jadi bahan perbincangan jamaah lain diluar kloter kami, mereka intinya berusaha mengingatkan kalau hal itu dilarang. Setelah diberi penjelasan mereka ngerti duduk persoalannya. Habis gitu lagi pada berbaring tiba-tiba si Bapak nyeletuk ke isterinya, Bu…mau (maaf) kencing. Kata si Ibu, nanti Pak tempatnya jauh. Belum menunggu selesai si Ibu selesai ngomong si Bapak sudah nyelonong berdiri dan wessss wesss wesss buang air membasahi kain ihram bagian bawah. Wah….kawan-kawan yang deket area itu pada lompat semua takut terkena percikan air tersebut. Masya Allah, beberapa menit kemudian ketika si Bapak mau kembali ketempat semula, gedubrak…si Bapak terjatuh, nah..lho repot yang mau nolongin karena kita tidak membawa kain ihram lebih, kalau kena najis gimana nanti sholat. Akhirnya perlahan-lahan si Bapak bisa dibantu kembali ketempat semula. Uiiihh lega rasanya.
Megaphone dari panitia mengingatkan bahwa sebentar lagi giliran kloter 03 Palembang untuk bergerak, semua berbaris menuju pintu keluar untuk menempati Bus sesuai dengan urutan maktab, Bus Nomor 31. Dalam beberapa menit sampailah kami di Tenda di Mina.
Kita lanjutkan Perjalanan Haji ini untuk menuju Mina.

Tuesday, April 17, 2007

Pelaksanaan Jumrah Aqobah di hari Nahr 1427 H

Lewat tengah malam berarti tanggal telah berganti ke 10 Dzulhijah 1427 H.
Berapa lama kita ke Mina Pa, terus kapan kita melontarnya………Tanya isteriku sewaktu masih mabit di Muzdalifah. Ngga’ lama koq, sebelum subuh Insya Allah sudah nyampe. Melontarnya kita lihat situasi dululah, kita berdo’a aja bisa dimudahkan untuk mengambil waktu dhuha. Rangkaian ibadah haji selanjutnya sudah terekam dikepalaku, ya…aku memang sudah punya rencana, namun tentunya Allahlah yang menentukan. Aku memang berusaha untuk membimbing isteri didalam setiap kegiatan, sampai yang kecil-kecil aku coba berusaha ngingetin contoh sederhana sewaktu melangkahkan kaki masuk masjid, aku baca do’anya agak keras biar dia denger begitu juga saat keluar masjid, do’a atau dzikir ketika tawaf, sa’i.
Tibalah giliran rombongan kami untuk naik Bus yang akan mengantarkan kami ke Mina, tidak terlalu lama untuk menuju Mina karena jarak Muzdalifah ke Mina +/- 5 Km, lagian lalulintas saat itu lancer. Sebelum Subuh kami sudah nyampai di Mina, sampai di tenda masing-masing mencari kavlingan tidur. Kaum ahwat dipisahkan dengan menggunakan hijab yang ada ditenda. Tidak lama kemudian ketua rombongan menyampaikan bahwa rombongan akan melakukan melontar jumrah sebentar lagi, sekitar pukul 3 dinihari untuk itu siapkan diri dan batu yang akan digunakan. Bagi Bapak-bapak dan Ibu yang tidak mampu akan diwakilkan (badal). Isteri langsung tanya lagi nih...kita gimana Pa, kita tidak ikut, kita jaga tenda aja, nanti InsyaAllah waktu Dhuha kita baru bergerak, kataku. Pak Ketua rombongan sudah maklum dan memahami kalau kami tidak ikut rombongan, karena beliau sudah percaya kalau kami bisa melaksanakan sendiri/mandiri setiap kegiatan haji kami dan hal ini juga pernah beliau sampaikan langsung ke kami waktu di Mekkah. Oke...Pak Haji, jaga tenda dan titip Bapak-bapak / Ibu yang sakit ya, dan do’akan kami agar bisa menyelesaikan melontar dengan selamat, kata Pak Karom. Iya...pak jawabku InsyaAllah.

Jemabatan yang merupakan jalan masuk ke jamarat di tingkat atas

Tanggal 10 Dzulhijah, ya...ini adalah hari Nahr, dari manasik yang sudah kupelajari Rasulullah melakukannya pada waktu Dhuha.
Salah satu riwayat hadist sebagai berikut :
"Artinya : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melontar dalam hari nahr pada waktu dhuha dan melontar setelah (hari) itu ketika matahari telah bergeser ke barat" [Hadits Riwayat Muslim]


Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiallahu 'anhu bahwa dia ditanya tentang hal tersebut, maka dia berkata


"Artinya : Adalah kami menunggu-nunggu waktu, maka ketika matahari bergeser ke barat kami melontar" .[Hadits Riwayat Bukhari]


ini adalah pendapat jumhur ulama. Tetapi jika dalam keadaan darurat sehingga mengharuskan ia menunda melontar hingga malam hari maka tidak mengapa. Akan tetapi yang lebih hati-hati adalah melontar sebelum Maghrib bagi orang yan mampu melakukan demikian itu karena berpedoman kepada Sunnah dan keluar dari peselisihan.



