Perlukah ikut KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji)
Kegiatan ibadah apapun yang dilaksanakan ditanah suci terasa nikmat. Banyak jemaah haji yang mengalami pengalaman rohani yang mengesankan tiada tara selama di Tanah suci. Itulah sebabnya, mengapa banyak orang yang sudah berhaji selalu rindu untuk kembali melihat Ka'bah.
Untuk bisa menghayati ibadah haji, persiapan jemaah harus matang. Selain soal phisik, makan, pakaian, bekal,penginapan dan lain-lain,persiapan ibadah juga harus mantap. Banyak pembimbing haji ketika di tanah air meninabobokkan calon jemaah haji dengan kata-kata manis, " Bapak-bapak Ibu-ibu, kalau tidak hafal do'a jangan khawatir, nanti disana dibimbing, tinggal mengikuti saja" atau Bapak-bapak Ibu-ibu nanti selama disana semua akan diatur dan diurus oleh pembimbing. Pesan-pesan seperti ini sering membuai jemaah, akibatnya banyak yang berangkat hanya dengan mengandalkan pembimbing. Pada kenyataannya pembimbing haji tidak selalu jadi andalan dilapangan. Banyak kegiatan yang akhirnya dilakukan secara mandiri oleh jemaah haji. Saat Tawaf misalnya, sulit untuk tetap berjalan dengan rombongan besar. dengan kelompok kecil 10 orang saja, sudah hampir pasti bercerai-berai. Jika jamaah tidak menyiapkan diri, akan kebingungan menyelesaikan ibadah.
Banyak terjadi jamaah terlepas dari rombongan saat tawaf akhirnya pulang kepenginapan sebelum menyelesaikan sa'i, ada juga yang sudah selesai sa'i sudah pulang sebelum tahalul. Sedikit cerita pada perjalanan haji 1427 H, setelah rombongan tiba dari Madinah dan istirahat sejenak di maktab Hafair, lalu rombongan menuju masjidil haram untuk melakukan rangkaian kegiatan ibadah umrah tammatu'. Selesai melaksanakan rangkaian ibadah, kepala rombongan keesokan harinya mulai mereview jemaah haji tentang pelaksanaan ritual yang dilakukan. Baru ketahuan ada seorang ibu yang belum tahalul (menggunting rambut) namun si ibu sudah tidak menjaga larangan ihram, pada saat itu disimpulkan umrahnya batal dan harus mengulangi umrah dari miqat terdekat yaitu Tanaim. Tentunya dperlukan tenaga ekstra dan biaya yang dikeluarkan untuk ongkos taksi.
Kalaupun masih bisa tetap bisa bersama pembimbing, biasanya hanya pada saat tawaf qudum atau ifadah saja, setelah itu biasanya jamaah sudah harus berjalan sendiri-sendiri. Jamaah yang menyiapkan diri dengan pengetahuan ibadah akan lebih mungkin bisa menikmati berhaji. Karena itu sebaiknya sejak di tanah air jemaah sudah menyiapkan diri untuk bisa melaksanakan semua ritual haji sendiri. Paling tidak tak terlalu menggantungkan diri pada pembimbing. Pelajari sampai paham benar tata cara pelaksanaan ibadah haji, cari referensi sebanyak-banyaknya.
Pengalaman saya menunaikan haji pada tahun 1423 H, saya hanya mengikuti manasik di KBIH (waktu itu KBIH Muhammadyah di Medan karena saya berangkat melalui embarkasi Medan, Unimed) tanpa harus menjadi anggota kelompok KBIH (cuma bayar infaq setiap datang manasik). Carilah KBIH yang membolehkan kita hanya mengikuti manasiknya saja tanpa harus menjadi anggota namun tentunya kita harus selektif dalam memilih, pastikan KBIH yang kita ikuti benar-benar mengamalkan manasik secara sunnah. Karena banyak KBIH yang bersifat komersial sedangkan mutunya asal-asalan sehingga kita sendiri yang akan rugi karena bisa jadi Haji kita kurang sempurna dan kita merasa menyesal setelah kita pulang ke tanah air. Sedangkan pada keberangkatan haji saya tahun 1427 H dari embarkasi Palembang beserta isteri, kamipun tidak ikut KBIH, hanya isteri saja yang mengikuti manasik itupun berpindah-pindah dari satu KBIH ke KBIH lain, intinya mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya baik tentang manasiknya maupun pengalaman dari orang-orang yang sudah berhaji. Alhamdulillah semua kegiatan bisa kami lakukan secara mandiri, berdua disamping mudah dan terasa lebih nikmat. Dimana kami bisa menjaga dan melaksanakan Rukun dan wajib haji, kamipun dipermudah dalam melaksanakan sunnah-sunnah ritual haji dan umrah.
