Wednesday, April 25, 2007

Melontar Jumrah 1427 H, di hari Tasyrik…bagian 1

Tanggal 11 Dzulhijah 1427 H (tgl 11,12,13 Dzulhijah adalah hari-hari tasyrik), sebelum subuh mertua abangku bercerita kalau angkot yang mereka tumpangi dilarang masuk perkemahan Mina oleh petugas / polisi, sehingga mereka harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, untung mereka membawa alamat nomor tenda sehingga mudah bertanya dengan petugas haji yang mereka temui. Syukurlah, semoga ada hikmahnya. Selesai sholat subuh selalu diadakan kultum yang diisi oleh jamaah juga. Pagi ini aku baru merasakan pembagian konsumsi, ”Nasi Goreng” , nampaknya catering yang sebelumnya bermasalah ada harapan bakal berjalan baik. Sambil menyantap makanan, jamaah disebelahku bercerita sesuatu yang lucu juga. Katanya waktu kami belum pulang, mereka bergerak menuju jumrat lagi malam itu, lho..aku terkejut juga koq.bisa bukankah sebelum subuhnya sudah melontar jumrah Aqobah. Iya itu dia katanya...karena kami diinstruksikan untuk siap-siap untuk melakukan acara melontar jumrah yang tiga itu (ula, wusta, aqobah). Padahal sempat terjadi adu argumen antara ketua kelompok dengan beberapa jamaah, ada jemaah yang bilang kalau melontar yang ke dua itu besok tetapi pak Karom keukeuh kalau malam ini, ya...karena pak Karom merasa itu pasti dan dia yang mengkoordinir jemaah selama ditanah suci, jadilah sami’na waato’na katanya. Cuma untungnya waktu tiba di jumrat ula (jumrah yang pertama), petugas disana bilang ”haram”, melarang jamaah-jemaah itu melontar ke jumrat ula, terus pak karomnya menanyakan ke petugas itu pake bahasa arab menjelaskan bahwa mereka mau melontar jumrat ula,wusta,dan aqobah setelah pagi tadi melontar jumrah aqobah. Dijelaskan petugas itu kalau hari ini sampai malam ini hanya melontar satu jumrah saja yaitu jumrah Aqobah, selanjutnya besok baru boleh melontar yang tiga jumrah. Baru deh..si pak karom ngerti dan pasukan ditarik segera pulang. Beberapa jamaah langsung pada menggerutu diam-diam. Aku sempat ketawa juga dengerin cerita tersebut. Itulah sebabnya kita harus mempersiapkan diri betul-betul sebelum berangkat menunaikan ibadah haji sehingga kita yakin dan tahu apa yang harus kita perbuat dalam setiap amalan haji sesuai dengan manasik haji Rasulullah, jangan ikut-ikutan. Terus rencananya hari ini jam berapa mau melontar, kataku. Rencananya jam 21 atau 22 malam nanti.
Ketika masuk ke tenda ustadz Ayi Ali idrus, aku dipanggil terus dibilangin kapan rambutnya dihabisi maksudnya tahalul plontos, sambil malu malu aku bilangin nanti ustadz karena yang mau motongnya lagi banyak order.

Perjalanan mau melontar

Selepas dzuhur, kami dan beberapa orang yang mau bergabung berkumpul didepan tenda (+/- 15 orang), setelah dihitung dan merasa sudah cukup kami bergerak untuk menuju jamarat. Seperti sebelumnya lautan manusia yang akan melaksanakan wajib haji di hari tasyrik yaitu melontar 3 jumrah membanjiri jalan menuju ke area melontar. Jemaah dengan suara lantang bertakbir, sebagaimana takbiran pada tanggal 10 Dzulhijah kemarin. Allahu Akbar....Allahu Akbar...Allahu Akabar, La ilahaillallahu Allahu Akbar Allahu Akbar walillahilham. Takbiran spontan bersahutan menggema disepanjang jalan menuju jamarat..mengagungkan kebesaran Allah. Berbeda dengan melontar dihari Nahr kemarin, pada hari Tasyrik, jemaah sudah berganti pakaian (tidak dalam keadaan ihram lagi). Sesampai di area melontar beberapa meter sebelum mendekati jumrat, aku memberi aba-aba ke isteri untuk meyiapkan batu yang akan dilempar. Kami memilih area bawah untuk menghindari terik matahari yang menyengat. Pengalaman dihari pertama menjadi bekal melontar dihari ke dua. Sehingga pelaksanaannya lebih santai, tidak tegang sebagaimana hari pertama. Sambil membungkuk, aku dan isteri mendekati jumrah ula, selesai melontar kami bergerak keluar dan menuju ujung jumrah untuk berdo’a disana.

Suasana melontar

Setelah dirasa cukup, aku dan isteri meneruskan ke jumrah Wusta’, dan dilanjutkan dengan berdo’a setelah selesai melontar sebagaimana pada lontaran di jumrah ula. Terakhir melanjutkan ke jumrah Aqobah, kemudian setelah selesai kami menuju keluar arah ke perkemahan lagi tanpa berdo’a sebagaimana di dua jumrah sebelumnya.
Kami berkumpul kembali dan setelah jumlah kelompok cukup, kami bergerak pulang dengan hati berbunga-bunga karena telah dapat menyelesaikan kewajiban melontar hari ini. Apel...yang jadi bekal diperjalanan menjadi teman pelepas dahaga. Terik matahari hampir tak terasa karena hari ini kami sudah boleh menggunakan penutup kepala. Sampai ditenda istirahat sambil menunggu sholat Ashar.

Tahalul Tsani

Ba’da Sholat Ashar, kami melakukan pencukuran rambut jamaah lhaji lakil-aki secara bergantian. Sore itu aku dapat menggunduli dua orang jemaah haji ......mereka berkomentar...sambil bercanda....wah.... kami sangat beruntung hari ini bisa tahalul dan dicukur oleh orang yang melaksanakan haji dengan ”tanazul” ini jarang-jarang bisa didapat. ...Giliran rambutku di pangkas habis oleh Pak Yusuf (dari Universitas Sriwijaya), kemarin aku lihat dokumentasi di rekaman vcd iiiihh lucu banget kepala diplontos. Terus ada juga jemaah yang berakting megang jenggotku pura-pura mau memotong. Ha ha ha... memang tawa canda mewarnai kegiatan kami disela-sela pelaksanaan ibadah haji, karena kalau sudah disana kita akan merasakan satu saudara, ya... saudara dalam iman katanya lebih kuat daripada saudara sedarah sekalipun. Selesai acara pencukuran, membersihkan diri...dan persiapan sholat maghrib.
Jika Anda tetap berminat mengikuti Catatan Perjalanan haji ini, silahkan ikuti disini.

No comments: