Seperti pada tahun sebelumnya jemaah haji Indonesia pada 1427 H mendapat jatah makan selama delapan hari saat berada di Madinah. Tujuannya tidak lain agar jemaah dapat lebih menikmati kekhusukan ibadah di Madinah. Fasilitas makan ini diberikan dalam dua kali sehari, (makan siang sekitar pukul 12 waktu Arab Saudi dan pukul 18 atau 6 sore waktu Arab Saudi). Menurut informasi depag harga per porsi sekitar 7 riyal. Agar menu lebih bervariasi, Depag telah mensyaratkan agar perusahaan penyedia catering Arab Saudi dapat menyediakan menu yang menggunakan bumbu dari Indonesia. Oleh karenanya pada tahun 1427 H ini mereka telah menjalin kerjasama dengan perusahaan dari Indonesia yang khusus menangani menu masakan dan cara memasaknya. Hal itu diharapkan bisa menyesuaikan dengan rasa khas Tanah air. Dan jemaahpun dapat lebih khusuk dalam beribadah haji dengan tidak lagi terlalu memikirkan soal makanan.
Namun kenyataan dilapangan tidaklah selalu sama dengan apa yang disosialisasikan dan diinformasikan. Pada pelaksanaan Haji 1427 H ternyata supply makanan juga masih terjadi keterlambatan, dimana jatah makan siang baru diantar sekitar pukul 15 (pukul 3 sore ) Waktu Arab Saudi. Belum lagi menu makanan yang hampir didominasi oleh daging dan ayam (hanya satu kali menu ikan), sayurnyapun cuma kol ditumis, buncis, dan wortel ditumis dengan rasa yang hambar. Alhamdulillah kami memang telah menyiapakan untuk antisipasi kondisi seperti di atas dengan menyiapkan makanan kecil seperti roti atau indomie untuk menjaga agar jika terjadi keterlambatan supply makanan kita tetap bisa mengganjal perut agar tidak masuk angin dan kita tetap bisa beribadah ke masjid Nabawi. Kami juga membawa bumbu yang bisa digunakan untuk menambah selera makan seperti : Abon, sambal teri, sambal terasi kering, kecap, saus tomat, sambal (sebaiknya dalam kemasan sachet untuk memudahkan penggunaan ), malah isteri saya juga sempat memasukkan kerupuk Palembang kedalam koper, wah cukup bermanfaat.
Kalau untuk sarapan subuh sebelum berangkat ke masjid selalu diusahakan untuk minum susu sereal agar badan tetap hangat ketika menghadapi cuaca dingin. Nanti setelah subuh atau dhuha bisa sarapan pagi dengan masak indomie atau beli roti cane, kebab, nasi briani.
Namun kenyataan dilapangan tidaklah selalu sama dengan apa yang disosialisasikan dan diinformasikan. Pada pelaksanaan Haji 1427 H ternyata supply makanan juga masih terjadi keterlambatan, dimana jatah makan siang baru diantar sekitar pukul 15 (pukul 3 sore ) Waktu Arab Saudi. Belum lagi menu makanan yang hampir didominasi oleh daging dan ayam (hanya satu kali menu ikan), sayurnyapun cuma kol ditumis, buncis, dan wortel ditumis dengan rasa yang hambar. Alhamdulillah kami memang telah menyiapakan untuk antisipasi kondisi seperti di atas dengan menyiapkan makanan kecil seperti roti atau indomie untuk menjaga agar jika terjadi keterlambatan supply makanan kita tetap bisa mengganjal perut agar tidak masuk angin dan kita tetap bisa beribadah ke masjid Nabawi. Kami juga membawa bumbu yang bisa digunakan untuk menambah selera makan seperti : Abon, sambal teri, sambal terasi kering, kecap, saus tomat, sambal (sebaiknya dalam kemasan sachet untuk memudahkan penggunaan ), malah isteri saya juga sempat memasukkan kerupuk Palembang kedalam koper, wah cukup bermanfaat.
Kalau untuk sarapan subuh sebelum berangkat ke masjid selalu diusahakan untuk minum susu sereal agar badan tetap hangat ketika menghadapi cuaca dingin. Nanti setelah subuh atau dhuha bisa sarapan pagi dengan masak indomie atau beli roti cane, kebab, nasi briani.
No comments:
Post a Comment