Pada saat tawaf, kami lakukan mulai dari masuk melalui pintu Babusalam, mengusap rukun Yamani untuk setiap putaran, mencium hajar aswad, berdo'a didepan multazam, sholat dibelakang hijr ismail, sa'i dengan berdo'a diatas bukit Safa atau Marwa. Alhamdulillah juga disaat pelaksanaan melontar jumrah, kami bisa lakukan pada waktu-waktu afdal, bahkan kami dipermudah olehNya juga untuk melakukan Tanazul, yaitu perjalanan sebagaimana yang Rasulullah lakukan ketika menuju Mina pada hari Tarwiyah atau tanggal 8 Dzulhijah 1427 H. Insya Allah pengalaman perjalanan Tanazul akan saya tuliskan di Bolg ini. Kalau ikut rombongan pada tanggal 8 ini seluruh jemaah akan langsung dibawa ke Arafah. padahal di arafah kita hanya wukuf sedangkan mabit di Mina.
Kini banyak jemaah haji yang berangkat ketanah suci tidak bergabung dengan KBIH, karena itu yakinlah ketika kita mulai masuk asrama haji maka tanggung jawab sudah bukan dipegang KBIH lagi tetapi PPIH (Panitia Perjalanan Ibadah Haji ) dari departemen agama yang bertanggung jawab untuk memberikan kelancaran bagi semua jemaah haji tidak ada pembedaan apakah jemaah haji tersebut KBIH atau mandiri, karena memang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Pada musim haji 1427 H semua atribut KBIH pun sudah tidak boleh lagi dipergunakan, semua menggunakan jas dengan warna yang sama (biru telur asin). Jadi jangan ragu lagi jika anda punya kesempatan berangkat menunaikan ibadah haji tahun ini, perbanyaklah belajar dan tidak perlu ikut kedalam kelompok KBIH disamping itu anda bisa menghemat pengeluaran (kalau suami isteri minimal anda sudah berhemat 3 juta rupiah).
Kegiatan ibadah apapun yang dilaksanakan ditanah suci terasa nikmat. Banyak jemaah haji yang mengalami pengalaman rohani yang mengesankan tiada tara selama di Tanah suci. Itulah sebabnya, mengapa banyak orang yang sudah berhaji selalu rindu untuk kembali melihat Ka'bah.
Untuk bisa menghayati ibadah haji, persiapan jemaah harus matang. Selain soal phisik, makan, pakaian, bekal,penginapan dan lain-lain,persiapan ibadah juga harus mantap. Banyak pembimbing haji ketika di tanah air meninabobokkan calon jemaah haji dengan kata-kata manis, " Bapak-bapak Ibu-ibu, kalau tidak hafal do'a jangan khawatir, nanti disana dibimbing, tinggal mengikuti saja" atau Bapak-bapak Ibu-ibu nanti selama disana semua akan diatur dan diurus oleh pembimbing. Pesan-pesan seperti ini sering membuai jemaah, akibatnya banyak yang berangkat hanya dengan mengandalkan pembimbing. Pada kenyataannya pembimbing haji tidak selalu jadi andalan dilapangan. Banyak kegiatan yang akhirnya dilakukan secara mandiri oleh jemaah haji. Saat Tawaf misalnya, sulit untuk tetap berjalan dengan rombongan besar. dengan kelompok kecil 10 orang saja, sudah hampir pasti bercerai-berai. Jika jamaah tidak menyiapkan diri, akan kebingungan menyelesaikan ibadah.
Banyak terjadi jamaah terlepas dari rombongan saat tawaf akhirnya pulang kepenginapan sebelum menyelesaikan sa'i, ada juga yang sudah selesai sa'i sudah pulang sebelum tahalul. Sedikit cerita pada perjalanan haji 1427 H, setelah rombongan tiba dari Madinah dan istirahat sejenak di maktab Hafair, lalu rombongan menuju masjidil haram untuk melakukan rangkaian kegiatan ibadah umrah tammatu'. Selesai melaksanakan rangkaian ibadah, kepala rombongan keesokan harinya mulai mereview jemaah haji tentang pelaksanaan ritual yang dilakukan. Baru ketahuan ada seorang ibu yang belum tahalul (menggunting rambut) namun si ibu sudah tidak menjaga larangan ihram, pada saat itu disimpulkan umrahnya batal dan harus mengulangi umrah dari miqat terdekat yaitu Tanaim. Tentunya dperlukan tenaga ekstra dan biaya yang dikeluarkan untuk ongkos taksi.