Jadi aku berusaha mengambil waktu afdal, karena tekad kami akan menyempurnakan haji, waktu afdal melempar jumrah aqabah pada hari Nahr yaitu waktu Dhuha (dari pukul 7.00 hingga 11.00 WAS, sedangkan melempar jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah pada hari Tasyrik (11-13 Dzulhijah) waktu afdalnya ba’da zawal.("yaitu beberapa saat setelah matahari tergelincir ke barat atau ba’da dzuhur sampai ashar). Orang tua mertua abangku sebelum berangkat bersalaman denganku dan beliau mohon do’a. Setelah rombongan bergerak melontar, aku, isteri dan beberapa jamaah yang sakit tinggal di tenda, istirahat menyiapkan tenaga untuk melontar nanti.
Sepeninggal rombongan yang melontar tadi, aku menyiapkan batu-batu kerikil, aku pilih batu-batu koral saja dan besarnya sesuai dengan yang disunnahkan, karena ada juga lho seperti batu namun sebenarnya seperti campuran semen dan pasir (seperti bekas pecahan bahan bangunan). Kerikil aku masukkan dalam plastic dengan jumlah 7 kerikil dan untuk spare aku pisahkan ke kantong plastik lain. Rombongan kami datang setelah kurang lebih 2 jam berselang, rombongan dating dengan wajah ceria mereka mengucapkan syukur akan kemudahan melontar dinihari ini, dan berbagi cerita bagaimana suasana disana… Alhamdulillah tidak terlalu rame koq kata mereka (iyalah ngga’ rame, wong belum waktunya pikirku tapi mereka mungkin punya alasan atau hujjah yang mereka yakini akan waktu melontar ini), lewat jalan mana wuihhh pokoknya rame. Jemaah yang sudah melontar mulai bisa berganti ihram..dan ada juga yang bercanda…aman kita, sudah bisa ganti pakaian sekarang.he he bebaaassssssss. Aku senyum-senyum aja. Ada juga yang Tanya, Pak Abu kapan..melontar ? InsyaAllah pukul 9 nanti Pak.
Waktu Subuh sudah dekat, aku dan jemaah lain mulai menyiapkan diri untuk Sholat Subuh. Kami mulai menyusun sejadah di tenda tersebut. Ba’da sholat subuh dilaksanakan pengajian yang disampaikan oleh jemaah yang memang ada yang berprofesi sebagai penceramah juga. Bubaran ceramah…aku dan isteri menyiapkan sarapan pagi, biasa …masak Mie instant yang kami beli sewaktu akan tanazul. Aku memang bawa heater (alat masak berbentuk spiral, +/- 350 watt), lalu kabel yang berfungsi sebagai steker (karena ditenda disediakan colokan listrik,namun tempatnya tinggi di tiang atas tenda jadi harus ada kabel pemanjangnya). Masaknya dimasukkan dicangkir yang terbuat dari stainless steel. Lalu buat energen sereal. Yup..jatah makan masih belum ada kedengaran kabar baiknya.
Sewaktu wudhu tadi, aku ketemu dengan kawan-kawan yang sama-sama tanazul, kemudian kami sepakat untuk melontar jumrah Aqobah bersama-sama pukul 09.00 was. Nanti tunggunya didepan tenda itu aja ya mas, kata temenku itu. Oke InsyaAllah.kataku.




Jumrah Aqobah

Kami berkumpul sesuai kesepakatan dan kemudian memohon ijin ke Ustadz Ayi, sebelum berangkat kami memutuskan untuk menunjuk pemimpim rombongan, karena sunnahnya memang begitu setahuku juga. Dipilihlah yang badannya kekar dan tinggi biar kelihatan didepan kita kalau lagi baris. Sambil jalan, pemimpin tadi memungut kayu ranting lalu kacu/saputangan yang ada dileher dilepas, diikatkan diranting tadi eee jadi deh bendera regu kami. Sepanjang perjalanan kami tetap melakukan talbiyah dan zikir.




suasana jumrah Aqobah di lantai dasar

Melewati dua terowongan Mina dan bergabung dengan rombongan lain yang akan melontar, dalam perjalanan ini sempat ciut juga nyali, khawatir dengan padatnya jemaah yang akan melontar jamrat. Aku terbayang beberapa kejadian yang banyak memakan korban dalam pelaksanaan wajib haji ini. Namun, sesaat kemudian aku harus melepaskan pikiran tersebut, aku kembali memasrahkan diri kepada ketentuan Allah semua Allah yang menentukan pikirku, dan lagi kalau ada rasa was-was itulah pekerjaan syaitan didalam menggoda keimanan kita. Pada saat diawal area melontar, kami diarahkan oleh petugas untuk menuju tempat melontar di bawah, kemudian aku dan isteri mengeluarkan batu kerikil untuk disiapkan digenggaman.


Hampir mendekati tempat melontar, bendera ketua regu dipegang oleh petugas dan ketua regu diarahkan mengambil posisi masuk dari tengah diikuti oleh kami yang dibelakang. Aku dan isteri berusaha mendekati pinggiran tempat melontar, memberi kesempatan jemaah yg sudah melontar untuk keluar area lalu sedikit demi sedikit kami masuk menggantikan posisi jemaah yang sudah selesai. Mulai pasang niat didalam hati bahwa aku mau melontar semata mata karena Allah. Allahu Akbar…….. aku berteriak sekuat tenaga sambil melontarkan satu persatu batu kerikil, Allahu Akbar….aku dan isteri terus bertakbir setiap melakukan lontaran sampai selesai 7 batu kerikil di tangan. Setelah kulihat isteri sudah menyelesaikan 7 lontaran, aku melindungi dia untuk keluar dari area sambil memegangi kepala takut kalau terkena batu yang nyasar.



Kira-kira 20 meter dari sudut jamarat Aqobah, aku mengajak isteri untuk berhenti sejenak menghadap kearah kiblat untuk memanjatkan do’a sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah untuk berdo’a ketika selesai melontar. Sehabis berdo’a kami berkumpul diujung jalan, dengan melihat lambaian bendera kelompok kami yang berwarna kuning.



TAHALUL dan TAWAF IFADAH

Kemudian kami berpisah menjadi 2 rombongan, kami tujuh orang akan menuju Haram dan sisanya kembali ke tenda. Kami bermaksud untuk meneruskan rangkaian ibadah haji ke Haram ( Tawaf Ifadah, Sa’i, Tahalul Tsani). Setelah 15 menit jalan, kami melakukan Tahalul Awal dengan memotong rambut di jalanan menuju Haram.

Aku belum mencukur habis rambutku, nanti saja di tenda biar menghemat waktu untuk menyelesaikan rangkaian ibadah lainnya hari iini. Alhamdulillah....lega saat itu karena satu kewajiban haji telah kami laksanakan dimana Allah memberi kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaannya, jauh dari apa yang kami bayangkan semula. Saat ini kami sudah terbebas dari larangan Ihram kecuali hubungan suami isteri. Kami berniat untuk menyelesaikan rangkaian ibadaha haji hari ini juga, jadi langsung ke Mekkah untuk pelaksanaan Tawaf Ifadah, sa'i dan Tahalul. Perjalanan ke Haram mengambil rute Ajiziyah sebagaimana rute kami tanazul sebelumnya, nanti kita teruskan.............
Demikian perjalanan melontar Jumrah Aqobah kami, semoga bermanfaat bagi Saudara-saudaraku yang tahin ini akan menunaikan Ibadah Haji, selanjutnya akan kupostingkan cerita pelaksanaan Tawaf,sa’i, Tahalul tsani yang cukup melelahkan...Insya Allah.



Lanjutan Catatan Perjalanan hajiku disini

Tuesday, April 10, 2007

Catatan Perjalanan Haji 1423 H # 5

Perjalanan Menuju Mina, Sunnah Tarwiyah tanggal 8 Dzulhijah


Tanggal 9 Februari 2003 (8 Dzulhijah 1423 H)
Setelah gagal diberi ijin oleh ketua kloter untuk melaksanakan Tanazul, yaitu melakukan perjalanan haji sebagaimana yg dilakukan Rasulullah dimana pada tanggal 8 Dzulhijah jamaah haji berangkat menuju Mina bukan ke Arafah sebagaimana yg dilakukan oleh mayoritas jamaah haji dari Indonesia. Namun aku ikhlas setelah tentunya aku mengadukan kondisi ini kepada pemilik alam semesta. InsyaAllah, dilain waktu Allah bisa memberi kesempatan kepadaku agar aku bisa melaksanakan haji dengan sempurna sebagaimana perintah Allah didalam surat Al Baqarah, "Sempurnakanlah haji dan umrah karena Allah".

Pukul 15.47 was
Mandi, pakai wangi-wangian kebetulan aku beli farfum hajar aswad di sana jadi farfum inilah yg digunakan (untuk wanita tidak dianjurkan pakai wangi-wangian), kemudian memakai pakaian ihram, menunggu Bus (sebelumnya shalat Dhuhur dan Ashar di jama’). Berangkat menuju Arafah, di Bus mulai pasang niat Ihram Haji “Labbaika Allahumma Hajjan”

Pukul 17.50 was
Tiba di kemah, Shalat maghrib dan Isya’ jama’ takdim, makan malam, istirahat. Pada waktu istirahat untuk kaum Bapak sebaiknya pakaian ihram bagian bawah dapat kita kasih peniti atau diikat untuk menghindari terbukanya aurat kita pada saat tidur. Di dalam tenda diatur kelompok wanita dengan wanita dan pria dengan pria dimana arah kepala diketemukan untuk menghindari terlihatnya aurat. Disini senter sangat dibutuhkan untuk mencari barang-barang didalam tas kita karena di tenda penerangan cahayanya minim. Bantal tiup sangat bermanfaat di tenda ini (Jangan membawa kantong tidur karena akan menjadi beban anda, disamping untuk antisipasi jika kondisi traffic jam sehingga tidak memungkinkan Bus mengantar anda ke MINA sehingga anda harus berjalan kaki dengan membawa beban. Pengalaman perjalanan hajiku banyak jamaah yang harus jalan kaki karena jalanan macet dan tidak mungkin dilalui Bus, karena saat itu baru pertama kali diujicoba sistem angkutan Armina(Arafah Muzdalifah dan Mina) yang disebut "Taradudi", namun kacau balau.

Tanggal 10 Februari 2003 (9 Dzulhijah 1423 H)
Wukuf di Arafah


Pukul 05.00 was
Shalat subuh, makan pagi, istirahat menunggu sholat dhuhur dan pelaksanaan wukuf
Pukul 12.37 was
Kutbah wukuf, Shalat dhuhur & Ashar di qasar, do’a wukuf, pelaksanaan WUKUF sampai dengan matahari terbenam. Di sunahkan bertalbiyah. Setelah matahari terbenam baru diperbolehkan meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah.
Pada saat wukuf carilah tempat yang nyaman untuk bertafakur, berdo’a, introsepeksi diri, untuk itu sebaiknya siapkan alas duduk bisa dari plastik atau alas lain yang mudah dibawa.

Tanggal 11 Februari 2003 (10 Dzulhijah 1423 H)
Pukul 03.00 was
Bergerak menuju Muzdalifah (yang dilakukan Rasul adalah sholat maghrib dan isya di jama’ , istirahat / tidur sampai fajar, kemudian sholat subuh). Tetapi karena kondisi jamaah haji yang padat biasanya sopir tidak mau berhenti di muzdalifah (pengalaman kami karena jalur macet total, maka kami berhenti di muzdalifah dikarenakan macet dan penumpang tetap berada di dalam Bus, untuk itu kita niatkan saja pada saat seperti itu niat MABIT di muzdalifah).

Pukul 05.30 was
Tiba di perkemahan Mina Jadid (berdasarkan keputusan ulama Saudi daerah Muzdalifah diperluas akibat semakin besarnya jumlah jamaah haji), Sholat subuh lalu makan pagi.


Jamarat Pada 1423 H, masih banyak menelan korban jiwa


Pukul 08.45 was
Melontar jumrah Aqobah pada hari Nahar (hari pertama hanya jumrah Aqobah yang dilontar), pelaksanaan melontar harus setelah matahari terbit sampai dengan malam hari, tetapi usahakan pada waktu Dhuha karena waktu ini menurut sunnah rasul adalah waktu yang afdhal untuk melontar jumrah Aqobah, setiap lontaran hendaknya bertakbir.. Pada pelaksanaan melontar ini aku sendirian tidak bergabung dengan rombongan karena pada saat itu aku sekalian mau mencari jamaah reguku yang tersesat yang menurut informasi berada di sekitar terowongan mina (tempat terjadinya musibah beberapa tahun lalu). Jika anda ingin berpisah dari rombongan maka pelajari peta (cara membaca peta yang ditempatkan disepanjang jalan menuju jamrat). Alhamdulillah pada saat melontar diwaktu afdal ini kondisi jamaah yang melontar tida terlalu padat dibandingkan waktu setelahnya (mungkin banyak jamaah yang confuse dengan waktu afdal, mungkin perkiraannya untuk Aqobah sama dengan jamrat ula dan wusta yaitu setelah matahari tergelincir). Setelah melontar selesai maka kita sudah bisa TAHALUL AWAL, kembali ke kemah dan mengganti pakaian ihram dengan pakaian biasa.

