SETIAP calon jamaah haji yang akan menunaikan ibadah haji, lazimnya mengadakan suatu acara dimana keluarga, handai tolan, tetangga, akan hadir di rumah calon haji tersebut tujuannya untuk menyampaikan ucapan selamat dan mengiringi doa keberangkatan calon jamaah haji agar lancar didalam pelaksanaan ibadah dan mendapat predikat haji mabrur. Bermaaf maafan, kemudian sebagian dari undangan yang hadir memesan doa tertentu atau bahkan oleh-oleh tertentu dari Arab Saudi kepada calon haji. Kebiasaan ini diiringi suatu harapan, pada suatu hari kelak, mudah-mudahan mereka pun mampu melaksanakan ibadah haji sebagaimana orang yang akan melaksanakan Rukun Islam kelima tersebut.
Sebenarnya kegiatan yang biasa disebut "Walimatussafar Haji" ini tidak ada tuntunannya baik dari Rasulullah maupun para sahabat jika ini dikaitkan dengan ritual perjalanan haji itu sendiri. Ini hanyalah sebuah tradisi, sehingga Anda sebagai calon jamaah haji harus mengetahui betul bahwa yang Anda lakukan bukan suatu keharusan, tidak ada kewajiban maupun sunnahnya.
Tradisi yang demikian tidaklah buruk asalkan niat Anda melakukan bukan karena hal-hal yang bersifat syar'i.
Waliimatussafar berasal dari akar kata Waliimah yang berarti jamuan atau pesta dan Safar yang berarti perjalanan. Dengan demikian kata Waliimatussafar berarti jamuan atau pesta bagi orang yang hendak melakukan perjalanan jauh.
Dalam kaitannya dengan ibadah haji maka sebenarnya Rasulullah tak pernah melakukan acara Waliimatussafar secara khusus, dan jika berkeyakinan bahwa acara Waliimatussafar ini merupakan rangkaian dari ibadah haji maka itu mengada-ngada (bid’ah). Apalagi kalau acara Waliimatussafar akan merusak ibadah haji itu sendiri seperti mengurangi keikhlasan, padahal ikhlas itu ruhnya ibadah. Pasalnya tak sedikit orang ingin menggelar acara Waliimatussafar hanya untuk tujuan tak seharusnya seperti agar nantinya ia disebut pak/ibu haji, sehingga terjebak dalam perbuatan Riya.
Namun demikian kalau acara Waliimatussafar ini sebagai bagian dari rangkaian adab-adab safar (melakukan perjalanan jauh) dan bukan bagian dari rangkaian ibadah haji maka itu malah dianjurkan.
Aku pernah lihat ada acara yang disebut "Tepung Tawar" dengan melempar beras kuning dll, bukankah hal ini jadi mubadzir saja karena tidak akan mendapatkan apa-apa disisi Allah.
Kalau aku sendiri tidak melakukan acara walimatussafar ini, walaupun banyak keluarga besar yang mempermasalahkan keyakinanku ini.
Bagi Anda yang akan melaksanakan acara ini, hilangkan rasa riya' yang mungkin saja akan mampir didalam hati Anda ketika acara tersebut mulai berlangsung, karena syaitan akan selalu mencari celah untuk merusak niat ibadah haji Anda mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai Anda kembali ke tanah air, syaitan dan iblis tidak akan rela jika Anda mendapatkan haji mabrur. Karena tidak setiap orang mampu menghalau perasaan bangga, riya' karena bisa berangkat menunaikan ibadah haji. Be carefull........
Kemudian, agar Anda bisa melaksanakan proses perjalanan dengan tenang dan Anda ingin menyelenggarakan walimatussafar untuk menjalankan adab perjalanan jauh , sebaiknya Anda dapat mengatur pelaksanaan acara ini secara baik. Kalau perlu, kirimlah undangan seluruh kerabat dan kolega, pada hari tertentu, atau jam tertentu sehingga seluruhnya bisa hadir dalam suatu acara yang disebut walimatussafar, kalau aku sih lebih baik mengundang dengan subject Silarurahim saja tanpa ada protokoler apa-apa.
Mengapa harus demikian ?. ya karena memang tidak ada tuntunannya.
Alokasi waktu dan mengundang semua kerabat menjadi bagian yang penting jika Anda hendak melaksanakannya, sebab jika kita tidak mengundangnya dalam waktu tertentu, maka bisa jadi, kerabat kita akan datang dalam waktu yang berbeda-beda. Bahkan bisa jadi waktu-waktu terpenting kita untuk menyiapkan berbagai hal penting seperti dokumen haji, barang-barang bawaan, bahkan kesehatan kita terganggu. Tidak sedikit calon jemaah haji tidak sempat tidur tiga hari tiga malam karena para tamu yang ingin menyampaikan ucapan selamat tidak kunjung berhenti.
Kalau calon haji tersebut memiliki daya tahan fisik yang baik, mungkin hal itu tidak mengapa. Tapi jika calon jemaah tersebut seorang yang dikategorikan berisiko tinggi (risti), baik karena usianya yang lanjut serta mengidap berbagai macam penyakit kronis, maka bisa jadi calon jemaah tersebut akan ambruk sebelum benar-benar berangkat ke Arab Saudi. Untuk itu, aturlah acara ini sedemikian rupa, sehingga calon jemaah memiliki waktu yang cukup untuk persiapan.
Sebaiknya dilakukan paling lambat seminggu sebelum berangkat haji. Jika dilakukan terlalu berdekatan dengan waktu pemberangkatan, dikhawatirkan seorang calhaj tidak memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan berbagai hal yang berkaitan dengan pemberangkatan. Gunakanlah waktu sebelum berangkat untuk mengecek seluruh persiapan, kalau perlu menggunakan semacam check list supaya tidak ada yang ketinggalan. Jika sudah siap, berangkatlah menuju tempat pemberangkatan dengan hati yang mantap.
Mulai dari embarkasi
Di dalam acara walimatussafar juga tidak usah terlalu banyak protokoler, seperti pembacaan surah yasiin secara bersama-sama, pembukaan dengan mendatangkan qori, ceramah agama, dll. Buatlah sesimple mungkin yang pada intinya Anda bisa menyampaikan permohonan maaf jika didalam pergaulan sehari-hari terdapat hal-hal yang kurang berkenan kemudian minta bimbingan buat keluarga yg ditinggal (misalnya untuk anak-anak kita), terakhir kita menerima ucapan selamat dari para undangan tersebut.
Minggu yang lalu aku menghadiri undangan family isteri yang kebetulan akan menunaikan ibadah haji 1428 H (Gelombang II), pada acara ceramah agama ada beberapa point yang sempat aku rekam didalam ingatanku yang mengusik pemahamanku selama ini :
Untuk keluarga yang ditinggalkan begitu orang tua (calon haji) kita sudah terbang / lepas landas nanti, maka anak-anaknya diminta membaca surah yasiin dan berdo'a agar diberi keselamatan.
Ketika calon haji sedang di Arafah, maka keluarga diminta membaca surah Yasiin dan berdo'a agar diberi kemudahan dan tidak kepanasan.Kemudian membagikan makanan kepada orang miskin (Shodaqoh) untuk satu orang jatahnya membagi ke 9 orang miskin jadi kalau suami isteri membagi makanan untuk 18 orang. Kalau mau bersedekah ya sedekah aja ngga' usah dikait-kaitkan dengan pelaksanaan ibadah haji.
Ketika calon haji melakukan melontar jumrah, maka keluarga diminta membaca surah Yasiin dan do'a karena pada saat melontar begitu banyak jamaah haji yang meninggal seperti kasus terowongan mina dsb, untuk itu didoakan agar diberi selamat.
