Dewasa ini masyarakat semakin sadar bahwa pada kenyataannya perempuan telah menjadi korban kekerasan seksual di berbagai wilayah dan situasi. Hal itu dapat terjadi dalam keadaan normal, terlebih lagi dalam situasi kacau, semisal konflik, perang, atau kerusuhan. Anehnya, kenyataan pahit itu tidak hanya berhenti sampai di situ. Ia merambah ke wilayah-wilayah yang selama ini dinilai sakral dan aman. Sangat mengejutkan dan mulai disadari banyak orang bahwa ternyata kejahatan seksual yang menjadikan perempuan sebagai korbannya terjadi juga di wilayah yang dinilai “suci”. Salah satunya terjadi dalam perhelatan agung seperti ibadah Haji.Berita-berita kekerasan seksual terhadap perempuan yang terjadi dalam suasana haji beragan mulai dari usikan dalam bentuk kata-kata yang melecehkan hingga kasus pemerkosaan. Pelaku kejahatan ini mempunyai latar belakang yang beragam. Mereka terdiri dari berbagai tingkat usia, bangsa (bukan hanya etnis Arab) dan profesi (mulai dari asykar, pedagang, pelayan hotel, sampai sesama jamaah haji sendiri). Tidak heran dalam setiap kesempatan manasik haji, pembimbing manasik haji sering menyelipkan nasehat sebagai berikut :“Jika hendak naik taksi di tanah suci, ingat ya lelaki naik duluan baru kaum perempuan. Sebaliknya, jika hendak turun, perempuan duluan baru lelaki. Harus hati hati. Banyak perempuan hilang dibawa kabur sopir taksi. Sudah banyak kejadian, perempuan hilang karenanya”.Peringatan ini terus disampaikan karena faktanya kasus kriminal serupa nyata-nyata sering terjadi. Sebagai contoh pada tahun 1999, seorang jamaah haji perempuan asal Yogyakarta hilang di bawa kabur sopir taksi. Suaminya stress berat karena tak dapat menemukannya kembali. Hal ini dikisahkan oleh Pak Ahmad, seorang jamaah asal Yogyakarta, teman sekloter pasangan suami-istri tersebut (sumber : Akhwatuna edisi 13)Perbuatan “asusila” yang sering dialami jamah haji perempuan adalah saat berbelanja. Para pedagang di sekitar Masjid al-Haram misalnya seringkali mepet-mepet dan menggunakan kesempatan untuk colak-colek dan memeluk tubuh para pembeli perempuan yang notabene jamaah haji. Dalam proses tawar-menawar barang, sering terjadi perempuan tampak ketakutan atau tak kuasa mengatasi “kenakalan” semacam itu. Anehnya lagi, ada jamaah perempuan Indonesia yang memanfaatkan kesempatan dengan sengaja menggunakan ‘kiat-kiat pendekatan seksual’ untuk mendapatkan barang dengan harga miring. Na’udzu billahi min dzalik.Bahkan kasus perkosaan terjadi dilingkungan masjid Madinah, perkosaan yang menimpa jamaah haji Indonesia. Kabarnya diantara pelaku menyamar seperti perempuan yang memakai jilbab guna “menciduk” korban di kamar mandi Masjid Nabawi. Kasus perkosaan di kamar mandi hotel biasanya pelakunya adalah pelayan hotel. Ironisnya hukum di Negara Arab Saudi tidak bisa menyeret pelaku kekerasan seksual ini ke pengadilan, karena tidak memenuhi prasyarat pembuktian yang mengharusakan adanya 4 orang saksi dan harus berupa delik aduan.Sebagai perempuan tidak salahnya untuk selalu waspada dan berhati-hati terhadap segala kemungkinan terjadinya kejahatan seksual ini. Jangan hanya karena konteksnya ibadah haji lantas semua yang ada di tanah suci akan kita bayangkan semua pasti baik-baik. Kitapun harus bisa bersikap tegas terhadap pendirian kita. Pernah waktu masuk asrama haji di Palembang, saya ditempatkan dalam satu kamar dengan perempuan ( saya dan isteri dan ada lagi pasangan yang lain), karena hal ini telah menyimpang dari aturan agama maka secara tegas saya menolak penempatan ini dan saya mengancam akan tidur di kursi lobby asrama jika tidak ada pengaturan bahwa wanita bercampur dengan wanita dan laki-laki dengan laki-laki (khususnya untuk saya, karena jamaah lain ternyata tidak ada yang protes). Akhirnya tuntutan saya dipenuhi, Cuma herannya protes saya ditanggapi kurang baik oleh salah satu ketua rombongan, yg mengatakan bahwa kita kan sedang melaksanakan ibadah haji, toh tidak akan ada hal-hal yang tidak diinginkan. Sedih..yang bicara seperti itu seorang ustadz pensiunan depag.. dia tidak memahami batasan-batasan yang diberikan oleh syariat agama ini. Padahal bukan masalah kejahatan seksual saja bagi kaum perempuan bisa terjadi namun masalah aurat untuk yang bukan mahrom juga akan menjadi masalah.Kewajiban kita semua untuk ber-amar ma’ruf nahi munkar, termasuk mengoreksi tindak kejahatan yang tersembunyi dibalik baju agama.