TIPS: sebaiknya setiap berpergian anda membawa bollpoin untuk mencatat tanda-tanda sesuai petunjuk peta untuk menghindari tersesat.

Tanggal 12 Februari 2003 (11 Dzulhijah 1423 H)

Menuju Mekkah untu Tawaf Ifadah

Pukul 03.30 was
Dengan beberapa orang jamaah (tidak dengan rombongan) kami berangkat menuju Masjidil Haram untuk melakukan Tawaf IFADAH dan SA’I. cukup banyak yang menawarkan jasa angkutan menuju kesana tarifnya bisa tawar menawar, kalau bak terbuka +/- 5 sampai 10 RLS tetapi kalau minibus pakai AC sekitar 10 sampai 15 RLS. Waktu itu saya menggunakan yang bak terbuka cukup nyaman di udara pagi dan perjalanan tidak terlalu lama hanya beberapa menit. Kita bias turun di dekat masjid jin (pasar Seng) dan berjalan kaki menuju masjidil haram +/- 5 menit. Lakukan Shalat Subuh berjamaah kemudian lanjutkan dengan tawaf ifadah dan sa’i

Pukul 10.30 was
Sarapan pagi dipasar seng, kemudian berangkat menuju jamrat untuk melakukan lontaran ke dua ( Ula yang letaknya dekat masjid KHAIF, Wusta dan Aqobah). Setiap selesai melontar jumrah Ula kita disunahkan ber do’a dan berzikir menghadap kiblat, begitu juga setelah melempar jumrah wusta, tetapi tidak untuk jumrah Aqobah. Dari masjidil haram juga banyak angkutan ke jamrat. Sesampainya di jamrat jangan dulu melakukan lontaran menunggu waktu yang dianjurkan yaitu setelah matahari tergelincir (antara pkl.12.30 – 12.45 ini waktu yang cukup feasible) jika waktu tergelincir matahari sudah masuk maka petugas akan mengumumkannya lewat pengeras suara dalam berbagai bahasa (Arab, Inggris, Perancis, Melayu) kira-kira informasinya sbb: “ Waktu matahari tergelincir sudah masuk, para jamaah haji kinilah saatnya waktu untuk melontar..” dan ini diulang-ulang. Sebelum melontar lakukanlah sholat Dzuhur berjamaah disekitar jamrat (banyak jemaah yang menggelar tikar untuk sholat jamaah).

Tanggal 13 Februari 2003 (12 Dzulhijah 1423 H)
Pukul 01.30 was dinihari
Kembali ke maktab (keputusan bergerak dinihari agar terhindar dari kemacetan), menyiapkan energi untuk melontar hari ke dua, Jika kita harus segera meninggalkan tanah suci karena jadwal, maka kita hanya melakukan Nafar awal.

Pukul 11.45
Dari maktab menuju ke tempat jumrat untuk melakukan lontaran terakhir karena rombongan diputusakn hanya sampai Nafar awal. Setelah matahari tergelincir melakukan lontaran (ula,wusta dan aqobah). Kemudian melanjutkan melontar yang kedua mewakili jamaah regu kami yang tidak dapat melakukannya sendiri karena alas an syar’i.

Tanggal 15 Februari 2003 (14 Dzulhijah 1423 H)

Ba’da Dzuhur melakukan tawaf wada’ (tawaf perpisahan), ba’da dzuhur adalah waktu yang agak lengang untuk melakukan tawaf (kita masih mungkin untuk memegang rukun yamani) karena banyak jamaah yang menghindari panah matahari (kita dapat menyiasati dengan memakai handuk yang kita basahi). Sehabis tawaf wada’ tidak dilanjutkan dengan sa’i

Tanggal 16 Februari 2003 (15 Dzulhijah 1423 H)
Pukul 10.30 was
Berangkat ke Jeddah tiba di Jeddah pukul 01.30 was, langsung menempati kamar di Madinatul Hujaj. Terima makanan, mengunjungi laut merah,disini kita banyak ditawari jasa Bus perjalanan untuk mengunjungi tempat-tempat dan monumen bersejarah dengan tariff 20 RLS. Di pantai laut merah kita bisa menikmati pemandangan laut lepas dan kalau mau menikmati sate madura langsung dibakar ditempat sungguh nikmat.
Di madinatul hujaj kita masih bisa berbelanja oleh-oleh jika masih mempunyai sisa real, banyak pedagang menggelar dagangannya di area madinatul hujaj. Kalau ingin membeli korma yang masih segar (masih ada tangkainya) cukup murah atau mau beli kaset mushaf 1 set (30 juz) juga lebih murah jika dibandingkan kita beli di Madinah atau Mekah. Kalau mau keluar dari area penginapan kita harus minta izin tertulis (mengisi formulir jam berapa kita pulang dan siapa saja anggota yang ikut), karena tanpa surat pengantar kita tidak diijinkan oleh petugas jaga (disana cukup ketat penjagaannya).Ketika berada di Madinatul Hujaj kita akan dapat informasi khsususnya bagi jamaah haji yang bagasinya melebihi ketentuan supaya memasukkannya ke jasa CARGO, karena kalau pas penimbangan bagasi di King Abd Aziz bagasinya melebihi quota maka akan dikenakan bea sesuai tariff penerbangan yang sangat tinggi. Kloter kami pada saat itu mengumpulkan uang basis agar semua barang bisa dibawa terbang bersamaan dengan jamaah.
istirahat, persiapan kembali ke Medan (tanah air). Saat ini Madinatul Hujjaz sedang di renovasi, sehingga jamaah haji yang akan kembali ke tanah air ditempatkan di hotel-hotel yang sudah disewa oleh pemerintah kita, kondisi hotel cukup bagus dan layaklah.