Setiap malam jum'at agar diadakan yasinan (baca surat yasin bersama, mengundang jamaah).ngga' tahu dalil dari mana
Ketika besok akan berangkat maka malamnya diadakan yasinan.padahal tidak ada dalilnya
Ketika pulang haji diadakan syukuran. mungkin biar sekalian declare kalau dia sudah jadi haji/hajjah terus mulai saat itu harus panggil pak haji atau bu hajjah he he.
Kalau mau ba'dal haji maka yang melakukannya harus sudah haji minimal sudah 2 kali haji, padahal tidak ada dalil minimal sudah haji 2 kali, yang ada yang dititipin mengerjakan haji sudah pernah haji. koq. bisa nambah-nambahin dalil ya.
Padahal agama ini mudah kenapa syiar yang dilakukan oleh ustadz, kiyai jadi mempersulit. Coba pikir untuk mengadakan acara yasinan dengan mengundang orang setiap malam jum'at bukankah butuh biaya (pantas aja biaya haji terasa semakin berat ya) lagian kan ngga' ada tuntunannya dari Rasulullah, kenapa harus dibela-belain untuk dilaksanakan. Nah ini ada macam-macam tradisi lain yang terus dipertahankan oleh sebagian masyarakat kita :
Ketika calon haji mau keluar rumah, maka dikumandangkan Adzan didepan pintu keluar (banyak dilakukan di Medan dan Palembang juga tidak tahu kalau didaerah lain). Harusnya calon haji mengucapkan do'a keluar rumah.
Kain ihram yang akan dipakai kalau di Pematang Siantar (SUMUT) dibasahi dengan air dulu kemudian didoakan oleh ustadz katanya biar dingin dipakai ditanah suci. Padahal kalau sudah nyampe sana kain ihramnya sudah keburu kering apa mungkin bisa jadi dingin ya..apa ngga lebih baik dibasahi disana aja.ada ada saja.
Menuliskan lafadz dua kalimat shahadat, kemudian dipotong menjadi shahadat ain dan shahadat rasul, potongan yang satu dibawa oleh calon haji yang satunya ditinggal dirumah agar nanti si calon haji bisa kembali ke tanah air dengan menyatukan lagi potongan tadi manjadi kalimat utuh dua kalimat shahadat. yang ini ngga tahu deh maknanya.
Untuk membantu Anda dalam memahami adab safar berikut ada adab safar menurut Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Iidhaah dimana adab-adab safar itu antara lain:
Pertama, sebelum berangkat meninggalkan rumah dianjurkan untuk shalat dua rakaat dimana pada rakaat pertama membaca surat Al-Kafirun dan pada rakaat kedua membaca Al-Ikhlas, kemudian setelah salam membaca ayat Kursi, surat Al-Quraisy, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas yang dilanjutkan dengan berdo’a agar urusannya dimudahkan.
Adab safar lain yang disebutkan Imam Nawawi adalah: hendaknya ia mengucapkan wada’ (pamitan) terhadap keluarga, para tetangga dan para teman dekatnya. Tujuannya adalah untuk meminta maaf terhadap mereka dan agar mereka mendo’akannya.
Imam Nawawi menyebutkan adab-adab kepulangan dari safar, di antaranya: ketika tiba di rumah dianjurkan agar menuju mesjid terdekat untuk kemudian shalat dua rakaat, dan demikian juga apabila masuk ke rumah dianjurkan untuk shalat dua rakat lalu berdo’a dan memanjatkan rasa syukur kepada Allah swt. Adapun niatnya adalah tanpa perlu mengucapkannya dengan lafal-lafal khusus yang berbahasa Arab, tapi cukup berniat di hati saja tanpa perlu dilafalkan. Jadi shalat dua rakaat sepulang ibadah haji bukanlah sunah haji tetapi bagian dari adab safar saja.
Mungkin Anda juga menemui hal-hal lain yang masih dipertahankan oleh masyarakat disekitar kita, semoga kita bisa memilah dan memilih mana yang menjadi tuntunan mana yang tradisi agar kita tidak masuk dalam hal-hal kurafat.
Wallahualam bishowab