Hal-hal yang perlu Anda cermati :
1. Bersikaplah tegas menolak jika keputusan petugas haji tidak sejalan dengan aturan syar’iKetika berpergian jangan sendirian, carilah mahrom Anda atau perempuan lain yang Anda percaya.
2. Ketika di kamar hotel, yakinkan Anda tidak ditinggal sendiri oleh teman sekamar sebaiknya bergantian saling menjaga khususnya dalam aktifitas mandi (bila perlu kamar hotel selalu dikunci dari dalam)
3. Ke kamar mandi masjid jangan sendiri, pergilah ditemani rekan perempuan atau mahrom Anda
4. Suami harus selalu waspada dan melindungi isteri disetiap keramaian ( naik angkot atau taksi, berbelanja, ziarah).
5.Jika Anda tidak berangkat bersama mahrom Anda, maka jangan terlalu bergantung dengan laki-laki lain dalam hal aktifitas selama di tanah suci apalagi suami orang karena disamping membuat tidak harmonis isterinya akibat cemburu juga bisa timbul fitnah yang tidak baik, usahakan segala sesuatu Anda tangani sendiri jika perlu bantuan komunikasikan dengan petugas haji ( Ketua regu, ketua rombongan atau ketua kloter)
6. Ketika berbelanja, suami bisa menempel terus ke isteri saat tawar menawar. Bagi perempuan jangan menawar terlalu ramah seperti kalau berbelanja di negara sendiri. Kalau terlihat gerak gerik dari pemilik toko yang mencurigakan segeralah pergi meninggalkan toko tersebut, karena orang Arab dalam bertransaksi tidak ada yang ramah..nah kalau ramahnya berlebihan anda patut waspada.
7. Berpakaianlah menutup aurat dengan baik, pakai kerudung yang panjang. Karena saya banyak menemui kaum perempuan ketika haji menggunakan kerudung pendek sebahu..nah yang begini akan mengundang masalah.
8. Di dalam lift juga harus diwaspadai jangan memaksakan diri ketika Anda tidak bersama mahrom Anda, terkadang lift hotel dijaga oleh petugas hotel yang bukan tidak mungkin mempunyai kesempatan berbuat tidak baik ketika Anda tertinggal sendirian yang kebetulan lantai kamar Anda berada pada posisi paling tinggi.
Pelaku Kriminal di lokasi Jumrah, tahun 2003
Bagi Anda JCH hendaknya selalu waspada karena walaupun di tanah suci, tetap saja pelaku kriminal bisa menjalankan aksinya. Yang paling banyak dijumpai adalah kriminal: pemerasan, copet dimana pelaku kriminal berprilaku layaknya jamaah yang akan melakukan kegiatan ibadah umrah, haji maupun ziarah. Tidak jarang kita sering menjumpai beberapa pengemis dijalanan yang tidak memiliki tangan lagi ( informasinya jika terbukti mencuri dengan tingkat tertentu maka hukumannya adalah penggal tangan, wallahu a'lam apakah para pengemis ini termasuk yang mendapat hukuman karena mencuri ataukah sebab lain seperti penyakit dsb).