Tanggal 17 Februari 2003 (16 Dzulhijah 1423 H)
Pukul 06.15 was
Berangkat dari Bandar udara King Abd.Aziz dengan menggunakan penerbangan Garuda Indonesia dengan nomor penerbanagan GA 3102

Pukul 18.15 wib
Tiba di Bandar udara Polonia, langsung ke asrama haji, seremonial, cari kopor masing-masing

Pukul 21.00 wib, Pulang ke rumah masing-masing

Alhamdulillah…Semoga Allah menjadikan Haji yang hamba lakukan adalah haji yang mabrur. Untuk saudara-saudaraku seiman persiapkan diri sebaik-baiknya, hindari hal-hal yang makruh apalagi haram karena Ibadah Haji imbalan yang dijanjikan Allah sudah pasti “ JANNAH” / “ SORGA” dan untuk mendapatkannya pastilah tidak mudah, tawakal dan berserah diri adalah modal untuk kesana disamping dana tentunya.
Titip Do’a disana agar aku bisa menunaikan Ibadah Haji yang ke dua, Semoga Anda menjadi haji dan Hajjah yang Mabrur.

Mohon maaf jika ada hal yang tidak berkenan dan mohon ampun saya kepada Allah jika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan perintahNya.


Billahi taufiq walhidayah wasalamualaikum warahmatullahiwabarakatu.

Catatan Perjalanan Haji 1423 H # 4


Nah..sekarang adalah kegiatan aku selama menunggu pelaksanaan Haji

di Tanggal 3 Februari 2003
Pukul 07.48 was
Menuju tempat pemotongan DAM dengan melewati Jabal NUR (Gua Hira) +/- 10 menit perjalanan dari maktab Ajiziyah.

Pukul 08.10 was
Tiba ditempat pemotongan DAM. Pada saat pemotongan kita akan dipanggil satu persatu untuk menyaksikan pemotongan domba yang kita jadikan kurban. Setelah selesai pemotongan kita dapat meminta sedikit daging dari hewan DAM jika mau untuk dimasak.
Di tempat pemotongan ini kita bisa melihat hewan-hewan qurban ini begitu mudah di giring dan dipotong seakan-akan tahu dan ikhlas dengan niat siempunya hajat. Walahualam bishawab.

Pukul 09.50 was
Tiba di jabal rahmah, disini kita bisa menyaksikan tugu peringatan tempat nabi Adam dan siti Hawa bertemu setelah ratusan tahun berpisah (hati-hati dengan barang bawaan karena banyak copet wanita yang tidak kita duga beroperasi diwilayah ini, Aku saksikan sendiri, ada seorang gadis yang tertangkap petugas ketika sedang melakukan aksi. Disini kita dapat berphoto dengan unta dan latar belakang pemandangan jabal rahmah. Bagi yang kuat bisa menaiki jabal rahmah melihat dari dekat tugu tempat bertemunya nabi Adam and Hawa (tidak terlalu capek mendakinya, banyak juga jamaah yang sudah tua menaiki tangga ke atas)

Pukul 10.42 was
Kembali ke maktab, +/- 13 menit kita akan melewati jabal Tsur

Catatan Perjalanan Haji 1423 H # 3






Sekarang akan aku bawa ke Mekkah, Are you ready...?

di catatanku menunjukkan Tanggal 19 Januari 2003
Persiapan keberangkatan menuju MAKKAH.
Sholat subuh, mandi sunnah ihram, pakai wangi-wangian,berwudhu, bagi yang berkeyakinan ada sholat safar lakukan sholat safar tetapi bagi yang tidak tidak usah lakukan. Pakai pakaian ihram dari maktab.

Pukul 08.00 was
Memasuki Bus, akan di check passport kita
Pukul 08.46 was
Berangkat menuju Bir Ali, kita akan mendapat jatah makanan di dalam Bus. Kalau sekarang karena memang sudah dapat jatah makan selama di Madinah, ya...jatah makan kita ini yang kita dapat (tidak double jatah)
Pukul 10.05 was
Tiba di Bir Ali, pada saat turun dari bus sebaiknya siapkan kantong plastik untuk menempatkan kain ihram, manfaatnya kalau kita mau mandi atau ke toilet agar kain ihram tidak jatuh dan kotor oleh najis. Setelah itu ber wudhu lalu masuk ke masjid untuk Shalat Tahyatul masjid (atau shalat sunnah ihram bagi yang berkeyakinan bahwa rasulullah melakukan sholat sunnah ihram dan bukan tahyattul masjid). Niat Ihram untuk UMRAH, dilakukan didalam Bus saja ketika Bus akan bergerak (nanti diingetin koq. sama ketua rombongannya).
Pukul 11.09 was
Berangkat menuju MEKKAH, lakukan TALBIYAH dengan suara keras (untuk ibu2 tidak boleh keras). Bertalbiyah dilakukan sendiri-senidiri tidak ada tuntunan dilakukan secara bersama-sama dengan satu komando seperti paduan suara, hindari mengobrol dengan jamaah lain jadi sebaiknya bagi anda suami istri bimbinglah istri anda untuk terus ber talbiyah seperti yang dicontohkan Rasul.

Pukul 11.22 was
Tiba di kontrol center. Bus akan di periksa kelengkapan dokumen. Bersabarlah menunggu disini karena pemeriksaan tidak terlalu lama . Anda bisa mengisi botol aqua dengan air zamzam disini (bisa minta tolong kepada pekerja disitu mereka dengan ikhlas akan membantu anda, jadi tidak perlu turun dari Bus).
Pukul 11.25 was, Berangkat meneruskan perjalanan ke MEKKAH
Pukul 12.30 was, Berhenti untuk melakukan sholat jama’ takdim - qasar ’ Dhuhur dan Ashar
Pukul 13.15 was
Berangkat meneruskan perjalanan ke MEKKAH, makan siang yang dibawa sebelumnya (pada saat berhenti sebaiknya beli makanan pada saat berhenti) karena tidak ada pembagian makanan. Atau anda bias makan di rumah makan pada saat berhenti disini.
Pukul 18.45 was
Tiba di check point MEKKAH, bagi Aqua Zamzam (kalau kita bawa botol minum sendiri, zamzam yang dibagi ini bisa kita simpan untuk dijadikan oleh-oleh karena botolnya kecil dan bagus kemasannya, kelihatannya cukup unik).
Pukul 20.05 was
Tiba di maktab, cari kamar yang sudah dibagi. Manfaatkan istirahat sebentar, jangan buru-buru mau ke masjidil haram untuk melakukan umrah.
Pukul 22.30 was
Ke masjidil haram untuk umrah (berwudhuklah terlebih dahulu sebelumnya dan bawa gunting kecil). Sandal dan gunting sebaiknya dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu gantungkan di pintu gerbang / pagar masjid agar mudah kita mengambilnya ketika sudah kembali, asal plastik kita bisa kita tandai walau dari jauh. Lagian pada saat tawaf dan sa’i lebih nyaman apabila tidak membawa beban. Untuk membantu penghitungan jumlah putaran tawaf dan sa’i sebaiknya anda gunakan alat Bantu seperti karet gelang yang dipindahkan 1 persatu dari tangan satu ke tangan yg lain setiap kali selesai putaran tawaf atau sa’i.