Kalaupun masih bisa tetap bisa bersama pembimbing, biasanya hanya pada saat tawaf qudum atau ifadah saja, setelah itu biasanya jamaah sudah harus berjalan sendiri-sendiri. Jamaah yang menyiapkan diri dengan pengetahuan ibadah akan lebih mungkin bisa menikmati berhaji. Karena itu sebaiknya sejak di tanah air jemaah sudah menyiapkan diri untuk bisa melaksanakan semua ritual haji sendiri. Paling tidak tak terlalu menggantungkan diri pada pembimbing. Pelajari sampai paham benar tata cara pelaksanaan ibadah haji, cari referensi sebanyak-banyaknya.
Pengalaman saya menunaikan haji pada tahun 1423 H, saya hanya mengikuti manasik di KBIH (waktu itu KBIH Muhammadyah di Medan karena saya berangkat melalui embarkasi Medan, Unimed) tanpa harus menjadi anggota kelompok KBIH (cuma bayar infaq setiap datang manasik). Carilah KBIH yang membolehkan kita hanya mengikuti manasiknya saja tanpa harus menjadi anggota namun tentunya kita harus selektif dalam memilih, pastikan KBIH yang kita ikuti benar-benar mengamalkan manasik secara sunnah. Karena banyak KBIH yang bersifat komersial sedangkan mutunya asal-asalan sehingga kita sendiri yang akan rugi karena bisa jadi Haji kita kurang sempurna dan kita merasa menyesal setelah kita pulang ke tanah air. Sedangkan pada keberangkatan haji saya tahun 1427 H dari embarkasi Palembang beserta isteri, kamipun tidak ikut KBIH, hanya isteri saja yang mengikuti manasik itupun berpindah-pindah dari satu KBIH ke KBIH lain, intinya mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya baik tentang manasiknya maupun pengalaman dari orang-orang yang sudah berhaji. Alhamdulillah semua kegiatan bisa kami lakukan secara mandiri, berdua disamping mudah dan terasa lebih nikmat. Dimana kami bisa menjaga dan melaksanakan Rukun dan wajib haji, kamipun dipermudah dalam melaksanakan sunnah-sunnah ritual haji dan umrah.
Pada saat tawaf, kami lakukan mulai dari masuk melalui pintu Babusalam, mengusap rukun Yamani untuk setiap putaran, mencium hajar aswad, berdo'a didepan multazam, sholat dibelakang hijr ismail, sa'i dengan berdo'a diatas bukit Safa atau Marwa. Alhamdulillah juga disaat pelaksanaan melontar jumrah, kami bisa lakukan pada waktu-waktu afdal, bahkan kami dipermudah olehNya juga untuk melakukan Tanazul, yaitu perjalanan sebagaimana yang Rasulullah lakukan ketika menuju Mina pada hari Tarwiyah atau tanggal 8 Dzulhijah 1427 H. Insya Allah pengalaman perjalanan Tanazul akan saya tuliskan di Bolg ini. Kalau ikut rombongan pada tanggal 8 ini seluruh jemaah akan langsung dibawa ke Arafah. padahal di arafah kita hanya wukuf sedangkan mabit di Mina.
Kini banyak jemaah haji yang berangkat ketanah suci tidak bergabung dengan KBIH, karena itu yakinlah ketika kita mulai masuk asrama haji maka tanggung jawab sudah bukan dipegang KBIH lagi tetapi PPIH (Panitia Perjalanan Ibadah Haji ) dari departemen agama yang bertanggung jawab untuk memberikan kelancaran bagi semua jemaah haji tidak ada pembedaan apakah jemaah haji tersebut KBIH atau mandiri, karena memang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Pada musim haji 1427 H semua atribut KBIH pun sudah tidak boleh lagi dipergunakan, semua menggunakan jas dengan warna yang sama (biru telur asin). Jadi jangan ragu lagi jika anda punya kesempatan berangkat menunaikan ibadah haji tahun ini, perbanyaklah belajar dan tidak perlu ikut kedalam kelompok KBIH disamping itu anda bisa menghemat pengeluaran (kalau suami isteri minimal anda sudah berhemat 3 juta rupiah).
Pada haji 1428 H, dimuat berita di eramuslim kelakuan kurang terpuji dari KBIH yang melakukan pemotongan uang living cost jamaah, kemudian Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) saat ini ditengarai banyak yang tidak murni dan berubah dari misinya menjadi kelompok Bisnis Ibadah Haji. Hal itu ditegaskan Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni kepada wartawan, di Kantor konsullat Jendral RI di Jeddah Arab Saudi..baca di eramuslim ini.
No comments:
Post a Comment