Nah sekarang kita sudah tambah satu hari lagi yaitu di Tanggal 20 Januari 2003

Pukul 02.00 was, Selesai Umrah dan bersiap kembali ke maktab untuk istirahat

Beberapa catatan Di Masjidil Haram

  • Sebelum melakukan tawaf umrah sebaiknya amati situasi dan kondisi lingkungan terlebih dahulu (lihat garis coklat (sekarang sudah tidak ada lagi garis coklat tetapi ada lampu neon berwarna hijau didinding masjid untuk menjadi patokannya), posisi rukun yamani, posisi maqom Ibrahim dan kira-kira dimana kita harus mengambil posisi sholat di belakang maqom, kemudian lihat dimana letaknya sumur zamzam, tempat sa’I) sehingga memudahkan pelaksanaan rangkaian ibadah umrah kita. Pengamatan situasi ini tidak terlalu sulit karena semuanya terletak di dalam masjidil haram. Pada saat tawaf anda bisa ikut satu putaran dahulu kemudian setelah mendekati sudut baru anda mulai berniat tawaf.
  • Pelajari dimana tempat toilet berada sehingga ketika kita membutuhkan ke toilet, kita mudah mencarinya. Toilet di Masjidil haram tidak semudah ketika kita berada di masjid nabawi, di masjidil haram tempat toilet cukup jauh dari area inti masjidil haram. Ketika berada di toilet untuk keluar menuju masjid cukup melihat tanda “ TO HARAM”. Kalau hanya batal wudhu anda bisa memanfaatkan tempat penampungan air zamzam di lantai 2 atau di lantai 1 di dekat tangga menuju ka’bah atau di sumur zamzam. Toilet yang dekat dengan posisi inti masjid berada di dekat pintu BANI FATAH yaitu pintu nomor : 41 atau di No: 52
  • Bawa kain sarung yang dapat berfungsi sebagai sajadah dan tutup kepala atau muka terhadap hembusan angin ketika berada di luar, jadi lebih efisien daripada kita bawa sajadah biasa yang biasanya cukup tebal dan memakan tempat tas kecil kita.
  • Jika sehabis subuh kita ingin menunggu terus sampai waktu dhuha, anda bisa beli bantal yang ditiup (buatan India dari bahan semi karet) untuk istirahat di masjid harganya cukup murah sekitar 15 RLS. Lumayan buat istirahat dan mudah kita bawa dikantong/tas kecil kita, nanti juga bermanfaat untuk di Arafah.
  • Jika ingin mewakafkan Al Quran, maka Al Quran yang dibeli harus diberi cap stempel yang bertukiskan (Waqaf Lillahi ta’ala), kalau tidak maka akan diambil petugas dan nantinya akan dibagi-bagikan ke jama’ah secara gratis.
  • Jika anda kehilangan atau menemukan barang, maka dapat menghubungi petugas di loket : LOST and FOUND OFFICE” letaknya sebelah kanan pintu BABUSALAM, disini disediakan 2 loket (laki-laki dan perempuan dipisah).
  • Jika ingin melihat rumah kelahiran Rasulullah dapat dikunjungi dengan mudah karena letaknya di halaman masjidil haram tepatnya di depan pintu BABUSSALAM, satu-satunya bangunan didekat orang-orang mengambil air zamzam.
  • Masjid kucing dapat kita kunjungi +/- 5 menit dari masjidil haram, dari pintu Babussalam ambil kekiri ke arah pasar seng lurus saja nanti akan ketemu masjid pertama dikawasan pertokoan dan kalau kita teruskan perjalanan +/- 3 menit kita akan menjumpai masjid jin tempat Rasulullah membaiat para jin untuk masuk islam, kemudian kita meneruskan perjalanan ke kiri jika ingin melihat perkuburan MA’LA.
  • Tidak ikut-ikutan untuk berkali-kali Umrah selama anda berada di Mekkah, karena tidak ada anjuran dari Rasul. Manfaatkan waktu yang ada untuk menjaga stamina anda dalam persiapan Haji, sayang jika karena kesehatan anda menyebabkan rukun dan wajib haji anda terganggu.

Yup, Anda sekarang sudah menyelesaikan Umrah (walaupun secara virtual)......Kita terusin dan coba kita lihat isi catatanku di hari-hari selanjutnya di Catatan Perjalanan Haji 1423H #4

Catatan Perjalanan Haji 1423 H # 2

Aku terusin ya...catatan perjalanan hajiku, yuk kita buka lembaran catatan di tanggal-tanggal berikutnya
Sekarang kita buka lembar catatan selama aktivitas di Madinah.
Tanggal 11 Januari 2003 :
pukul 07.20 was
Tiba di Madina, periksa barang bawaan jangan sampai tertinggal di Bus (karena ada jamaah/ temen sekantorku yang tertinggal sepatunya dan tidak kembali lagi). Penempatan kamar biasanya banyak versi ada yang menginginkan bisa suami istri dalam satu kamar (kalau 1 kamar isi 4 orang maka ada 2 pasang suami istri) kalau ada yang meminta begini maka sebaiknya usulkan bahwa secara syar’i lebih aman jika pria satu kamar dengan pria dan begitupun untuk kaum wanita, karena kalau berpasangan maka akan banyak mudhoratnya. Alhamdulillah kloter kami bisa diatur pria berkumpul dengan pria dan begitu juga wanita dengan wanita.
Ingatlah nomor kamar kita, karena banyak jamaah dihari-hari pertama yang lupa nomor kamarnya sehingga setiap pulang dari Masjid selalu menunggu teman-temannya untuk memastikan nomor kamarnya. Jangan lupa kunci kamar jangan sampai tertinggal di dalam kamar.
Penginapan di Madinah biasanya cukup bagus, seperti yang kami tempati di lokasi Ring I merupakan hotel berbintang 5 ( Elaf Taiba Hotel, sebelah timur masjid Nabawi +/- 20 meter sudah sampai ke halaman masjid Nabawi).


Pukul 10.00 was
Mulai melakukan aktifitas ibadah yang pertama kali di masjid Nabawi, Sholat tahyatul masjid (disembarang tempat dalam masjid karena pada saat itu kami belum tahu dimana letaknya raudah), selesai sholat kami bertanya ke petugas pembersih dimana lokasi raudah. Alhamdulillah karena kami masuk dalam Gelombang I maka jamaah yang datang ke Madinah masih sedikit sehingga untuk ke Raudah masih lenggang. Di Raudah kita bisa puas ber do’a memohon ampunan baik bagi diri sendiri, orang tua, mertua dan keluarga serta kerabat dekat kita. Kemudian jangan lupa mintakan juga kepadaNya untuk memberi kesempatan bagi keluarga, kerabat maupun rekans yang ada titip sama kita untuk diberi kesempatan berhaji atau berkunjung ke tanah suci menunaikan ibadah. Raudah ini merupakan salah satu tempat yang mustajab/makhbul untuk berdo’a sesuai dengan hadist rasul “Antara mimbar dan rumahku terletak taman-taman surga” (jadi berdo’alah setiap ada kesempatan disini selama kita masih berada di Madinah).


Untuk masuk ke Masjid Nabawi maupun masjidil haram sebaiknya tas leher kita tidak perlu dibawa, karena membawa tas di leher cukup mengganggu pergerakan sholat kita, tetapi bagi orang tua yang daya ingatnya sudah berkurang maka tas leher ini sebaiknya dipakai terus selama kita keluar dari maktab.


Beberapa catatan di Masjid Nabawi
  • perhatikan pintu-pintu masuk bagi jamaah laki-laki maupun perempuan, hal ini mudah diingat dengan melihat tanda Toilet yang ada di depan pintu masuk apakah Men atau Women.
  • Di dalam masjid banyak tersedia gallon air zamzam, sebaiknya kita tidak meminum air zamzam yang dicampur es untuk menghindari batuk atau pilek, Anda dapat memilih air yang tanpa es dimana pada gallon ada tulisan dengan huruf Arabic berwarna hijau (zamzam mubarodz) biasanya gallon diletakkan dibagian tengah gallon lainnya (satu tempat biasanya ada 6 gallon).
  • Untuk sholat subuh adzan dilakukan 2 kali (pertama bisanya untuk membangunkan orang dan yang ke dua pertanda waktu sholat sudah masuk waktu), hal ini perlu diingat bagi yang ingin melaksanakan sholat sunah rawatib ataupun sholat lail sehingga tidak ragu apakah sudah masuk waktu subuh atau belum.
  • Usahakan datang ke masjid paling lambat 1 jam sebelum Adzan, agar kita dapat shaf yang bagus karena kalau terlambat kita bisa dapat shaf diluar pada saat jamaah mulai padat resikonya kalau subuh udara sangat dingin.
  • Dari tanah air tekadkan / niatkan untuk bisa khatam al quran di tanah suci, untuk menggunakan mushaf di masjid Nabawi perlu adaptasi karena ada beberapa tanda baca yang berbeda dengan mushaf Indonesia khususnya untuk tanda baca sukun atau mati, untuk mushaf terbitan arab Saudi tidak dicantumkan. Dan kalau menggunakan mushaf masjid, anda perlu membawa buku notes untuk mencatat batas terakhir ayat yang sudah kita baca.
  • Jangan memaksakan ke Raudah pada jam-jam padat peminat dan sebaiknya kita tidak berniat untuk ke Raudah tetapi untuk beribadah dalam masjid Nabawi, karena yang dianjurkan adalah beribadah dalam mesjid. Sehingga kita terhindar dari menzalimi orang lain maupun diri kita sendiri, karena diwaktu padat peminat ke Raudah ini cukup besar dengan berdesakan. Kalau memang ingin ke Raudah sempatkan diwaktu malam pengalaman kami sekitar pukul 21.30 karena hampir tiap malam ruang di Raudah ini lenggang dari pengunjung, nah kita bisa leluasa ber do’a sampai pukul 23.00 was karena Masjid ditutup untuk umum pukul 23.00 was. Waktu malam ini kurang banyak diketahui oleh para jamaah, mereka biasanya selalu rebutan ba’da sholat fardhu, sehingga untuk waktu-waktu padat seperti ini kita berikan kesempatanlah buat saudara-saudara kita yang lain.
  • Jangan ikut-ikutan kegiatan bid’ah yang dilakukan jamaah lain baik dalam berziarah maupun di raudah, kerjakanlah amalan yang memang ada tuntunannya untuk itu persiapkan manasik sedini mungkin sebelum berangkat ke tanah suci. Di sana akan kita temui hal-hal aneh yang dilakukan jamaah dalam beribadah maupun ziarah, dengan mencari berkah yang diambil dari benda-benda yang ada disekitar tempat ibadah atau tempat ziarah. Pada saat ziarah ke makam rasulullah saw, kita membaca salam, sholawat dan mendoakan beliau,, kemudian kita bergerak sedikit ke kanan untuk mengucapkan salam dan do’a ke sahabat nabi.
  • Sehabis sholat fardhu biasanya ada sholat jenazah, sempatkan untuk mengikutinya karena merupakan peluang amalan ibadah kita untuk itu sebaiknya pelajari juga tata cara sholat mayyit mulai dari tanah air.
  • Didalam masjid kita bisa menyaksikan teknologi buka tutup kubah (ada yang berbentuk payung maupun yang berbentuk kubah biasa), biasanya akan terjadi sekitar pukul 5.30 s/d 6.00 was, waktu-waktu ini yang sering karena buka tutupnya tidak tahu berdasarkan kreteria apa (panas, jam, cuaca, mungkin bias dicari artikel jika ada yang berminat)
  • Jika kita pertama datang ke masjid Nabawi, maka setelah sholat tahyatul masjid di Raudah kita bisa ziarah ke makam Rasulullah dan sahabatnya (Abubakar dan Umar), dari Raudah kita bergerak lurus ke arah mimbar imam kemudian belok ke kiri ( disebelah kiri kita adalah makam rasulullah dan sahabatnya), cukuplah mengucapkan salam dan sholawat atas beliau.
  • Setelah berziarah ke makam rasulullah ini kita bisa langsung keluar masjid dan berjalan lurus menuju pemakaman Baqi, karena tidak jauh dari halaman masjid terletak makam BAQI. Ucapkan salam dan do’a bagi kaum muslimin dan muslimat sesuai dengan tuntunan sunatullah di makam baqi.
  • Cuaca di Madinah pada musim haji tahun 2003 M cukup dingin untuk itu perlu dipersiapkan pelembab kulit dan lip gloss (pelembab bibir) dari beberapa merk yang saya lihat (yang dibawa oleh sebagian jamaah), merk NIVEA cukup bagus atau anda bisa beli disana (selalu mengantongi ini yang dapat kita pergunakan lagi ketika kita selesai berwudhu). Jika tidak menggunakan pelembab maka kaki akan mengalami pecah-pecah. Usahakan minum air di dalam masjid sesering mungkin untuk menghindari dehidrasi (karena dari pengalaman ibadah haji saya, ada jamaah dari Malaysia yang harus dirawat karena dehidrasi)
  • Pada saat musim dingin jika kita bawa bekal makanan (rendang, sambal teri) cukup awet walaupun tidak dihangatkan. Bekal ini cukup membantu karena pada saat awal (gelombang I) banyak tempat makan yang belum buka kalaupun ada harganya masih cukup tinggi disamping itu kita bisa menghemat living cost. Kebetulan di regu kami ada 2 orang yang bawa rice cooker dan 1 orang yang bawa kompor listrik sehingga untuk nasi bisa joint untuk 2 kamar (kamar Bapak dan kamar Ibu). Selama di Madina makan secara bersama-sama, sebaiknya kalau sudah di mekkah untuk urusan makan lebih baik sendiri-sendiri saja karena akan lebih baik, lebih mudah mencari makan dan murah di makkah dan tidak mengganggu jadwal rekan kita yang lain.
  • Jika ingin menukar uang (dollar atau rupiah) sebaiknya jangan di tanah air karena selisihnya cukup besar (tukar saja di sana : Madina atau Makka). Di tanah air 1 real kita beli waktu itu Rp 2750 di sana Rp 2350, jadi cukup bawa uang rupiah dalam lembar 100 ribuan. Untuk tempat penukaran uang cukup mudah dan banyak tempat-tempat yang berfungsi sebagai MONEY CHANGER
  • Jangan membawa kamera, photo-photo yang dilarang (termasuk poster bergambar masjid) ke dalam masjid baik di Nabawi maupun di masjidil haram, karena anda tidak akan diperkenankan masuk ke dalam masjid oleh petugas jika kedapatan membawa kamera.
  • Jika kita ingin mencari oleh-oleh di sekitar makam baqi banyak berjejer toko-toko souvenir pandai-pandailah menawar barang, semakin hari harga-harga akan bergerak naik, jadi sebaiknya jika anda masuk dalam kloter awal maka sebaiknya belanjalah untuk oleh-oleh sesuai kebutuhan (hati-hati jangan sampai living cost habis buat oleh-oleh, lakukan perhitungan yang akurat). Di Madinah ada salah satu toko yang menawarkan harga cukup bersaing tetapi tidak dapat ditawar, namanya AL-TAUFIQ tempatnya dibelakang masjid, disini banyak dijual sajadah dari berbagai kualitas dan merk, cukup bagus buat oleh-oleh. Qualitas yang cukup bagus buatan Maroko harga berkisar mulai 70 RLS. Jika memerlukan tasbih, kita bisa membelinya di pusat grosir souvenir lumayan selisih harganya (tasbih yang dibuat dari batu laut berwarna putih seperti mutiara cukup bagus, untuk 1 lusin harga sekitar 50 RLS).Tips: kalau beli souvenir kita teliti juga made in mana, karena banyak rekans kami yang berbelanja product Indonesia sendiri sehingga setelah sampai di kamar / maktab semua jadi tertawa. Untuk masalah souvenir sebaiknya dari tanah air anda sudah mendata siapa-siapa yang perlu anda beri souvenir tentunya dengan urutan kualitas misanya orang tua tentunya kita prioritaskan misalanya nanti akan kita kasih sajadah, terus ulama/guru spiritual kita kita kasih mushaf, dll.
  • Selalu bawa pelembab, lipgloss (untuk pelembab bibir), botol aqua dalam tas karena dapat kita gunakan segera di dalam masjid.
  • Jika ingin sholat di atas masjid Nabawi, maka kesempatan ini dapat kita peroleh pada hari jum’at melewati escalator/lift yang disediakan (kalau hari-hari biasa bagian atas tidak dimanfaatkan karena areal bawah cukup memuat jamaah).
  • Pasar kurma dapat dikunjungi di depan masjid cukup dengan jalan kaki sekitar 5 menit, disini banyak disediakan kurma dari berbagai jenis pergunakan kesempatan ini untuk mencicipi semua jenis kurma (karena kita akan ditawari oleh pedagang kurma sambil berkata “ HALAL” anda boleh mencicipi bahakan sampai 1 kg. Kurma nabi ada 3 tingkat quality, untuk qualitas 3 sudah cukup, harganya 1 kg sekitar 40 RLS.
  • Makanan (Nasi dan lauk pauk) mudah di dapat, tetapi untuk menghindari antrian sebaiknya belilah makanan ba’da DHUHA karena kalau habis shalat DHUHUR antrainnya bisa bikin perut yang lagi lapar tambah lapaaaaaaarrrrrr. Untuk makan malam sebaiknya ba’da Ashar. Namun sekarang jamaah haji di Madinah sudah dapat jatah dari pemerintah sebanyak 2x makan sehari (siang dan malam).

Kita terusin ke catatan lainnya, di Catatan Perjalanan Haji 1423H #3